Di Balik Taruhan Cinta

Di Balik Taruhan Cinta

last updateLast Updated : 2025-05-03
By:  Sofi PrabandaniOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
11Chapters
116views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dendam, kekuasaan, dan luka lama membentuk Davin Velizan Alviano menjadi CEO muda paling ditakuti sekaligus paling dicari. Di balik wajah dinginnya tersembunyi masa lalu kelam yang bermuara pada satu nama—Lio Revalino Daryan, rival bisnis yang kini bangkrut dan kabur ke luar negeri, meninggalkan kehancuran, utang, dan... adik perempuannya yang penuh misteri. Aleyya Calisha Daryan, gadis dengan luka tak kasat mata, tiba-tiba menjadi bagian dari "taruhan" yang tak ia pahami. Tanpa pilihan, Aleya terjebak dalam dunia Davin—dunia yang dingin, kelam, dan penuh aturan. Namun kehadirannya justru menggoyahkan tembok pertahanan sang CEO yang selama ini kokoh. Ketika dendam bersinggungan dengan cinta, mampukah Davin memenangkan taruhannya? Ataukah justru ia akan jatuh dalam permainan yang ia ciptakan sendiri?

View More

Chapter 1

Kalah Taruhan

"Kau kalah, Lio."

  Nada suara Davin terdengar datar, tapi dinginnya menampar seluruh ruangan.

  Suara itu menggema di tengah forum saham tertutup yang hanya dihadiri segelintir elite. Semua mata tertuju pada dua sosok penguasa pasar modal: Davin Valizan Alviano, CEO muda dari Valizan Corp, dan Lio Daryan, pewaris sekaligus wajah depan korporasi raksasa Daryan Group.

  Lio menyeringai miring, mencoba menyembunyikan kekalahan memalukannya. Tapi grafik saham di layar LED di belakang mereka tak bisa dibantah. Garis biru milik Valizan mengungguli merah milik Daryan Group, tajam dan menusuk.

  "Ini belum berakhir, Davin."

  "Sayangnya, menurut data, ini sudah selesai," potong Davin tajam. "Tahun ini, aku menang."

  Seketika suasana mencekam. Seorang petinggi forum mulai berdiri, bersiap mengakhiri pertemuan—namun Davin angkat tangan, menghentikannya.

  "Aku punya satu tambahan sebelum kita tutup hari ini."

  Semua kepala menoleh.

  "Aku ingin... setengah saham dari perusahaan Lio."

  Lio mengepalkan rahangnya, tapi sebelum dia bisa menyela, Davin menambahkan,

  "Dan satu hal lagi—aku ingin satu gadis perawan dari keluargamu."

  Hening. Tidak ada yang berani mengeluarkan suara. Bahkan petinggi tertua forum terlihat menelan ludah.

  Lio berdiri. "Kau gila."

  "Tidak lebih gila dari taruhanmu yang ingin aku mundur dari dunia saham jika kalah," jawab Davin datar. "Ini hanya balasan yang setara."

  Lio menggertakkan giginya. "Kau pikir aku akan menyerah untuk permainan busuk ini?"

  "Aku pikir kau akan melakukan apapun demi menyelamatkan perusahaanmu dari kehancuran," ucap Davin. "Atau... kau lebih memilih kehilangan semuanya?"

  Taruhan itu memang edan. Tapi ini bukan tentang wanita. Bagi Davin, ini tentang harga diri. Lio telah berkali-kali menjatuhkannya di depan umum, menghina keluarganya, merusak reputasinya. Kini, saatnya Davin menghancurkan ego besar itu.

  Lio diam. Matanya menatap tajam, tapi ada ketakutan di sana. Untuk pertama kalinya, Lio kalah dan harus menelan kenyataan pahit.

  "Aku akan menyerahkan... syaratmu," ucapnya lirih, nyaris tak terdengar.

  Davin meliriknya tajam.

  "Sampaikan padaku siapa wanita yang akan kau serahkan sebelum minggu depan. Aku akan menikahinya."

  "Jangan menyesal."

  "Tidak akan pernah, Lio" balas Davin.

  Dan dengan itu, pertemuan berakhir.

  ---

  Tiga hari kemudian, Davin menerima satu berkas.

  Nama gadis itu tertulis rapi: Aleya Daryan.

  Umur: 22 tahun.

  Status: belum menikah.

  Catatan tambahan: lulusan luar negeri, tidak pernah tampil di publik.

  Davin membacanya tanpa ekspresi.

  "Aleya," gumamnya. "Putri rahasia Daryan?"

  Ia tersenyum tipis. Kalau Lio pikir menyerahkan adik kecilnya akan menjadi cara melindungi perusahaan, dia salah besar.

  Tapi...

  Saat Davin melihat foto gadis itu, alisnya sedikit naik. Matanya menyipit. Ada sesuatu di wajah Aleya. Cantik, iya. Tapi... tatapannya aneh. Kosong. Seperti tak menyadari sedang difoto.

  "Kenapa aku merasa ini... jebakan?"

  Davin meletakkan berkas itu pelan di atas meja kaca di ruang kantornya yang sunyi. Di luar jendela, Jakarta memancarkan lampu malamnya, tapi tak ada yang lebih terang daripada gejolak dalam pikirannya.

  Kenapa Lio menyerahkan Aleya begitu saja?

  Kenapa gadis itu seakan disembunyikan selama ini?

  Ia membuka halaman terakhir—laporan medis. Ada bagian yang disensor. Tapi cukup untuk membuat dahi Davin berkerut.

  Kondisi mental belum stabil.

  "Tapi dia tetap menyerahkannya padaku?" gumam Davin. "Ini bukan sekadar permainan bisnis lagi. Ini... Kelicikan Lio!"

  Tangannya meraih rokok tapi tak dinyalakan. Davin tidak pernah merokok. Ia hanya memainkannya saat berpikir keras.

Suara dering ponsel membuyarkan lamunan Davin.

Bip.

Ia mengangkat telepon dengan tenang, namun suara dari seberang langsung membentak dengan tajam.

“Apa kau benar-benar menerima ‘hadiah’ dari Lio? Menang dalam pertaruhan saham seharusnya sudah cukup. Jangan bilang kau akan—”

“Aku akan menikahinya,” potong Davin datar, menahan amarah yang terselubung rapi.

Sejenak, hanya keheningan yang menjawab. Lalu suara itu kembali terdengar, kini lebih keras, lebih tajam.

“Kau sadar ini bukan langkah cerdas? Kau tahu siapa mereka, siapa yang selama ini kau hadapi! Ini bukan sekadar urusan bisnis, ini keluarga Daryan—mereka penuh racun.”

Davin berdiri, berjalan pelan ke arah jendela. Cahaya remang dari langit yang mulai gelap jatuh ke wajahnya yang teduh namun penuh bara.

“Lio ingin permainan ini berakhir,” ucapnya pelan. “Tapi aku belum pernah benar-benar memulainya.”

Suara di seberang terdiam beberapa detik, lalu berdesis pelan, “Kalau ini permulaan, kau harus siap menanggung akibatnya. Ini bisa menghancurkan semuanya.”

“Aku sudah menghitung risikonya,” sahut Davin. “Dan aku tahu, luka tak akan sembuh jika hanya ditonton dari jauh.”

Lagi-lagi hening. Hanya suara napas berat yang terdengar samar.

Orang di ujung sana mengenal Davin lebih dalam dari siapa pun. Ia tahu, sekali pria itu mengambil keputusan, maka tak akan ada yang bisa membelokkannya. Tapi kali ini… yang dipertaruhkan bukan hanya nama besar, kekuasaan, atau bisnis.

Taruhan kali ini… bisa jadi adalah jiwanyasendiri.

  ---

  Malam itu, Davin memesan satu unit tim intel untuk menyelidiki latar belakang Aleya.

  Dan hasilnya...

  "Nggak masuk akal," gumam Davin saat file hasil investigasi dilempar ke mejanya.

  Gadis itu... tidak pernah tercatat berkuliah. Tidak ada akun media sosial. Tidak ada foto publik. Bahkan... satu-satunya rekam jejaknya adalah data RS jiwa yang ditutupi.

  “Aleya... siapa kamu sebenarnya?” bisiknya.

  Gadis dari keluarga besar, tapi hidupnya seperti bayangan. Tak punya teman, tak punya jejak. Seolah... sengaja dikubur.

  Sementara itu, di dalam kamar isolasi rumah Daryan—Aleya duduk bersila di lantai dingin. Tangannya terikat rantai tipis di pergelangan kaki. Tapi dia tertawa. Kecil, lirih, mengganggu.

  Di hadapannya, Lio berdiri dengan tatapan puas.

  “Kau akan segera berganti nama jadi Nyonya Davin Valizan.”

  Aleya mendongak, matanya liar. “Kau pikir dia bisa menyelamatkanku?”

  Lio tersenyum. “Tidak. Tapi dia akan jadi kuburanmu yang baru.”

  Aleya menjerit pelan, lalu mencakar dirinya sendiri.

  Dan saat itu, Lio melangkah pergi—meninggalkan adiknya yang seperti boneka rusak dalam sangkar emas.

  ---

  Davin menatap layar CCTV tersembunyi yang ia pasang di luar rumah Daryan.

  Gadis itu… dikurung. Disiksa?

  Kemarahan merayap di matanya. Tapi ia masih bermain tenang.

  “Lio benar-benar menjadikan adiknya alat barter.”

   Davin mengepalkan tanganya, ia geram dengan ulah biadab calon kaka iparnya.

  Davin berdiri.

  “Aku tidak akan menyelamatkannya,” ucapnya. “Aku akan membawanya… untuk menghancurkan Lio dari dalam.”

  Dean menghela napas. Tapi ada satu hal yang tak ia katakan pada Davin: saat ia menatap rekaman Aleya, ia bisa melihat satu hal yang bahkan Davin lewatkan.

  Aleya tidak rusak.

  Dia… berbahaya.

  ---

  Di malam yang sama, Davin duduk sendirian di ruangannya. Tak biasanya ia melamun. Tapi kali ini... pikirannya liar.

  Pikirannya membayangkan satu hal: bagaimana nanti saat Aleya memanggil namanya.

  “Davin,” bisik suara di kepalanya. Suara lembut, namun menggoda.

  Seketika pipi Davin merona.

  Damn. Apa yang salah dengan dirinya?

  Dia bahkan belum menikahi gadis itu. Tapi sejak melihat fotonya—mata kosong itu, senyum kecil yang menyiratkan sesuatu yang tak bisa dijelaskan—Davin merasa... tertarik.

  Bukan secara fisik. Tapi seperti... ada misteri yang menantang otaknya.

  Dan itu membuatnya ingin menyentuh sisi gelap gadis itu. Perlahan. Pelan. Hingga semua rahasia terkuak.

  Telepon dari Lio masuk.

  “Satu minggu lagi. Pernikahan privat. Semua biaya dari kami.”

  “Sempurna,” sahut Davin dingin.

  “Tapi satu hal. Jangan berharap dia akan menyukaimu. Dia bahkan tidak bisa memeluk bayangannya sendiri.”

  “Aku tidak butuh dia mencintaiku,” jawab Davin, datar.

  “Lalu kenapa menikahinya?”

  Davin terdiam. Lalu dengan tenang ia berkata,

  “Karena aku akan mengubahnya jadi ratu. Dan membuatmu tunduk, Lio.”

  Telepon ditutup.

  Dan malam itu, Davin tersenyum untuk pertama kalinya—senyum gelap penuh rencana.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
11 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status