Beranda / Rumah Tangga / DALAM DEKAP LUKA / BAB 1 - Tawaran Kerja Sama

Share

BAB 1 - Tawaran Kerja Sama

Penulis: Sally Diandra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-27 20:44:39

Selesai menikmati menu makan siang di kantin rumah sakit bareng teman sekerjanya, dokter Mirna. Dokter Hyra bergegas menuju ke ruang prakteknya dan dikejutkan oleh seorang pria yang duduk di sofa panjang, tampak menunggu kedatangannya.

“Hai, selamat siang, Dokter Hyra!” sapa sang pria sambil berdiri dan berjalan menghampiri perempuan itu.

Sesaat Hyra terdiam sambil mengernyitkan kening dan menatap ke arah laki-laki yang berdiri di depannya. Tubuhnya yang tinggi menjulang, berjarak beberapa meter di depan, menatap dokter muda itu tajam.

“Ya, apa anda ada perlu dengan saya?”

“Ya, saya ingin mengajak anda kerja sama.”

“Kerja sama?” Alis sebelah kanan Hyra menukik tinggi ke atas. “Kerja sama seperti apa? Apa anda mau menawarkan produk kesehatan, macem obat-obatan, makanan atau yang lainnya?” Pemuda itu menggeleng sambil tersenyum tipis. “Lalu?” Hyra tampak semakin penasaran dengan tawaran laki-laki ini.

“Boleh kah kita duduk terlebih dulu?” Pinta pria muda itu sambil beralih menghampiri sofa. “Agar lebih nyaman ngobrolnya.”

“Okay, silakan!” ujar Hyra sambil menghampiri sofa dan menghempaskan tubuhnya di sana. “Apa yang ingin anda tawarkan?”

“Uang!” tukas pemuda itu tanpa basa-basi, Hyra mengerutkan kening dan menatap aneh. “Oh iya, sebelumnya kenalkan dulu. Namaku Ghaidan Ravindra Sumitra dan ini curriculum vitae saya,” lanjutnya sambil memberikan sebuah berkas ke arah Hyra.

Pria tampan itu tersenyum senang karena sang sekretaris melakukan kerjanya dengan cepat seperti yang diperintahkan yaitu mengantar lembar curiculum vitae-nya ke rumah sakit dengan jasa kurir pengantar super ekspres, sehingga lembar itu sudah di tangan sang dokter sekarang.

Dokter muda itu tampak tercengang sambil menerima berkas tersebut dan membukanya perlahan, lalu membaca profil pemuda itu dengan seksama.

“Okay, intinya anda adalah seorang pengusaha, lalu produk apa yang anda tawarkan?” tanya Hyra lagi penasaran.

“Seperti yang saya bilang tadi, uang!” ucapnya lugas, tidak ada nada ragu-ragu dari setiap tarikan suaranya yang berat. “Saya tahu saat ini anda sedang sangat membutuhkan uang untuk membayar semua hutang-hutang nenek anda.”

“Maaf, apa maksud anda?” tanya Hyra heran. “Bagaimana anda bisa tahu tentang hal ini?”

Ghaidan tersenyum tipis sambil menatap tajam, setajam senjata seorang Ninja yang dilesatkan tepat ke sasaran, lalu pria itu pun berkata, “Saya rasa semua orang bahkan dinding di rumah sakit ini tahu kalau anda punya masalah keuangan.”

“Oh itu!” ujar Hyra sambil mengangguk, seolah tahu apa yang dimaksud oleh tamu asingnya ini. “Lalu apa mau anda?”

“Saya ingin menawarkan kerja sama dengan anda yaitu membayar semua hutang-hutang anda berapa pun jumlahnya, tinggal sebut saja berapa nominalnya, tapi setelah itu menikahlah dengan saya dan jadi lah ibu dari anak-anak saya--”

“Apa? What?” sela Hyra kaget sambil menggeleng keras lalu mengusap wajahnya gusar.

Untung saja siang ini sudah tidak ada pasien yang harus dia tangani lagi, hanya kunjungan atau visit ke pasien yang menginap atau opname di rumah sakit ini. Karena Hyra yakin permintaan tamu tak dikenalnya ini pasti akan membuyarkan konsentrasinya saat menangani pasien.

“Anda tidak sedang bergurau, ‘kan?”

“Buat apa saya bergurau? Apa saya terlihat sedang bergurau?” balas Ghaidan santai sambil mengendikkan bahunya ke atas. “Aku serius.”

Hyra memicingkan matanya dan mencoba men-scanning pria muda yang duduk di hadapannya, dari penampilannya laki-laki ini sangat good looking alias tampan, dia yakin banyak perempuan di luar sana yang akan menatapnya liar dan rakus untuk melahap pemuda ini.

Apalagi dengan dandanannya yang rapi dan elegan, menunjukkan di kelas mana dia berada. “Fix, laki-laki ini pasti lagi dalam masalah besar,” batin Hyra dalam hati. “Makanya dia menawarkan hal ini padaku.”

“Saya yakin kalau anda sedang dalam masalah yang sangat besar dan rumit,” ujar Hyra setelah cukup lama terdiam sambil menganalisa pria tersebut.

“Bagaimana bisa anda bilang begitu?”

“Tentu saja saya bisa bilang begini! Bahkan mungkin semua perempuan yang anda tawari itu, pasti akan mengatakan hal yang sama seperti saya! Saya yakin itu, karena bagaimana bisa seorang yang berkelas dan tampan seperti anda mengajak perempuan yang tidak anda kenal sama sekali untuk memasuki kehidupan anda dan memiliki anak dari anda, anda waras?”

“Kenapa tidak bisa? Semuanya serba mungkin, apalagi kalau sama-sama saling menguntungkan, bisa saja, ‘kan?” jelas Ghaidan tegas, tanpa ragu.

“Dan satu yang pasti, saya masih waras, Dokter Hyra Danurdara. Bukankah anda salah satu mahasiswa favourite Profesor Zamar Abidin?”

Salah satu alis Hyra tampak naik ke atas dengan tatapan heran. “Dan hutang-hutang yang anda tanggung ini sebenarnya bukan hutang kamu secara pribadi melainkan hutang nenek anda atau Oma Dayana, bukan begitu?”

Kedua bola mata Hyra nyaris melotot keluar begitu mendengar nama Oma Dayana, nenek kandungnya dari pihak ibu keluar dari mulut pria yang tidak dikenalnya ini, sementara pria itu mengangguk pelan sambil teringat pada percakapannya dengan sang asisten pribadi untuk mencari tahu profil Dokter Hyra Danurdara, maka tak heran bila pria itu tahu semua tentang profil sang dokter.

“Kenapa? Anda heran kalau saya bisa tahu nama nenek anda?” tanya Ghaidan dengan nada sedikit mengejek. “Karena saya masih waras, jadi saya bisa mencari tahu siapa dan bagaimana keluarga anda. Bukan begitu, Dokter Hyra?”

“Bagaimana anda bisa tahu kehidupan kami? Siapa anda sebenarnya?” tanya Hyra penuh selidik.

“Siapa saya? Rasanya profil curriculum vitae yang anda pegang itu sudah cukup menggambarkan siapa saya sebenarnya.”

Pria muda itu tampak begitu optimis dan yakin akan dirinya. “Oleh karena itu, kembali ke permbicaraan kita di awal tadi, saya ingin mengajak anda untuk bekerja sama.”

“Bagaimana bisa saya kerja sama dengan anda? Saya tidak kenal anda sama sekali, bagaimana bisa anda menawarkan kerja sama yang seperti itu?”

Suara perempuan itu mulai meradang sambil berbisik, Hyra tidak ingin percakapannya dengan pria asing ini didengar oleh semua orang, terutama para perawat yang suka bergosip.

“Tenang, tenang. Tenang, dokter Hyra. Saya memang meminta anda untuk menikah dengan saya dan menjadi ibu dari anak-anak saya, tapi saya berani jamin, kalau saya tidak akan menyentuh anda sedikit pun. Anda bisa pegang kata-kata saya.”

“Maksud anda?”

“Bayi tabung! Kita akan melakukan bayi tabung dan saya akan membayar semua hutang-hutang anda plus biaya kehidupan anda selama menikah dengan saya. Bagaimana?”

“Dokter Hyra!”

Hyra dan Ghaidan menoleh ke arah suara yang memanggil nama dokter muda itu. “Oh maaf, saya mengganggu,” lanjut perawat yang berdiri di depan pintu ruang praktek.

“Nggak apa-apa, Suster Rini. Sudah saatnya jam kunjungan, ‘kan?” Perawat berbaju seragam biru muda itu mengangguk sambil melirik sekilas ke arah Ghaidan.

“Oke, tunggu sebentar, aku ambil stetoskop dulu.” Suster Rini mengangguk sambil tersenyum manis dan menatap kedua orang itu. “Okay, Tuan Ghaidan. Saya rasa cukup sampai di sini obrolan kita, karena saya harus kembali bekerja--”

“Baiklah, saya juga harus melanjutkan pekerjaan. Tapi satu hal yang pasti, saya akan selalu menunggu jawaban anda atas tawaran kerja sama kita tadi.”

Hyra hanya tersenyum tipis sambil berdiri diikuti oleh Ghaidan yang juga ikut berdiri sambil menautkan kancing jasnya.

“Saya masih butuh waktu--”

“Ya, of course! Fine! Saya juga tidak terburu-buru, saya pasti akan memberikan waktu seluas-luasnya untuk anda. Saya akan setia menunggu jawaban kamu. Nomer handphone saya ada di dalam berkas itu. Permisi, selamat siang!” ujar pria itu sambil menunjuk ke berkas yang masih dipegang Hyra, kemudian berlalu meninggalkan mereka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 14 - ADIK SANG DOKTER

    “Hyra, kamu kenapa? Kamu kelihatan pucat, kamu sakit?” suara Bu Sumitra memecahkan keheningan dan semua mata kini tertuju padanya.“Ada apa, Hyra? Kamu baik-baik saja?” sela Ghaidan sebelum dokter muda itu sempat menjawab. Hyra menelan ludah, mencoba menguasai diri. “Aku baik-baik saja. Maaf, Ma. Saya... saya baru saja dapat pesan mendadak dari rumah sakit. Ada sesuatu yang perlu saya urus,” jawabnya dengan suara yang sedikit bergetar. “Rumah sakit?” tanya Pak Sumitra sambil mengerutkan dahi. “Kamu perlu pergi sekarang?” Hyra menggeleng cepat. “Belum, Pa. Saya hanya perlu memastikan semuanya sudah terkendali dengan baik.” Ghaidan, yang menyadari perubahan ekspresi Hyra sejak pesan itu masuk, menyentuh lengannya pelan. “Apa ada yang serius?” bisiknya. Hyra mengangguk pelan, lalu membisikkan jawabannya. “Aku harus keluar untuk menelpon.” Sementara itu, Onella yang memperhatikan interaksi mereka, melontarkan komentar sinis. “Hyra, kalau kamu butuh bantuan, kenapa nggak langsung bil

  • DALAM DEKAP LUKA    BERTEMU CALON MERTUA

    Ketika mereka tiba di mansion keluarga Sumitra, Hyra terkesima dengan kemegahannya. Bangunan tiga lantai itu berdiri anggun di atas lahan yang luas, dikelilingi pagar tinggi dengan pintu gerbang besi yang berukir mewah. Jalan masuknya yang panjang diapit oleh pohon palem yang berjajar rapi, memberikan kesan megah sejak pandangan pertama. Begitu mereka masuk, interior rumah itu semakin memukau. Ruang tamunya luas, dengan lantai marmer putih yang berkilauan. Langit-langitnya tinggi, dihiasi lampu gantung kristal besar yang memancarkan cahaya keemasan. Sofa besar berlapis beludru biru tua tertata rapi di tengah ruangan, mengelilingi meja kaca dengan vas tinggi berisi bunga mawar segar yang dirangkai dengan bunga sedap malam. Aroma lembut bunga mawar dan bunga sedap malam menguar dari sudut ruangan. Ibu Sumitra, wanita paruh baya yang anggun, menyambut mereka dengan hangat. “Selamat datang, Hyra. Senang sekali akhirnya bisa bertemu,” katanya sambil merangkul Hyra dan memberikan kecup

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 12 - INTEROGASI AWAL

    Malam itu, Ghaidan menghentikan mobil tepat di depan mansion keluarga Sumitra, setelah mengantar Hyra pulang ke rumahnya. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah basah yang menyegarkan. Lampu taman yang tersebar di halaman mansion memancarkan cahaya lembut, menciptakan bayangan dramatis pada pilar-pilar tinggi yang menghiasi bangunan megah tersebut.Bangunan itu berdiri dengan pilar-pilar tinggi yang megah, dikelilingi taman luas yang dihiasi air mancur meliuk seperti naga. Jendela-jendelanya besar, dengan tirai tebal yang memancarkan kehangatan dari dalam. Pintu utama terbuat dari kayu jati berukir rumit, memberikan kesan kekokohan dan keanggunan sekaligus. Setelah memarkir mobil, Ghaidan masuk melalui pintu utama. Lampu kristal besar menggantung di langit-langit ruang tamu, memancarkan cahaya keemasan. Ibunya, Nyonya Sumitra, tengah duduk di sofa dengan secangkir teh hangat di tangan, sementara Tuan Sumitra berdiri di dekat perapian dengan alis sedikit terangkat saat melihat

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 11 - MAKAN MALAM SPECIAL

    Dari tempatnya berdiri, ia bisa melihat Ghaidan berbicara di telepon dengan wajah serius. Tangannya sesekali mengepal, lalu melonggarkan kembali, menunjukkan bahwa pembicaraan itu mungkin tidak mudah. Tak lama kemudian, Ghaidan kembali, menghampiri Hyra yang masih setia menunggu. Wajahnya sudah tenang, meskipun matanya menyiratkan sesuatu yang sedang ia pikirkan. “Maaf menunggu lama. Ayo, kita masuk,” ujarnya, mencoba mencairkan suasana sambil mengajak Hyra masuk ke dalam restaurant. Tubuhnya yang menjulang tinggi, membimbing Hyra masuk ke dalam restaurant sambil memegang pundak dokter muda itu. Mereka lalu masuk ke dalam restoran, disambut oleh pelayan dengan senyum ramah. Restoran itu luas dengan dekorasi modern namun tetap hangat. Sebagian dindingnya dihiasi lukisan abstrak bernuansa emas dan hitam, sementara lampu gantung kristal memberikan pencahayaan yang lembut. Di sudut ruangan, terdengar suara piano yang dimainkan secara live, menciptakan suasana elegan dan romantis. Gha

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 10 - Roller Coaster

    “Memastikan mereka tidak bisa mengikuti kita lagi,” jawab Ghaidan singkat, sebelum menekan pedal gas hingga mobil mereka melesat ke depan.Suara deru mesin mobil menggema di antara gedung-gedung kota. Ghaidan mengarahkan mobilnya dengan kecepatan tinggi, matanya tajam mengawasi jalan. Beberapa mobil di depan disalipnya dengan begitu mudah, membuat Hyra serasa bermain roller coaster.Pria tampan itu lalu memasuki jalur yang lebih sepi, menghindari keramaian malam. Mobil hitam di belakang mereka berusaha keras mengejar, tetapi Ghaidan tetap selangkah di depan.Hyra mencengkeram pegangan di pintu sambil menahan napas, matanya melebar saat melihat bagaimana Ghaidan memutar setir dengan penuh percaya diri, menghindari kendaraan lain dengan presisi sempurna.“Ghaidan, hati-hati!” seru Hyra saat mobil mereka nyaris menyenggol sebuah truk besar. Namun, Ghaidan hanya mengangguk singkat, menunjukkan bahwa ia sepenuhnya menguasai situasi. “Percayalah padaku,” katanya singkat, dengan senyum keci

  • DALAM DEKAP LUKA    BAB 9 - Dia Normal Kan?

    Raut wajah Profesor Zamar berubah sejenak, tapi ia segera mengangguk sambil tersenyum kecil. “Kenal. Tentu saja. Dia salah satu pasien istimewaku.”Hyra terdiam, mencerna jawaban itu. “Jadi, Anda tahu tentang rencana pernikahan kami?”Zamar menghela napas, lalu menjawab, “Ya, saya tahu. Ghaidan sudah menceritakan semua. Dia bilang kalau kamu adalah ibu yang tepat untuk anak-anaknya kelak, karena kamu seorang wanita yang mandiri, cerdas dan cantik.” Sesaat Hyra tertegun dan terdiam mendengarkan semua penjelasan Profesor Zamar. Dokter muda itu lalu menegakkan tubuhnya, penasaran. “Apa ini berkaitan dengan permasalahan dia sehingga dia membutuhkan bantuan Anda?” Laki-laki tua itu mengangguk membenarkan ucapan Hyra. “Apa yang sebenarnya terjadi dengan dia, Prof? Kenapa dia begitu terobsesi dengan pernikahan dan anak, bahkan melalui proses bayi tabung? Secara terus terang dia bilang kalau dia tidak akan menyentuhku sama sekali setelah kami menikah nanti.”Zamar menatap Hyra dalam-dalam,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status