Share

Pernikahan

Author: Pena_rusak
last update Last Updated: 2025-10-01 07:49:01

Sekarang tibalah hari itu, hari di mana Arga dan Nindya akan melangsungkan pernikahan mereka.

Nindya yang berdiri di depan cermin rias menatap pantulan bayangan dirinya sendiri. Gaun pengantin putih sudah membalut tubuhnya, membuatnya terlihat lebih cantik, anggun, bahkan muaris sempurna sempurna dibandingkan biasanya yang memang sudah cantik. Tapi apa gunanya semua itu kalau hati terasa kosong? Pernikahan yang seharusnya membuat ia berdebar, malah terasa begitu menyesakkan. Entahlah, semua ini terasa seperti candaan pahit dari hidup, lelucon takdir yang sedang mempermainkannya.

“Apa pilihan ku ini benar-benar sudah sangat tepat?” gumam Nindya pelan pada bayangan dirinya di kaca.

“Kenapa aku malah merasa ragu dan semakin tidak meyakinkan.” Tanyanya lagi, suaranya terdengar gundah. Bahkan, tanpa ia perintah air bening menetes dari matanya.

Apa keputusannya kali ini memang sudah benar? Kenapa hatinya malah diliputi rasa takut? "Tuhan… aku berharap semuanya akan baik-baik saja." Ujar Nindya didalam hatinya, berharap keputusannya jni memang sudah tepat. Tanpa merugikan pihak manapun.

Pintu di belakangnya terbuka. Dari pantulan kaca, ia bisa melihat siapa yang masuk.

> “Ayah…” panggil Nindya pelan lalu berbalik.

Kepalanya tertunduk, rasanya ingin sekali menangis dan berteriak untuk menghentikan semua ini. Tapi bukankah itu akan jadi aib besar buat keluarganya kalau pernikahan ini batal? Tinggal selangkah lagi semuanya selesai. Tapi bagaimana nasibnya nanti? Perlakuan Arga selama seminggu ini sudah cukup bikin Nindya yakin kalau pria itu juga benar-benar tidak menerima perjodohan ini, bahkan belum apa-apa dia susah memperlakukan Nindya dengan buruk.

Melihat putrinya tampak sesedih itu, hati Pak Surya seolah diiris silet. Pedih. Kenapa Nindya harus jadi korban dari kesalahannya di masa lalu? Ia merasa gagal jadi seorang ayah karena tidak bisa melindungi anaknya dari situasi sulit ini.

Pak Surya melangkah, mengangkat dagu putrinya lembut.

“Nggak nyangka anak ayah bakal melepas masa gadisnya secepat ini…” katanya lirih.

Dan sial… air mata itu jatuh semakin deras. Seorang ayah yang selama ini dianggap tegar dan humoris, kini menangis di hadapan putrinya sendiri. Itu bukan tangis haru. Itu tangis penuh penyesalan. Ia tahu Arga lelaki keras, arogan, dan kejam. Tapi kini terlambat, ia sendiri yang menyeret putrinya ke tepi jurang.

Ayah yang buruk, itulah pemikiran Surya.

Mengerti arti air mata itu, Nindya langsung memeluk ayahnya. Ia semakin menangis di pelukan hangat sang ayah yang akan selalu ia rindukan.

"Ayah, aku bakal baik-baik aja…” ucap Nindya di sela isaknya.

“Maafin ayah, Nindya. Ayah nggak akan marah kalau kamu benci ayah,” balas Pak Surya dengan suara parau sambil mengusap punggung putrinya.

“Nggak, Yah. Semua perjuangan ayah selama ini jauh lebih besar dari apa yang sudah kh lakukan untuk ayah kali ini. Aku sayang sama ayah, dan Naren…”

Pak Surya melepaskan pelukan, menghapus air matanya sendiri, lalu menatap wajah putrinya dalam-dalam.

“Udah… jangan nangis. Nanti dandanannya luntur, nggak cantik lagi anak ayah,” canda Pak Surya, mencoba menahan senyum.

Nindya ikut tersenyum. Bahkan di saat begini, ayahnya masih bisa bikin suasana ringan. Andai saja pria yang akan menikahinya nanti punya hati seperti ayahnya…

“Ayo kita perbaiki make-up kamu dulu. Jangan bikin calon suamimu mikir istrinya kayak gembel,” goda Pak Surya lagi.

Keduanya pun tertawa tipis. Dalam hati, Nindya tahu ia bakal merindukan masa-masa seperti ini. Semoga saja ke depan nggak banyak hal buruk yang terjadi. Semoga saja.

---

Nindya berjalan berdampingan dengan Pak Surya di karpet merah. Semua mata para Tamu yang hadir menatap kagum pada mempelai wanita itu.

Pernikahan ini memang sederhana. Hanya dihadiri keluarga dekat dan rekan kerja yang sangat penting saja, sesuai permintaan Arga yang ingin acaranya tertutup.

Di tengah keramaian, Rocky menyenggol lengan Bayu yang duduk disampingnya.

“Lihat tuh, Celin nggak ada apa-apanya dibanding dia,” bisik Rocky.

mendengar itu, Bayu langsung sajamelirik ke arah Celin yang sedang menatap Nindya dengan wajah sinis.

“Ih, tatapannya kayak nenek mak lampir,” balas Bayu sambil menahan tawa. Bayu dan Rocky langsung saja terkikik bersama setelah itu.

Ya, cukup menghibur di tengah-tengah kegelisahan Bayu, sempat bosnya itu beneran mau menerima perjodohan ini untuk niatan baik, bukan karena celetukan aslnya kan?

Sementara itu, di pelaminan, Arga hanya menatap datar pada Nindya. Dalam beberapa menit ke depan, wanita ini akan jadi istrinya. Secantik apapun Nindya hari ini, Arga pura-pura tidak peduli.

Padahal, dalam hati kecilnya ia mengakui: Nindya memang cantik. Tapi secepat itu juga ia menepis pikiran itu.

" Ingat Celin, Arga"… ia membatin untuk menegaskan hati.

Pak Surya menyerahkan putrinya dengan perasaan bera.

"Arga, ayah titip Nindya. Tolong jaga dia dengan baik, jangan pernah sakiti dia,” katanya pelan.

Arga hanya mengangguk singkat, acuh.

Dengan senyum miris, Pak Surya melangkah mundur, meninggalkan pasangan itu bersama penghulu, wali, dan saksi di meja akad.

---

Penghulu membuka acara akad dengan salam. Semua tamu menjawab serentak.

“Baik, Bapak-bapak, Ibu-ibu, mari kita mulai akad nikah. Sudah hadir wali, saksi, mempelai, dan keluarga. Mas kawin sudah disiapkan?”

“Sudah,” jawab Arga singkat.

Penghulu melanjutkan:

“Kalau begitu, kita mulai. Bapak Surya, sebagai wali dari Nindya binti Surya, silakan melaksanakan ijab kabul.”

Suasana mendadak hening. Semua mata tertuju pada Pak Surya dan Arga.

Pak Surya menarik napas panjang.

“Saya nikahkan dan kawinkan engkau, Arga bin Prasetyo, dengan putri saya Nindya binti Surya, dengan mas kawin berupa cincin emas dan seperangkat alat sholat, dibayar tunai.”

Arga menatap lurus ke depan. Dengan suara mantap tapi dingin, ia menjawab:

> “Saya terima nikahnya Nindya binti Surya dengan mas kawin tersebut, dibayar tunai.”

> “Sah?” tanya penghulu pada para saksi.

“Sah,” jawab saksi serentak.

Tamu undangan langsung mengucap alhamdulillah. Beberapa bahkan bersorak kecil.

Penghulu memimpin doa, lalu menutup akad dengan khutbah nikah singkat.

---

Begitu doa selesai, suasana berubah jadi lebih riang.

“Woooohhh!” tepuk tangan riuh terdengar.

Andreas dan Naren langsung berteriak keras:

“CIUMMM! CIUMMM!”

Nindya menoleh kaget, Matanya melotot ke arah dua orang itu seakan mengatakan apaan cium-cium?!

Tapi teriakan makin ramai.

>“AYOOO! CIUMMM!” kini Rocky dan Bayu ikut teriak sambil ngakak, apalagi saat mereka lihat wajah Celin yang jelas-jelas terbakar cemburu.

Dan tanpa aba-aba, Arga tiba-tiba mendekat dan mengecup pipi kanan Nindya.

“Chup.”

Nindya membeku, tangannya refleks menutupi pipinya yang baru saja dicium.

“Cieeeeee!” teriak para sahabatnya.

“Aaaaa pengen nikah juga!”

Suasana jadi pecah dengan tawa dan sorakan. Tapi dari sudut ruangan, ada satu sosok yang menatap penuh amarah.

Ya. Wanita itu adalah Celin.

TBC…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Permainan Arga

    Byurrrr Nindya terbangun dari tidurnya saat ia merasakan guyuran air di tubuhnya, ia langsung duduk dengan mengusap wajahnya yang terkena air, ia mendongak dan menemukan Arga dengan memegang sebuah ember di tangannya. "Buatkan aku sarapan" perintah Arga dengan wajah dinginnya, setelah itu ia meninggalkan Nindya begitu saja tanpa berkata apapun lagi. Dengan badan yang masih terasa sakit, Nindya perlahan bangun dari tidurnya, kakinya melangkah untuk keluar gudang itu. Tapi tunggu, Nindya sadar akan sesuatu. "Astaga, aku tidak punya baju, bagaimana ini?" Nindya menggigit bibir bawahnya, bingung dengan keadaan. "Huh, tidak mungkin aku masak dalam keadaan begini? Astaga Nindya, seharusnya kau membawa pakaianmu semalam.." Ya Nindya ingat bahwa setelah resepsi pernikahannya selesai ia langsung dibawa oleh Arga ke rumah pemberian mertuanya ini, tanpa kembali ke rumah untuk mengambil pakaiannya lagi. Mata Nindya melilau ke sekitar, ia mencari sesuatu yang bisa ia gunakan. Tapi tunggu,

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Malam pertama

    Setelah acara pernikahan, Arga dan Nindya pun akhirnya pergi ke rumah baru mereka yang diberikan oleh Prasetyo sebagai hadiah pernikahan mereka.Rumah yang terlihat megah dan mewah di mata Nindya.Tapi kata mertuanya itu rumah minimalis biasa? Ck dasar orang kaya. Bahkan rumah Nindya saja belum da seujung kuku rumah megah nan mewah ini. Dan yang mengesalkan bagi Nindya kata-kata dari Gunawan, pengacara tuan Prasetyo."Rumah itu hanya seharga 5 milliar dolar amerika"Wtf? Hanya dia bilang? Hanya? Bahkan jika disuruh untuk mengganti sekua pembayaran dengan seluruh orgn tubuh Nindya, harga semua organ tubuh Nindya tidak akan mampu menutupinya. Dasar orang-orang kaya, Nindya merasa tidak pantas berada di sini jadinya."Apa lagi yang kau tunggu? Ini sudah malam, jika kau sakit karena angin malam, ayahku akan menyalahkan aku." Ketus Arga yang sudah membuka pintu, ia menatap Nindya dengan datar lalu berjalan meninggalkan Nindya sendirian di sana."Apa dia saudara kembar dengan tembok? Datar

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Pernikahan

    Sekarang tibalah hari itu, hari di mana Arga dan Nindya akan melangsungkan pernikahan mereka.Nindya yang berdiri di depan cermin rias menatap pantulan bayangan dirinya sendiri. Gaun pengantin putih sudah membalut tubuhnya, membuatnya terlihat lebih cantik, anggun, bahkan muaris sempurna sempurna dibandingkan biasanya yang memang sudah cantik. Tapi apa gunanya semua itu kalau hati terasa kosong? Pernikahan yang seharusnya membuat ia berdebar, malah terasa begitu menyesakkan. Entahlah, semua ini terasa seperti candaan pahit dari hidup, lelucon takdir yang sedang mempermainkannya. “Apa pilihan ku ini benar-benar sudah sangat tepat?” gumam Nindya pelan pada bayangan dirinya di kaca.“Kenapa aku malah merasa ragu dan semakin tidak meyakinkan.” Tanyanya lagi, suaranya terdengar gundah. Bahkan, tanpa ia perintah air bening menetes dari matanya. Apa keputusannya kali ini memang sudah benar? Kenapa hatinya malah diliputi rasa takut? "Tuhan… aku berharap semuanya akan baik-baik saja." Ujar

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Fitting

    Setelah acara kumpul keluarga, Prasetyo dan Pak Surya sepakat buat ngadain pernikahan mereka awal bulan depan. Jujur, ini kedengarannya terlalu cepat buat Arga dan Nindya yang bahkan baru saja kenal, bukan saling kenal melainkan baru sekali saja bertemu. Tapi mau bagimana lagi? Mereka nggak bisa menolak. Sekeras apa pun mereka nolak, keputusan itu nggak bakal berubah. Lagian, ini lebih ke keputusan Prasetyo. Pak Surya sih sebenarnya cuma ikut kata Prasetyo aja.“Nak Arga, ayo masuk dulu…” tawar Pak Surya waktu Arga sampai di rumah sederhananya yang ada di daerah Jakarta Timur.“Gak usah om, aku di sini aja,” jawab Arga dengan wajahnya yang selalu datar jika datang kerumah ini, tanpa senyuman ramah memberi tanda menghormati calon mertua. Pak Surya cuma senyum kecil sambil menganggukkan kepalanya.Kalau bukan gara-gara ayahnya yang maksa untuk datang dan fitting baju pengantin segala, Arga nggak bakal mau repot jemput cewek ini.Hari ini, dia sama Nindya dijadwalkan buat fitting baju p

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   Pertemuan Pertama

    "Aku Menerima Perjodohan Itu"Setelah menerima saran yang tidak sengaja keluar dari mulut Bayu, Arga menemui ayahnya, dan langsung mengatakan jika ia menerima perjodohan itu. Prasetyo yang mendengarnya tentu merasa sangat senang, tanpa ia ketahui maksud dan fikiran jahat dari Arga akan menjadi sebuah mala petaka."Apakah itu benar?" Tanya Prasetyo meyakinkan, Arga menganggukkan kepalanya yang sudah merencanakan rencana jahat itu cepat."Wah, terimakasih anak ku, ayah merasa senang jadinya" ujar Prasetyo gembira. Ia langsung memeluk anak semata wayangnya itu erat. Sungguh ia tidak pernah merasa sesenang ini, tanpa di sadari oleh Prasetyo, Arga saat ini tengah tersenyum sinis di balik itu semua. Ia benar benar akan memulai permainannya sendiri, tanpa memikirkan apakah ia akan terjebak di permainan yang di buatnya sendiri atau tidak.Belum terjadi, tidak ada yang tahu apa yang terjadinya nanti, termasuk Arga sendiri.---Setelah hari itu, hari dimana Arga mengatakan di mana ia menerima p

  • DIJODOHKAN : SUAMI KEJAMKU   ANCAMAN UNTUK PERJODOHAN

    Arga lagi-lagi menghela nafasnya berat, lagi dan lagi. Ayahnya mengungkit pertanyaan yang sama, perihal perjodohan. Hal yang sangat menyebalkan bagi Arga. Sejak Arga mengenalkan Celine pada Prasetyo, ayahnya itu malah menjadi bersemangat untuk menjodohkannya dengan anak dari seorang ketua keamanan di perusahaannya.Arga merasa sangat kesal, sungguh ia tidak suka diatur begini. Apa salahnya Celine? Dia cantik, baik dan hampir mendekati kata sempurna. Belum lagi wanita itu seorang model ternama, ah Arga merasa beruntung memilikinya."Arga! Ayah memang tidak mengerti dengan apa yang kamu mau! Tapi ayah tahu mana yang terbaik dan terburuk untukmu!" marah Prasetyo yang sedang berdiri di ambang pintu. Ia tidak memakai baju, hanya celana selutut, ia mengusap-usap ketiaknya lalu menciumnya. Jika dilihat-lihat, mereka seperti kakak adik saja, karen Prasetyo masih tampan diusia lebih dari setengah abad, ya.. Awet mudanya itu tentu menurun pada anaknya, Arga. Arga tidak menjawab, ia hanya diam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status