Home / Romansa / DUDA POLISI BUCIN / Kita Bicara Lagi

Share

Kita Bicara Lagi

Author: Lystania
last update Last Updated: 2025-05-30 10:00:07

Selesai meeting dengan salah satu dinas di Bandung, Tristan menyempat diri untuk bertemu Yuda. Pria itu langsung menemui Yuda di distronya.

"Wah, lu kok gak bilang kalau ternyata Vanya sudah punya calon suami?" Tanpa basa basi Tristan langsung masuk, membuat Yuda dan beberapa pengunjung memandang bingung ke arah Tristan.

"Oopss." Tristan nyengir lebar kemudian berjalan menghampiri Yuda di meja kasir.

"Apaan si lu. Datang-datang bukannya bilang salam, ini malah ngomong yang gak jelas," ucap Yuda.

"Gue masuk ya." Tristan masuk ke area kasir dan duduk di samping Yuda. Tristan lantas menceritakan pertemuannya dengan Vanya saat di cafe waktu itu.

"Jadi cowok itu bilang, kalau dia calon suami adik lu," ucap Tristan membuat Yuda terdiam. Ia yakin yang Tristan ceritakan adalah pria yang dimaksud oleh Mama.

“Tapi kok Mama gak bilang sih kalau dia sudah resmi jadi calon suami Vanya” batin Yuda heran sekaligus penasaran dengan tampang pria itu.

"Ah baru juga calon suami, kan belum jadi? Kalau lu mau deketin ya gak masalah lah," ucap Yuda santai tetap memberikan semangat pada Tristan.

"Ckckck, Abang macam apa sih lu? Adek sudah punya calon tapi masih nyuruh gue buat deketin. Durhaka lu," kata Tristan sambil mencomot cemilan yang ada di atas meja.

"Ya kan siapa tahu jodohnya elu," ucap Yuda.

"Enggak ah, masa iya gue jadi pebinor?" Yuda tertawa mendengar ucapan Tristan.

“Padahal Vanya sekarang tambah cantik, sayang banget gue telat kenalan sama adek lu."

"Udah gue bilangin, selama belum sah, bebas aja kalau lu mau deketin." Tristan terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu.

***

Vanya menolak ajakan teman kantornya untuk menonton dan memilih nongkrong di cafe sendirian untuk menenangkan pikirannya. Kebetulan ada satu cafe yang baru searah dengan jalannya pulang. Setelah memesan makanan dan minuman, Vanya mengambil salah satu buku bacaan yang ada di dekat meja kasir.

Buku tebal yang menyajikan kisah sederhana nan inspiratif, yang sedikit membuka pikiran Vanya tentang kehidupan yang tak selalu mulus. Kehidupan yang memiliki misterinya sendiri. Tiba-tiba saja wajah Charles dan Charlos bergantian muncul di pikirannya.

"Astaga," umpat Vanya sambil menutup buku yang sedang dipegangnya. Netranya kemudian menatap piring yang telah kosong.

“Sudah jam delapan,” gumamnya melirik jam dinding.

Setelah membayar makannya dan mengembalikan buku tadi ke tempatnya, Vanya bergegas meninggalkan tempat itu. Memasuki komplek rumahnya, ia melihat mobil Charles menuju arah keluar.

"Ada tamu, Ma?" tanya Vanya membantu Mama membereskan meja tamu.

"Calon suami kamu," ucap Mama sambil tertawa nyaring. "Tadi Charles datang. Lucunya dia gak nyari kamu tapi nyari Mama."

"Mama cocok ya sama dia sekarang. Akrab," ucap Vanya sambil memakan terang bulan di piring yang sepertinya dibawa oleh Charles.

"Kan calon suami kamu, masa Mama gak akrab?" goda Mama sambil tertawa. Vanya memanyunkan bibirnya. "Tadi dia cerita kalau dia bilang kamu itu calon istrinya, waktu ketemu kamu di cafe sama Tristan."

"Gila kan dia, Ma?" tanya Vanya minta pendapat Mama.

"Gila sih enggak tapi lucu aja. Katanya dia takut kamu diambil sama orang." Mama juga ikut memakan terang bulan yang masih tersisa banyak. Handphone Mama berdering, panggilan video dari Yuda.

"Mama gak bilang kalau cowok itu sudah resmi jadi calon suami, Vanya?” Yuda mencecar Mama begitu panggilan videonya tersambung.

"Eh, kamu gak bilang udah punya calon suami, temen Abang si Tristan mau diapain?" ucap Yuda saat wajah Vanya terlihat di layar.

"Tahu ah, aku mau mandi dulu." Vanya meninggalkan Mama dan masuk ke kamarnya.

Mama kemudian menceritakan kedatangan Charles barusan yang bertujuan untuk meminta izin dan restu agar diperbolehkan menjalin hubungan dengan Vanya.

"Lalu Mama mendukung Vanya sama dia?" tanya Yuda.

“Biar mereka jalanin aja dulu, Yud. Mama memberikan kebebasan buat Vanya mengambil keputusan untuk hidupnya," ucap Mama sambil menyapa cucu kembarnya yang berusaha merebut handphone dari tangan Yuda.

Sebagai orang tua, Mama memang memiliki pikiran yang cukup modern. Ia tidak ingin mengekang pilihan anaknya, selagi itu bisa dipertanggungjawabkan.

***

Sebuah pesan dari nomor tak dikenal masuk ke handphone Vanya.

"Charles," gumamnya saat melihat foto profilnya.

"Kita harus bicara," gumam Vanya lagi membaca isi chat dari pria itu.

Masih dalam posisi menatap layar handphonenya, Pak Irwan menghampirinya dan mengajak Vanya ke lantai dua untuk ikut rapat bulanan. Ia benar-benar lupa kalau hari ini jadwal rapat bulanan yang pasti bakal lama.

Suasana rapat kali ini cukup tegang karena kinerja kantor yang menurun dari bulan sebelumnya. Tak ada yang berani meninggalkan ruang rapat padahal biasanya Vanya bisa saja kabur duluan. Hampir satu jam kepala cabang Vanya terus marah-marah hingga perlahan mulai mereda saat petugas OB datang menyajikan makan malam..

Tepat jam delapan, akhir rapat selesai juga. Bergegas Vanya pamit keluar duluan. Saat gadis itu berjalan menuju parkiran, satpam datang mendekat

"Mbak, di depan ada yang nungguin, cowok ganteng, katanya mau jemput."

"Hah? Siapa, Pak?" tanya Vanya balik. "Astaga," pekiknya saat ingat kalau pesan dari Charles belum dibalasnya. "Pak, nitip ya." Vanya melirik mobilnya.

"Siap, Mbak." Vanya bergegas menghampiri Charles yang terlihat akrab ngobrol dengan satpam lain yang sedang bertugas.

"Duluan ya, Pak.” Pamit Charles sambil berjabat tangan.

Dalam suasana hening, mobil yang Charles kendarai melaju menyusuri jalanan ibukota.

"Jadi gimana permintaan Omanya Charlos?" pertanyaan Charles memecah suasana hening.

"Apakah ini murni hanya untuk memenuhi permintaan Omanya Charlos?" tanya Vanya sambil menatap Charles yang serius menyetir. Menurut cerita dari buku yang dibacanya kemarin, dia tidak ingin hanya dijadikan pengasuh berkedok istri.

Charles kemudian memperlambat laju mobilnya.

"Dua bulan lagi Charlos berusia satu tahun. Gak mungkin aku egois, membiarkan dia tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Awalnya memang hanya untuk memenuhi permintaan Mama, tapi gak mungkin kita bersama tanpa ada hubungan. Di awal hubungan ini bisakah kita hanya berteman saja?" Vanya terdiam mendengar perkataan Charles. Dia tahu bahwa Charles memang tidak memiliki perasaan padanya, tapi dengan Charles mengatakan hal ini, setidaknya ia tahu diri untuk tidak berharap lebih. Mungkin awal sebagai teman lebih baik daripada mereka bersama hanya untuk memenuhi permintaan Omanya Charlos.

Vanya menghela nafas dan mengangguk kecil pertanda ia setuju dengan apa yang Charles katakan. Anggukan yang membuat pria itu bisa tersenyum dan merasa tenang, karena sekarang ia tak lagi sendirian memikirkan masa depan anaknya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • DUDA POLISI BUCIN   Insiden

    Charles masih sibuk mengerjakan laporannya, padahal ini sudah jam lima sore. Belum lagi waktu perjalanan Bandung Jakarta yang memakan waktu beberapa jam bila ditambah dengan kemacetannya. Sambil terus menyelesaikan laporannya, ia terus melirik jam di layar laptopnya. Tak tahu kenapa hati sedikit gusar. Maunya ingin cepat pulang saja.Di kantor Vanya.Ia baru saja selesai absen pulang. Sebelum pulang ia mampir ke toko mainan yang baru buka di dekat kantornya, membelikan mainan mobil-mobilan untuk Charlos."Makasih ya, Mbak," ucap Vanya sambil menenteng bungkusan berwarna biru itu. Setibanya di depan rumah, Vanya turun dari mobil dan membuka pagar rumah."Ami … Ami …" teriak Charlos dari depan pintu rumah saat melihat Vanya yang barusan turun dari mobil tadi.Teriakan Charlos bertambah kencang saat Vanya menunjukkan bungkusan plastik pada Charlos. Senyum yang mengambang di bibir Vanya, berubah menjadi ekspresi sedikit takut saat melihat Charlos hendak menuruni

  • DUDA POLISI BUCIN   Tiada Artinya

    "Maaf Pak, Bapak silahkan duduk dulu." Vanya tetap berusaha tenang menghadapi nasabah yang datang dan langsung marah-marah padahal ini masih pagi. Saat Vanya mulai bicara hendak memberikan pilihan, nasabah itu bangkit berdiri dan mengambil pistolnya yang sedari tadi ia letakkan di atas meja. Tak perlu waktu lama petugas keamanan dan beberapa orang langsung mengamankan nasabah itu."Bapak silahkan ke sebelah sini," ucap satpam yang berjaga di sana dengan dibantu dua orang nasabah yang kebetulan berprofesi sebagai polisi, mengarahkan ke ruangan Pak Tri."Sakit tuh nasabah," komentar Tyas. "Kamu gak apa-apa kan?" tanya Tyas lagi."Gapapa," sahut Vanya. Ia meninggalkan mejanya sebentar, menuju toilet.Dari dalam ruangan Pak Tri, dua polisi yang ikut mengamankan nasabah tadi memperhatikan Vanya.Setelah dijelaskan oleh Pak Tri, nasabah yang mengamuk tadi akhirnya paham dan meminta maaf karena telah membuat kegaduhan di kantor ini. Ia meninggalkan tempat itu dengan di

  • DUDA POLISI BUCIN   Masih Kesal

    Ia tak bicara sama sekali saat Charles mengantarnya kerja. Memandangnya saja pun tidak. Rasa kesal dan sakit di hatinya teramat menumpuk. Ia turun dari mobil dan menutup pintu dengan sedikit kencang. Charles hanya bisa menghela nafas melihat hal itu. Selesai morning briefing, Vanya dan yang lain kembali ke unit masing-masing. Ia duduk di kursinya dan mengambil handphonenya.'Pesan apa ini' tanyanya dalam hati melihat pesan yang dikirimkan Charles kemarin malam.'Besok, upacara kenaikan pangkat' gumamnya. Matanya membaca dengan teliti, mencari nama Charles diantara sekian nama yang ada di sana. Ia berdecak kagum melihat pangkat dan jabatan baru yang akan diemban Charles sekarang. Masih muda dan sangat berprestasi di pekerjaannya. ***Sebelum pulang, Vanya menemui Priska untuk minta izin masuk kerja agak siangan."Kenapa gak sekalian satu hari aja izinnya?""Gapapa, Mbak?” Vanya tak enak.“Gapapa, santai aja.”Di pos satpam, tampak Charles telah m

  • DUDA POLISI BUCIN   Lagi dan Lagi

    Sebelum akhir pekan benar-benar berakhir, hari Minggu ini Charles mengajak jalan-jalan keluarganya. Mereka telah siap di dalam mobil, hanya tinggal menunggu Charles yang katanya sakit perut."Vanya lihat dulu ke dalam ya Ma," ucap Vanya tak telah melihat yang lain telah menunggu. Vanya keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam kamar mandi yang ada di kamar. Berkali-kali diketuk tak ada sahutan dari dalam. Vanya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi yang ternyata tak di kunci."Loh, kosong? Dia dimana?" Vanya bingung mendapati kamar mandi yang kosong. Ia keluar kamar dan melihat Charles berjalan dari arah dapur."Kamu ngapain dari kamar?""Kamu yang ngapain dari dapur?" tanya Vanya sambil menutup pintu kamar."Dari kamar mandi belakang, sakit perut.""Kirain kamu di kamar. Ayo cepet, sudah ditunggu," ajak Vanya.Alhasil jam setengah sembilan pagi mereka baru mulai jalan. Berharap jalanan menuju kesana tidak macet dan antrian masuk ke Kebun Ray

  • DUDA POLISI BUCIN   Tidak Cemburu

    Vanya mengirim screenshot percakapan grup kepada Charles. Percakapan grup istri-istri polisi yang tengah berencana untuk membentuk arisan di luar arisan yang setiap bulan rutin dilakukan, meskipun Vanya belum pernah sekalipun bergabung.Ikut aja, nanti tiap bulan aku yang transfer uang arisannya."Baik bener suami," bisiknya sambil membalas pesan Charles.Uang arisan sebanyak lima ratus ribu itu lumayan untuk Vanya, walau gajinya masih bisa menutupi tapi rasanya sedikit berat. Tapi kalau Charles sudah bilang bahwa dia yang akan membayarkannya, dengan senang hati diterimanya. Selama ini untuk masalah gaji Charles, Vanya tidak pernah mencampurinya. Ia juga tidak pernah meminta jatah pada Charles karena merasa gajinya lebih dari cukup. Sebagian gaji yang diterimanya, Vanya beri untuk Mama karena ia tahu, gaji pensiunan almarhum ayahnya hanya cukup untuk keperluan setiap bulan saja. Dan itu sudah jadi komitmennya dengan Yuda juga.***Sebelum pulang ke rum

  • DUDA POLISI BUCIN   Adu Mulut

    Dengan sigap Charles menarik Vanya sebelum Vanya benar-benar terjatuh dari tempat tidur."Kamu tidur kayak main kungfu aja. Kalau gak cepet aku tarik, pasti sudah jatuh kamu," ucap Charles."Untung cuma mimpi." Vanya mengatur nafasnya. "Mimpi apa?" tanya Charles."Gak mimpi apa-apa kok.""Kalau gak mimpi apa-apa kenapa sampai mau jatuh dari tempat tidur?" Charles tetap ngotot bertanya. Penasaran."Bukan apa-apa," jawabnya sambil berbalik membelakangi Charles. Mencoba untuk tidur lagi, karena jam baru menunjukkan pukul setengah dua belas malam."Atau jangan-jangan kamu mimpiin aku ya," goda Charles sambil mencolek telinga Vanya."Enggak. Pede banget sih kamu," ucap Vanya seraya memuk pelan tangan Charles."Terus mimpi apa? Mimpi hamil ya?" tebak Charles."Enggak, enggak, enggak." Dengan cepat Vanya membantah."Jadiin kenyataan aja mimpi kamu yuk." Perkataan Charles membuat Vanya bergid

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status