Cinta di Balik Singgasana

Cinta di Balik Singgasana

last updateLast Updated : 2025-05-13
By:  Wahyu HOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
19Chapters
108views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Ketika perdamaian yang rapuh antara dua kerajaan besar—Galuh dan Majapahit—dijembatani oleh lamaran politik, Dyah Pitaloka Citraresmi, putri tunggal dari Prabu Maharaja Linggabuana, harus mengorbankan perasaannya demi takhta dan kehormatan negerinya. Namun, di balik dinding batu istana, seorang pengawal muda bernama Raka Wijaya, diam-diam memendam cinta yang tak boleh tumbuh. Kesetiaannya kepada kerajaan diuji saat ia ditugaskan menjadi pengawal pribadi sang putri dalam perjalanan diplomatik menuju Majapahit—perjalanan yang perlahan berubah menjadi perjalanan terakhir mereka bersama. Di tengah bayang-bayang politik adikuasa, intrik istana, dan ambisi Mahapatih Gajah Mada, kisah cinta yang tak tersampaikan tumbuh dalam sunyi. Ketika cinta harus bersanding dengan kehormatan dan darah ditumpahkan atas nama harga diri, siapakah yang akan bertahan, dan siapakah yang akan dikorbankan?

View More

Chapter 1

Pertemuan Pertama di Taman

Langit pagi itu cerah, dengan sinar matahari yang menembus melalui celah-celah dedaunan di atas taman istana. Angin semilir menerpa dedaunan yang bergoyang perlahan, menciptakan suasana yang tenang namun penuh dengan harapan yang samar. Dyah Pitaloka, putri kerajaan Galuh, melangkah terburu-buru menuju lorong belakang balairung. Wajahnya dihiasi senyuman kecil, penuh semangat, meski matanya menyiratkan sedikit kebosanan.

Ia baru saja selesai mengikuti pelajaran panjang di ruang istana yang penuh dengan para guru dan pengawal. Sungguh membosankan. Terkadang, ia merasa lebih seperti sebuah patung hidup daripada seorang putri yang bebas berkelana. Semua peraturan istana, tata krama, dan pelajaran sejarah yang mengikatnya membuatnya merindukan sesuatu yang lebih sederhana—sesuatu yang membebaskan jiwa.

"Ah, cukup! Aku ingin merasakan udara segar," pikir Dyah, bertekad untuk mencari kedamaian, jauh dari tatapan penuh harapan dari para petinggi istana.

Dengan hati-hati, ia menyelinap melalui pintu samping yang hanya sedikit terbuka, menghindari penjaga istana yang biasa berjaga di sekitar ruangan utama. Langkahnya ringan, meskipun ia tahu betul risiko yang ia ambil. Tidak ada yang boleh tahu, terutama Bapak Maharaja yang selalu mengawasi tiap gerak-geriknya. Tapi, hari itu, ia merasa ingin bebas—sejenak.

Saat melewati taman belakang yang jarang dikunjungi, langkahnya berhenti. Di sana, di bawah pohon maja yang besar, ia melihat seorang pria sedang duduk setengah berjongkok, memeriksa tombaknya. Rambutnya diikat rapi, dan posturnya tegap, mengesankan ketenangan yang tak terucap. Raka Wijaya. Itulah nama yang sering ia dengar, meskipun belum pernah ia berbicara langsung dengannya

Raka sedang dalam tugas pengawasan. Sebagai prajurit muda terlatih, ia dipilih untuk berjaga di sekitar istana, meskipun bukan posisi yang ia dambakan. Baginya, tugas ini lebih tentang menjaga daripada mencari perhatian. Namun, saat itu, sesuatu yang tak biasa terasa. Suara langkah kaki pelan terdengar di belakangnya. Ketika ia menoleh, matanya langsung menangkap sosok yang tak asing—Putri Citraresmi, yang kini tengah berdiri di depannya, menatapnya dengan mata penasaran.

Raka cepat-cepat berdiri, sedikit gugup, dan segera membungkukkan badan. "Ampun, Paduka Putri. Hamba tidak tahu bahwa Yang Mulia akan melintasi jalan ini."

Dyah menatapnya, terkekeh kecil. "Yang mulia, yang mulia... Semua orang di istana suka sekali memanggilku begitu. Padahal, aku hanya seorang gadis yang bosan dengan pelajaran."

Raka diam, tak tahu harus berkata apa. Ia berusaha tetap tenang, meskipun perasaan canggung mulai menguasai dirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Dyah, mengalihkan pembicaraan. "Apakah ini tugas istana ataukah tugas pribadimu?"

Raka sedikit terkejut, namun menjawab dengan nada hati-hati, "Hamba berjaga, Paduka. Tugas ini adalah bagian dari kewajiban hamba sebagai pengawal kerajaan."

"Tapi mengapa berjaga di tempat seperti ini?" Dyah terus bertanya sambil melangkah mendekat. "Kenapa tidak di balairung, tempat yang lebih penting?"

Raka menatap bunga liar yang tumbuh di antara batu di dekat mereka. "Karena kadang, hal-hal kecil seperti bunga liar ini lebih penting dari yang tampak besar," jawabnya pelan, tanpa bermaksud mengajarkan.

Dyah mengernyitkan dahi, kemudian mengamati bunga yang disebutkan oleh Raka. "Bunga liar? Apa itu namanya?"

"Tiwikrama," jawab Raka dengan tenang, masih tak mengalihkan pandangannya dari bunga tersebut. "Biasanya tumbuh tanpa ditanam. Tidak ada yang peduli, tapi ia tetap tumbuh."

Dyah tersenyum tipis, ada sesuatu yang menyentuh dalam kata-kata itu. "Sepertinya aku juga bunga liar itu," katanya, suara sedikit nyaris hilang. "Tak pernah ada yang benar-benar peduli pada apa yang aku inginkan, hanya pada apa yang diharapkan."

Raka terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa, namun kalimat itu menggugah hati. Ia tidak pernah membayangkan bahwa seorang putri akan merasakan hal yang sama seperti dirinya—terperangkap dalam harapan orang lain.

"Kenapa kau tidak menanam bunga ini di taman istana?" Dyah melanjutkan, menarik perhatian Raka. "Mungkin orang-orang bisa lebih peduli, meskipun hanya sedikit."

Raka tersenyum tipis, meskipun hatinya berat. "Bunga seperti itu, Paduka, lebih baik tumbuh di tempat yang bebas, bukan di tempat yang dibatasi."

Dyah terdiam sejenak, lalu menatapnya. "Mungkin… mungkin aku juga harus mencari tempat yang lebih bebas."

Ia melangkah mundur, memandang Raka sejenak sebelum berbalik. "Terima kasih, Raka. Aku… senang bisa berbicara denganmu."

Raka hanya mengangguk, tidak berani mengatakan lebih. Sesuatu dalam hatinya menggelora, tapi ia tahu—ini adalah pertemuan pertama mereka yang sederhana, dan mungkin, itu adalah yang terbaik untuk saat ini.

Dyah berjalan pergi, meninggalkan taman belakang dengan langkah yang lebih ringan, meskipun pikirannya tetap terbelah. Raka, sosok yang sederhana namun penuh makna, telah membuatnya berpikir lebih dalam tentang dirinya dan hidupnya.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
19 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status