Cinta Dalam Kekuasaan

Cinta Dalam Kekuasaan

last updateLast Updated : 2025-04-10
By:  Arto MoroOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
20Chapters
203views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di sebuah kerajaan yang megah bernama Arathia, Raja Kael yang muda dan tampan memimpin dengan bijaksana. Namun, dibalik gemerlap istana, intrik dan ambisi mengintai. Pada bangsawan berlomba merebut perhatian Sang Raja agar menjadi Permaisuri, termasuk Lady Mirana. Seorang wanita yang licik dan tak segan menghancurkan siapa saja yang menghalangi keinginannya. Ditengah hiruk pikuk perebutan kekuasaan, seorang dayang bernama Arlena dengan kecantikan dan kecerdasannya, menarik perhatian Raja. Membuat para pesaing merasa terancam akan kedatangannya. Namun, Arlena ternyata bukanlah seorang dayang biasa. Dia menyimpan rahasia besar-. Sebuah masa lalu yang kelam membuatnya harus terseret dalam arus konflik kerajaan. Ketika intrik semakin dalam dan dikhianati tak terelakkan, Arlena harus memilih: tetap setia pada hatinya atau memanfaatkan kekacauan untuk mengungkap kebenaran yang bisa mengguncang takhta Arathia. Sementara itu, Raja Kael dihadapkan pada dilema antara cinta sejati atau mempertahankan kestabilan kerajaannya. Di mana akhir dari permainan ini? Siapakah yang akan bertahan di balik gemerlap istana dan bayang-bayang takhta

View More

Chapter 1

Keributan Pagi

"Berikan ini pada Raja! Ingat, kau harus mengantarkannya sendiri, tidak boleh ada yang menggantikan mu. Kau paham, Arlena?" titah seorang kepala sayang dapur padanya. 

"Baik, Bibi," jawab Arlena sambil menelan salivanya dengan gugup.

"Tunggu! Sini, pakai gincu ini. Pastikan dia melihat wajahmu. Ingat, Arlne, kau di sini untuk sebuah misi. Kau harus memastikan, pagi ini, Yang Mulia melihat jelas wajahmu. Camkan itu baik-baik!" tegas kepala sayang dapur itu dengan tubuh gemetar. 

Mereka tidak memiliki waktu lagi, Arlena adalah satu-satunya senjata dan harapan baru klan mereka. 

Saat itu, fajar baru saja menyentuh langit Arathia ketika Arlena melangkah hati-hati di koridor istana. 

Nampan perak yang ia bawa berisi sarapan pagi untuk Raja Kael, lengkap dengan roti panggang madu dan teh herbal yang hangat. Aroma manis dan menenangkan memenuhi udara.

Namun langkahnya terhenti tiba-tiba.

Di hadapannya berdiri Lady Mirana, mengenakan gaun mewah berwarna merah darah, dadanya dihiasi renda halus dan taburan permata kecil di tepinya. Rambutnya yang disanggul rapi tampak sempurna, dengan lengkungannya dingin seperti pedang.

“Tunggu! Apa yang kamu kenakan?” suara Mirana memecah keheningan. 

Matanya menelisik tubuh dan wajah Arlena dari atas sampai bawah. Ia sangat terganggu dengan gincu tipis menenggelamkan kesan sederhana dari gaun dayang yang dikenakan gadis ini.

"Menggunakan gincu saat membawakan sarapan untuk Raja? Kau pelayan, atau seorang jalang!" Mirana mencibir, senyumnya tipis, tapi itu bukan senyum ramah.

Mirana tersenyum sinis, lalu  tangan lentiknya menunjuk ke salah satu dayangnya. "Ambil nampan itu darinya. Aku sendiri yang akan membawanya. Raja tidak perlu melihat dayang murahan seperti dia."

Arlena menunduk semakin dalam, mencoba mengurungkan kegelisahannya. 

"Maaf, Yang Mulia Lady Mirana. Saya diwajib mengantar sendiri dan memastikan makanan ini aman untuk Raja."

Dayang Mirana maju dengan langkah tegas. "Kau tidak tau sedang menjawab siapa yah?! Berikan!" bentak dayang bertubuh tambun itu.

Arlena mundur beberapa langkah, tetap berusaha memegang nampan erat di tangannya.

"Maafkan saya, Yang Mulia, tapi ini adalah perintah langsung dari kepala dapur. Saya tidak bisa menyerahkan tugas ini kepada siapa pun."

Penolakan itu membuat wajah Mirana memerah karena amarah. Dengan gerakan cepat, ia menggenggam tangannya, menepis bahu Arlena dengan kasar. 

"Beraninya kau melawan aku! Kau tidak tau siapa aku?! Aku adalah calon permaisuri kerajaan ini. Aku adalah wanita yang dipilih langsung oleh ibu suri untuk mendampingi Yang Mulia Raja! Berikan!" teriaknya sambil sekali lagi mendorong tubuh Arlena dengan kasar hingga membentur tembok.

Arlena terhuyung ke belakang, tetapi ia berusaha keras menjaga agar nampan di tangannya tetap stabil. 

"Maafkan saya, calon Permaisuri. Tapi, ini adalah tugas saya sebagai dayang istana raja." Arlena masih berusaha untuk memberikan pengertian, jika dia hanya menjalankan tugasnya. 

"Kau pikir kau siapa? Kau bukan menjalankan tugas! Lihatlah bibirmu itu! Seorang dayang rendahan ingin terlihat menarik di depan Raja? Jangan bermimpi!" Mirana memaki dengan nada tinggi, membuat para pelayan dan penjaga yang mengintip dari sudut ruangan semakin tegang. 

"Yang Mulia, saya hanya menjalankan tugas. Saya tidak memiliki niat apa pun selain itu," terdengar bergetar, tetapi ia berusaha tegar.

Mirana berteriak, kali ini lebih keras. "Kau pikir, aku akan percaya? Tidak ada dayang di sini yang berani macam-macam denganku! Hanya kau, Jalang hina!" Ia mengangkat tangannya, seolah hendak menampar Arlena.

Namun, gerakan itu berhenti secara tiba-tiba ketika suara langkah berat terdengar mendekat. 

Raja Kael keluar dari kamarnya. Ia mengenakan jubah tidur mewah berwarna biru tua, dengan bordiran emas yang menghiasi tepiannya. Kainnya yang terbuat dari sutra terbaik dari negeri seberang, hingga memantulkan cahaya pagi, menambah kesan megah pada sosoknya yang tinggi dan tegap.

Rambut hitamnya, rapi berkilau dan wajahnya tenang memancarkan aura otoritas dan dominasi yang mencekam.

Mirana segera menoleh, dengan senyuman manis yang dibuat-buat.

"Yang Mulia, maafkan kami jika suara ini mengganggu pagi anda. Saya hanya mencoba memastikan bahwa—"

Kael mengangkat satu tangan, isyarat sederhana yang cukup untuk membuat Mirana bungkam. Tatapannya dingin menyapu ruangan, berhenti pada Arlena yang masih berdiri di sudut dengan kepala tertunduk, nampan tergenggam erat di tangan.

Keheningan yang tegang membungkam seluruh ruangan. Para pelayan yang tadinya mengintip dari balik pintu kini menahan napas, takut untuk bergerak.

Mirana, yang biasanya begitu anggun, tampak terkejut. Wajahnya memerah karena kemarahan dan rasa malu yang mendalam. Ia menatap Raja Kael dengan mata penuh harapan, berusaha menahan ketegangan di balik senyum terpaksa. "Yang Mulia, saya hanya—"

"Diam!" titahnya, sama sekali tidak membiarkan suara Mirana semakin memekakkan telinganya, dengan mata yang terus menatap seorang dayang denga nampan di tangan gemetarnya.

Keheningan yang menegangkan itu berlangsung beberapa detik, namun terasa seperti selamanya. Arlena bisa merasakan matanya yang semakin berat, namun tidak ada kata yang keluar dari mulut Raja.

Mirana yang merasa dipermalukan berusaha memperbaiki citranya.

"Yang Mulia, saya hanya ingin memastikan bahwa semua berjalan dengan baik. Saya tidak bermaksud mengganggu." Suaranya terdengar lebih pelan, namun tetap ada nada tegang yang menyusup.

Kael akhirnya bergerak mengabaikan Mirana, langkahnya pelan namun pasti. Setiap gerakan yang dilakukannya seolah mengubah suasana di sekitar mereka, membawa ketenangan yang tak terucapkan namun begitu kuat.

Mirana yang merasa dirinya semakin terpojok mencoba kembali berusaha menarik perhatian Kael. "Yang Mulia, saya... saya hanya ingin melayani Anda dengan sebaik-baiknya."

Namun, Kael hanya memberi isyarat dengan tangan untuk menghentikan kata-katanya. 

“Pergi!” titahnya, penuh wibawa tanpa menoleh sedikit pun.

Mirana menegang, wajahnya merah padam. Ia menahan amarahnya dengan mata berkaca-kaca, tapi tidak bisa menyembunyikan rasa malu yang begitu jelas. 

Dengan langkah berat, ia meninggalkan ruangan, diikuti oleh dayangnya yang hanya bisa menunduk, tak berani mengucapkan kata pun.

Keheningan kembali melanda, dan Arlena merasa seolah seluruh dunia hanya berputar di sekitarnya. Namun, ia tetap berdiri, merasa lebih kecil dari sebelumnya.

Ia tahu, ketegangan yang baru saja terjadi bisa saja berakhir dengan masalah yang lebih besar bagi dirinya.

Tiba-tiba, Kael bergerak lebih dekat, langkahnya pelan namun penuh wibawa. Tanpa kata, ia mendekatkan dirinya ke Arlena, membuat Arlena dapat mencium wangi Cendana dari jubah mewah yang melekat di tubuh sang Raja.

Dalam sekejap, jari telunjuknya yang kekar mengangkat dagu Arlena dengan tegas, tapi juga lembut.

 Pandangan mereka bertemu, dan Arlena semakin merasakan ketegangan menembus hingga ke tulang sumsum. 

Mata Kael tetap terfokus pada Arlena, memperhatikan mata bulat dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung uang mungil dan bibir mungil yang berisi. 

Ah ... Dayang ini, membuat sesuatu bergelora di dalam tubuhnya. Dia, adalah pria normal, dia suka pemandangan manis seperti ini. Tapi, dia benci jika paginya terusik. 

Dayang cantik ini telah mengusiknya, apakah lebih baik, dayang ini diberi hukuman saja agar merasa jerah dan dapat mengingat jika pagi hari adalah sebuah ritual penuh ketenangan yang dibutuhkan seorang raja sebelum berhadapan dengan segudang masalah di negrinya. 

Arlena menelan salivanya dengan susah payah saat mata sang raja terus menatap lapar dirinya. Dadanya berdebar kencang, hingga tampak naik turun tak beraturan dan Kael menyukai 'seekor' mangsa yang sedang ketakutan. 

"Siapa kau?!" 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Emi Eliyana
Aku pecinta kolosal dan cerita ini sangat menarik dengan instrik yang rumit
2025-02-28 21:22:19
0
20 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status