Hai semua terimakasih sudah mampir di cerita ini. Trimakasih banyak atas dukungan kalian semua. Semoga kalian selalu sehat dimanapun kalian berada. Fol*w akun instagr** ku ya untuk info update setiap harinya. @autumn_autumn94 atau Efbi Autumn. Terimakasih.
“Gimana Ga? Ketemu?” tanya Mayang berlari menghampiri putranya yang terlihat berjalan dengan gontai memasuki rumah. “Kalo ketemu nggak mungkin Kirana nggak di sini, ma," jawab Dirga dengan nada malas. Dia sudah sangat lelah sepanjang hari berkeliling tanpa arah dan tujuan. Tak ada tempat bertanya, tak ada tempat yang di tuju. Dia menghela napas lalu berlalu begitu saja melewati sang mama.Dia berjalan menuju kamar dengan perasaan tak karuan, rasanya dunia runtuh, ketika sehari dirinya tak melihat wanita yang dia cintai. ‘Kamu ke mana sih, sayang. Kenapa kamu setega ini ninggalin aku tanpa berpamitan. Kesalahan apa sebenarnya yang aku perbuat?' Dirga menutup pintu kamar dan mengambil laptop miliknya. Setelah menemukan yang dia cari, dia segera mengemasi barang dan kembali keluar.Mayang yang sejak tadi merasa pusing, kini dikagetkan melihat Dirga yang sudah membawajaket ransel hitam dan mengenakan tebal. “Ga, ini bukan waktunya muncak, istri kamu ilang lho. Bisa-bisanya kamu mau mu
Kirana menunduk menahan senyum, bahkan dia juga merasa tak enak dengan sepupunya. Entah kebetulan atau bagaimana, ternyata pria yang dia sangka seorang psikopat tadi adalah sepupunya. Dia ternyata Kaivan, anak yang beberapa tahun lalu masih duduk di bangku SMP dan tak setinggi sekarang ini, siapa sangka sekarang sudah tumbuh menjadi lelaki dewasa tampan dan rapi. Ingat ya, tampan dan rapi. Kirana memang belum pernah bertemu lagi semenjak pertemuannya terakhir kali beberapa tahun silam. Bahkan di hari pernikahannya dia tak sempat datang karena mempersiapkan untuk masuk perguruan tinggi. Kaivan yang dulu terlihat sangat culun dengan kacamata tebal dan rambut klimis berbau minyak rambut pria. “Sakit tau mbak,” keluh pria itu sembari menggosokkan telur bulat pada keningnya yang benjal karena tampolan reflek dari Kirana sebelumnya. Kejadian begitu cepat, jika teringat kembali Kirana merasa kesal dan tak enak telah memukul kepala Kaivan. Semua dia lakukan dalam upaya melindungi diri. “S
Matahari sudah di atas kepala cuaca terasa begitu terik, hati Dirga ikut memanas karena kejadian di hari ini. Pria itu tampak mengusap wajahnya gusar, sudah beberapa tempat dia datangi, namun tetap tak membuahkan hasil juga. Dia bahkan sudah meminta bantuan Nanda untuk melacak keberadaan sang istri, namun hasilnya tetap nihil. Dia menarik napas berat, tangannya meremas kaleng minuman lalu melemparnya ke segala arah. “Aduh, catit!” teriak seorang anak kecil sembari memegangi kepalanya. Mendengar suara itu, Dirga sontak menoleh. “Astaga, maaf-maaf, kamu baik-baik saja?” tanya Dirga terlihat panik. Dia segera berlari menghampiri seorang anak lelaki berusia tiga tahunan itu. ”Hiih syebel. Om lepal kaleng cembalangan, itu pencemalan lingkungan!” teriak anak kecil itu berlari mendekati Dirga sembari memberikan kaleng yang sempat dilempar olehnya tadi. Dirga tampak termenung menatap wajah gembul menggemaskan, yang terlihat kesal itu. Dia bahkan tak tau harus bereaksi seperti apa s
Embusan angin segar membelai kulit Kirana. Tatapannya lurus ke arah laut lepas. Pikirannya terasa lebih tenang, beberapa kali dia menarik napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Deburan ombak putih bergulung seakan berlomba-lomba menghampirinya. Sesekali kakinya terasa basah karena belaian air laut yang menyapa. Sudut bibirnya terangkat, dia baru menyadari jika selama ini pikirannya selalu terasa penuh dengan permasalahan hidup. Orang-orang toxic yang datang dan pergi silih berganti. Memikirkan hal itu tiba-tiba dadanya terasa sesak kembali. Buru-buru dia menghalau pikiran menyiksanya. Mengalihkan dengan pemandangan indah di hadapannya. “Maafin mama ya sayang, kamu jadi merasa semua yang mama rasakan. Mama janji, kita akan selalu bahagia kedepannya. Makasih sudah hadir dan selalu temani mama di saat mama terpuruk. Kehadiranmu saat ini membuat mama sangat bersyukur dan bahagia,” gumam Kirana sembari membelai perutnya. Embusan angin semakin terasa kuat, kali ini dia kembali ber
Dirga tak mendapatkan jawaban dari perjalanannya, hanya rasa kesal yang memenuhi kepalanya. Entah apa yang membuat istrinya sampai pergi secara tiba-tiba. Emosinya mulai memuncak, kepalanya bak mendidih memikirkan rentetan kejadian yang serba tiba-tiba. Jika ditarik, semua ini tidaklah seperti kebetulan semata.“Shit, arrrgh ... Sialan!” teriak Dirga di tengah jalan. Helm full face yang dia kenakan bahkan tak bisa meredam triakannya. Beberapa pasang mata tampak menoleh ke arahnya, di tengan kerumunan orang yang sedang menunggu lampu merah menjadi hijau. Dirga seolah tak acuh dengan kondisinya saat ini. Mengabaikan tatapan orang yang melihatnya dengan tatapan aneh. Setelah lampu berubah menjadi hijau, pria itu segera melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan memutar arah kembali ke rumanya.“Sialan kau Giselle, arrghh ...!” dia langsung menyadari jika wanita iru adalah sumber utama kekacauan yang sedang terjadi saat ini. Tak lama dia sampai di halaman depan, berharap jika sa
Di kamar temaram terlihat dua insan tak mengenakan apapun Yang hanya ditutupi selimut tampak kelelahan setelah menghabiskan siang panas hingga menjelang sore.Dirga menutupi tubuh putih Kirana menggunakan selimut tebal, lalu mencium kening istrinya yang tertidur pulas setelah digempur habis-habisan olehnya. Dirga tersenyum tipis menatap istrinya dengan rasa sakit dan rasa bersalah. “Maafin mas ya, mas akan berusaha bahagiakan kamu kedepannya. Jangan pernah pergi dari mas ya,” bisik Dirga lalu mengenakan celana boxer hitam dan segera mengambil laptop silver dari meja di samping tempat tidurnya. Lalu ikut duduk di samping sang istri menemani wanita yang terlelap damai. Dia segera meminta Nanda untuk mencarikan tenpat tinggal yang cocok untuknya dan Kirana.Tak butuh waktu lama, Nanda mengirim beberapa gambar beserta harga untuk Dirga. Pria itu melihat seksama menimbang di mana dirinya akan membawa sang istri mencari kenyamanan. Pada akhirnya dia menemukan sebuah apartemen yang cukup lu