“Kurang ajar!” desisnya begitu tangannya yang lain terbebas. “Pergi dari sini dan jangan kembali lagi. Chiara Sagita, kamu … saya pecat!”—Yanuar Atmajaya. “Cih, emang lo pikir gue mau tetap kerja di sini? Jadi budak dari manusia dingin yang nggak punya hati macam lo?” Gadis itu menarik salah satu sudut bibirnya sambil memiringkan kepala. “Ogah!”—Chiara Sagita. Chiara (23 tahun) seorang mahasiswi yang magang di salah satu perusahaan besar harus menerima keputusan bosnya. Ia dipecat tidak baik-baik oleh Yanuar (35 tahun) hanya karena masalah sepele. Berbagai usaha mencari jalan keluar dari hidup yang serba kekurangan setelah dipecat sudah ia lakukan, hingga akhirnya Chiara mendapat pekerjaan dengan gaji besar yang sepaket dengan kejutan gila. Pekerjaan barunya mengharuskan Chiara menjadi pelayan di rumah Yanuar. Daripada menggembel di jalanan karena tak mampu membayar sewa indekos, Chiara mau tak mau memilih tinggal seatap bersama bos galak yang memberhentikannya. Namun, siapa yang tahu, seiring berjalannya waktu ada saja kelakuan Yanuar yang membuat Chiara tak habis pikir. Serta di balik sikap galak dan dinginnya pria itu, Chiara akhirnya mengetahui satu rahasia besarnya.
Lihat lebih banyakTanda kemerahan di beberapa tubuh Chiara adalah mahakarya. Bagi Yanuar yang berulah, ia mengulum senyum saat melihatnya. Gerak-gerik Chiara selalu ia perhatikan. Bahkan saat si istri melepaskan napas terengahnya sebelum bergerak turun dari ranjang.“Mau ke mana?” Yanuar sigap mengikuti Chiara yang sibuk mengenakan pakaiannya kembali. Namun sesekali si istri menghentikan gerak dan memegangi pinggang sambil mengerutkan hidung.“Bebersih sekarang?” tanya Yanuar lagi.Baru kali itu Chiara menoleh dan mengangguk. “Mau bilas di kamar mandi biar nggak lengket.”Selalu seperti itu kebiasaan Chiara. Selepas mereka melakukan aktivitas bersama, si istri tak pernah absen ke kamar mandi untuk membilas bagian tubuhnya.Yanuar mengangguk dan cepat mengulurkan tangan, bersedia merangkul tubuh Chiara. “Aku bantu,” tawarnya yang dibalas persetujuan sang istri. “Pelan-pelan aja jalannya nggak pa-pa.”Walaupun ada sensasi senang dan puas mendapati istri yang berinisiatif meminta lebih dulu, Yanuar meras
Menginap di rumah mertua adalah pengalaman pertama bagi Yanuar. Ia langsung mengiyakan tawaran mertua sekaligus kemauan istri yang sudah lama tak menginap semenjak menikah. Melihat mata Chiara yang langsung berbinar-binar, membuat Yanuar enggan menolak. Meskipun, setelah dipikir-pikir, ada banyak hal yang perlu dipersiapkan. Seperti pakaian ganti yang mengharuskan Yanuar pergi ke supermarket terdekat. Yanuar baru kembali saat langit menggelap dan makan malam akan dimulai.“Kok masih di kamar?” tanya Yanuar begitu masuk ke kamar Chiara dan menemukan istrinya tengah mengikat rambut panjang. “Ibu udah siapin makanan di luar, Babe.”Chiara sontak bangkit dan menyambut kedatangannya. “Aku nunggu kamu,” katanya sambil memeluk lengan Yanuar. “Makan dulu aja, mandinya setelah ini.”“Hmm, okay.” Yanuar meletakkan kantung plastik belanjaannya hasil berburu bersama Ardan tadi. Kemudian melangkah bersama Chiara menuju ruang makan yang menyatu dengan ruang tengah dan dapur. Semua sudah berkumpul
Ada beberapa perubahan pada rumah yang dulu ditinggali Chiara semenjak lahir hingga sebelum menikah dengan Yanuar. Bagian teras lebih diperbesar, juga atapnya yang ditambah naungan agar lantai tak begitu basah saat hujan. Melihat itu, Chiara langsung menoleh ke sisi kursi pengemudi. Tepatnya pada Yanuar yang kemungkinan besar adalah otak dari perubahan rumah itu. Sebelum melepas sabuk pengaman, Chiara menahan lengan Yanuar supaya tak turun dari mobil lebih dulu sekalipun Bapak sudah menunjukkan dirinya dari pintu. “Kenapa?” Yanuar bertanya dengan kepala dimiringkan. “Perlu sesuatu? Atau ada yang ketinggalan?” Chiara menggeleng sungkan. “Makasih banyak,” katanya. “Dan maaf.” Iris Yanuar melebar spontan, kedua alisnya pun ikut terangkat. Lalu sorotnya berubah bingung mendengar dua kata yang bertolak belakang terlontar dari bibir istrinya. “Kita turun, yuk?” ajak Chiara kemudian yang tak memberi kesempatan Yanuar untuk berkomentar. “Bapak dan Ibu udah di teras.” “Oke.” Yanuar mengia
Semenjak dinyatakan positif hamil, Chiara menyadari ada banyak perubahan dalam dirinya. Selain tubuhnya yang bereaksi, juga suasana hatinya. Ia mudah emosi, kesal, sampai menangis tiba-tiba.Lalu sekarang, saat melihat leher jenjang suaminya, Chiara murka. Untuk sekadar melihat wajah Yanuar saja, Chiara ogah-ogahan. Lebih baik melihat dinding polos di hadapannya daripada menatap suami yang memiliki banyak tanda kemerahan di leher.Memang kejadian itu bukan kesengajaan, tapi tetap saja. Chiara benar-benar kesal. Ia ingin meneriaki segala sesuatunya untuk meredam amarah.“Chimil?” gumam Chiara pelan, mengulangi sebutan aneh itu.Sontak kepala Chiara menoleh pada sumber suara. Di dekatnya, Yanuar tengah berdiri di belakang sofa dengan raut wajah yang kusut.“Kamu manggil siapa?” tanya Chiara bersama lirikan tajam, menunjukkan kekesalan yang masih dirasakannya. Bahkan setelah Yanuar bersungguh-sungguh ingin menghapus jejak di leher akibat ulah wanita lain, Chiara masih jengkel dan tak te
“Lo mabuk, Ly!” sentak Yanuar ketika mendapati Lily, temannya mendadak datang ke rumah dan langsung menggerayanginya. “Lebih baik lo pulang sekarang!”Wanita itu menatap Yanuar satu. Lalu perlahan, ia menangis sejadinya yang memicu kebingungan Yanuar.“Nu, lo harus tolongin gue … please, Yanu ….” Lily terisak. Air matanya bergulir melalui dua sisi wajah hingga riasannya longsor.Yanuar bergidik ngeri menyaksikan Lily yang berbeda dari biasanya. Seolah tingkat stress wanita itu sudah di atas rata-rata. Dan Yanuar merasa tidak mampu membantunya. Sewaktu pekerja rumah tangganya melintas, Yanuar langsung memanggilnya dan meminta bantuan agar Lily menjauh. “Tolong, Bi. Jauhkan dia dari saya,” pinta Yanuar yang diangguki Bi Asih.Kalau terus dibiarkan, Lily akan berbuat lebih. Seperti tadi, Lily berhasil memberi ciuman kasar di lehernya tanpa sebab. Yanuar sudah memekik untuk menolak, tapi wanita itu benar-benar tidak sadar atas apa yang dilakukannya.“Pak, Bu Lily …” kata Bi Asih pelan
Sekalipun perutnya sudah mulai membuncit di balik pakaian longgar yang dikenakannya, Chiara masih bersemangat berangkat kuliah. Beberapa nasihat datang dari mertua, orangtua, hingga suaminya sendiri.Bahkan ketika ia sudah siap dengan tampilannya ke kampus, Yanuar masih memberikan tatapan was-was. Kedua matanya menyipit tengah menyelidik. Meskipun bibirnya sibuk mengunyah makanan.“Kenapa, sih?” tanya Chiara yang tak nyaman diperhatikan dengan cara seperti itu. “Aku ada kelas pagi, nanti makan siangnya biar sopir yang anter. Aku udah siapin bagiannya sendiri, kok.”Yanuar meletakkan alat makannya ke piring. Lalu mengambil segelas air dan meminumnya. Tatapnya masih mengarah pada Chiara yang getol menunggu jawaban.“Kamu yakin mau tetap lanjut kuliah?” Lagi, Yanuar menanyakan hal yang sama. Sikapnya jelas meragukan tindakan Chiara, ditambah kondisi wanita itu tengah hamil anaknya sekarang. “Akhir-akhir ini aku dengar dari Yaya, kamu masih suka mual di kampus. Kalau nanti terjadi sesuatu
“Mami dengar, kakakmu akan berangkat ke luar negeri setelah diklat ya, Chia?” Pertanyaan itu terlontar tanpa pembukaan topik tentang Ardan. Chiara lumayan canggung ketika membicarakan soal keluarganya, terlebih kakaknya sendiri memang memerlukan biaya besar dan ia sudah mengusahakan untuk membantu semampunya. “Nunggu lunas dulu, Mami,” ungkap Chiara jujur. Di pertemuan terakhirnya di rumah, Chiara sempat mengobrol dengan orang tua dan dua saudaranya tentang rencana Ardan. Apa yang Chiara tangkap itu ya soal pelunasan biaya yang belum bisa dilakukan. Lalu sekarang, Mami—ibu dari Yanuar—sengaja mengulik topik tersebut. “Kok belum lunas, sih, Sayang?” Kedua alis Mami yang sudah dirapikan menggunakan pensil terlihat menyatu. “Bukannya Yanu udah bantu sebulan lalu? Kakakmu tinggal berangkat aja setelah diklat, nggak perlu lagi mikirin biaya.”Kini giliran Chiara memasang wajah bingungnya. Kata Mami, Yanuar sudah mengirimkan bantuan sebulan lalu? Lalu mengapa Chiara tak mendengarnya lan
Semenjak mengetahui istrinya hamil, Yanuar berusaha pulang lebih cepat. Beberapa jadwal rapatnya di luar pun diubah, mengingat Chiara membutuhkan banyak perhatian darinya. Akhir-akhir ini, Chiara lebih manja dan bersikap seolah tak bisa jauh darinya. Kalau sudah begitu, Yanuar tak mungkin sanggup menolak. Ia terlalu cinta Chiara sampai merelakan banyak waktu kerjanya demi istri dan calon bayi mereka.“Udah mulai ngidam belum?” Yabes bertanya di tengah perjalanan pulang. Sore itu, ia memang ditugaskan mengantar Yanuar sampai rumah dengan selamat. Melihat reaksi Yanuar yang santai dan tak begitu grasa-grusu, Yabes bisa menerka momen itu belum datang. “Ngidam makanannya mah belum, tapi kayaknya Chia ngidamnya gue, sih,” kelakar Yanuar yang memicu cebikan Yabes. “Tapi serius, Bes, Chia itu jadi manja banget. Selama gue kenal dia, baru kali ini gue lihat sosok Chia yang lain. Bener-bener beda!”Yabes terkekeh mengikuti gelak tawa yang dibuat Yanuar selama membicarakan istrinya. Mungkin
Pandangan Yanuar masih mengabur saat menatap lamat-lamat selembar foto hasil USG yang baru didapatkan belum lama ini. Memang bukan kali pertamanya Yanuar melihat keberadaan darah dagingnya. Sebelum ini, sewaktu menikah dengan Avita, Yanuar pun mendapatkan hal yang sama, meski waktunya cukup panjang dan berliku.Akan tetapi, perasaannya sama. Bahagia dan seperti mimpi. Yanuar kembali mengarahkan sorot pada Chiara yang tak berhenti tersenyum bahagia.“Kita jaga si baby sama-sama,” ujar Yanuar sambil mengusap perut Chiara yang masih rata. “Hi, baby. Ini Papi.” Yanuar mendekatkan wajah dan menyapa si jabang bayi yang bahkan belum memiliki tubuh lengkap di dalam perut Chiara.Chiara membelai rambut Yanuar dan sesekali memainkan helaiannya yang berantakan. Sejujurnya ia merasa geli saat jemari panjang suaminya terus meraba perut dan menggerak-gerakan jari di sana.“Are you happy, Mas?” “Mmm, banget.”Lagi, Yanuar kembali memeluk Chiara. “Apa pun yang kamu mau, akan Mas turuti. Pokoknya bil
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.