Share

2. Pernikahan

Penulis: Donat Mblondo
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-17 16:35:39

Perjalanan panjang berakhir di depan rumah besar bercat putih, berdiri angkuh di tengah taman yang begitu rapi seakan setiap helai rumputnya diukur dengan penggaris. Udara di sini berbeda, tak ada bau sampah atau lumpur, hanya aroma bunga bercampur besi basah dari pagar tinggi.

Di teras, seorang pria muda menunggu. Tubuh tegap dalam balutan jas hitam, rahang tegas, dan sorot mata yang menusuk. Bahkan dari pandangan buramnya, Anli tahu itu bukan tatapan ramah. Qin Yuze. Pewaris tunggal Keluarga Qin, klan politik paling berpengaruh setelah istana kerajaan. Ayahnya, Qin Haoran, menjabat sebagai penasehat utama raja. Ibunya, Madam Li Xiumei, berasal dari dinasti farmasi yang menguasai separuh pasokan obat di dunia. Keluarga Qin tidak sekadar kaya, mereka mengendalikan arah negeri.

Dan Yuze, satu-satunya anak keluarga itu, sudah lama dikenal publik memiliki seorang kekasih cantik dari keluarga terpandang. Mereka sering menghiasi pesta amal dan sampul majalah, senyumnya memikat gosip bahwa pernikahan megah tinggal menunggu tanggal. Namun hari ini, di hadapannya hanya ada seorang gadis asing yang bahkan tak mampu melihat wajahnya dengan jelas.

Yuze berdiri tanpa bergerak ketika Anli turun dari mobil, tatapannya dingin seolah menilai barang titipan. Hujan membasahi ujung jasnya, tapi ia tidak bergeming. Anli melangkah tegas di atas kerikil tajam, lalu menunduk sedikit sebagai tanda hormat. Tidak ada sambutan, tidak ada kata hangat, hanya satu lirikan singkat dan gerakan tangan ke arah pintu.

“Masuk!” ucapnya pendek.

Bagi Anli, suara itu lebih dingin daripada hujan yang merembes ke kulitnya, dingin yang menandai awal pernikahan mereka.

Pernikahan itu digelar dengan segala kemegahan yang bisa dibeli dengan uang. Aula keluarga Qin dipenuhi lampu kristal bergemerlap, denting gelas sampanye, dan senyum basa-basi para tamu kehormatan. Bunga putih memenuhi ruangan, harum namun terasa asing bagi Anli yang hanya bisa merasakan keramaian lewat bisik-bisik dan langkah kaki di sekelilingnya.

Anli mengenakan gaun pengantin sederhana, jauh lebih sederhana dibandingkan gaun para sosialita yang pernah ia dengar dari radio tua di rumah angkatnya. Tirai tipis menutupi wajahnya, tapi ia tahu semua mata sedang menilai, membandingkan dirinya dengan kekasih Yuze yang biasanya mendampingi sang pewaris dalam pesta-pesta. Gadis buta ini, siapa pun dia, jelas bukan mempelai yang diharapkan publik.

Yuze berdiri di sampingnya dengan wajah tak terbaca. Senyum kecil muncul hanya ketika kamera media mengarah, lalu lenyap begitu blitz padam. Baginya, pesta ini hanya kewajiban, sandiwara untuk neneknya yang duduk di kursi utama dengan mata berkaca-kaca. Di saat semua orang menunggu momen romantis, Yuze hanya menyentuhkan bibirnya sebentar ke dahi Anli. Ciuman yang hambar, sekadar formalitas.

Tepuk tangan menggema, musik mengalun, dan pesta pun berlanjut. Namun di hati Anli, keheningan lebih keras daripada keramaian.

Musik waltz mengalun lembut di aula, lampu kristal berkilauan memantulkan cahaya ke gaun pengantin Anli. Para tamu berdiri di sekeliling, menyampaikan ucapan selamat. Blitz kamera media terus menyambar, menangkap setiap senyum yang tersungging.

Yuze menggenggam lengan Anli, bibirnya melengkung tipis dalam senyum palsu. Dari samping, ia berbisik pelan namun tegas, “Tersenyumlah! Semua orang memperhatikan.”

Anli menarik napas, menahan getir, lalu menoleh sedikit ke arah suara. Senyum samar terbit di bibirnya, cukup untuk mengelabui pandangan tamu.

Madam Qin berjalan perlahan menghampiri, didampingi tongkat berlapis perak. Tatapan tuanya penuh air mata kebahagiaan. “Ah, cucuku… akhirnya, kamu menikahi seorang gadis.” Tangannya yang keriput menyentuh pipi Anli dengan lembut, lalu beralih menggenggam jari-jari kaku Yuze. “Jaga dia baik-baik, Yuze. Dia sekarang istrimu.”

Yuze menunduk hormat, suara tenangnya dibuat sehalus mungkin. “Tentu saja, Nenek. Aku akan menjaganya dengan hidupku.” Kata-kata itu keluar lancar, meski hanya demi membuat sang nenek tenang.

Anli merasakan genggaman tangan Yuze semakin erat, bukan karena hangatnya kasih sayang, melainkan tekanan dingin yang membuatnya sadar ini hanyalah sandiwara. Namun ketika ia menoleh samar ke arah Madam Qin, ia mendengar suara lirih sang nenek, “Kau gadis baik… sekarang kau bagian dari keluarga ini.”

Hati Anli sedikit bergetar. Dan di tengah gemerlap pesta, di mana semua orang melihat kebahagiaan palsu, hanya Anli yang benar-benar menyadari, pernikahan ini bukan tentang cinta, melainkan tentang menjaga penampilan. Sebuah permainan agar seorang nenek tua bisa tersenyum bahagia.

Para tamu mulai berdatangan untuk memberi selamat. Senyum manis, jabat tangan, dan ucapan “semoga berbahagia” bergulir satu per satu, tapi semua terasa kosong di telinga Anli. Ia hanya mengangguk sopan, berpegang pada lengan Yuze agar tidak tersesat di tengah keramaian.

Sesekali, ia mendengar bisikan sinis.

“Benarkah gadis buta ini istri pewaris Qin?”

“Kasihan, Nona Lin pasti patah hati.”

Nama kekasih Yuze disebut, membuat dada Anli sesak, meski wajahnya tetap tenang.

Di sisi lain, Yuze tetap memelihara senyum basa-basi, seolah semua berjalan sempurna. Namun, matanya dingin, nyaris menusuk setiap tamu yang terlalu berani berkomentar miring.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   97. Rencana Zhao

    Seluruh ruangan terdiam.Dan Lin Qianyi, yang berdiri di antara kerumunan membeku total.Mulutnya sedikit terbuka, matanya melebar tak percaya.Dia… tabib itu? Wanita buta itu?Senyumnya yang sempurna retak seketika.Zhenrui menatap sekilas ke arahnya dari atas panggung. Tatapan dingin yang hanya berlangsung sepersekian detik, tapi cukup untuk membuat darah Qianyi membeku.Anli menunduk pelan memberi hormat.Suara lembutnya menggema ke seluruh aula.“Aku Yan Anli… kembali ke rumah.”Dan di bawah tatapan ribuan mata, Lin Qianyi sadar seluruh permainan yang ia susun selama bertahun-tahun baru saja hancur di depan matanya.Tepuk tangan menggema riuh di seluruh ruangan, mengisi udara dengan decak kagum dan kekagetan yang belum sepenuhnya dipahami para bangsawan. Nama Yan Anli kini bergema di antara pilar-pilar marmer istana, nama yang tujuh tahun lalu hanya tinggal legenda.Di tengah lautan orang yang bertepuk tangan berdiri Lin Qianyi. Senyumnya merekah anggun, gerakannya terukur. Dari l

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   96. Adikku

    Suasana masih senyap setelah kepergian Lin Qianyi. Sisa amarahnya masih terasa di udara, kipas yang tadi dihentakkan bahkan masih tergeletak di meja, terbuka seperti bekas luka.Anli tetap duduk tegak di kursinya, senyumnya samar, anggun tanpa berlebihan. Meilin berdiri di sampingnya, masih menatap kagum seolah baru saja menyaksikan seseorang memenangkan pertempuran tanpa perlu menggerakkan pedang.Pintu besar berderit.Langkah tegas terdengar masuk. Sepatu kulit menghentak lantai marmer, mantap dan teratur. Semua pelayan segera menunduk.Zhenrui.Raja muda itu berjalan masuk dengan aura dingin yang langsung menekan seisi aula. Tatapannya tajam menyapu ruangan, lalu berhenti pada sosok Anli yang duduk tenang, kontras dengan meja di sampingnya yang berantakan oleh amukan Qianyi.Alisnya sedikit terangkat.“Apa yang baru saja terjadi di sini?” suaranya berat, dalam, membuat semua orang menahan napas.Meilin refleks menunduk lebih dalam, tak berani menjawab. Pelayan lain pun terdiam, tak

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   95. Anli vs Qianyi

    Anli sendiri hanya menundukkan kepala sedikit. Suaranya tenang, ringan, tanpa beban. “Saya hanya melakukan kewajiban saya, Nona Lin. Tidak lebih, tidak kurang.”Qianyi tersenyum tipis, tapi sorot matanya menusuk. Ia mendekat satu langkah, suara merendah seolah ingin berbisik namun cukup keras untuk terdengar semua orang di ruangan. “Kau beruntung. Bisa dekat dengan istana, meski hanya lewat jalan memalukan… menjadi istri dari seorang terdakwa. Ah, tapi tak masalah. Setidaknya masih bisa disebut istri Qin, bukan?”Meilin spontan mengangkat kepala, matanya melebar. “Beraninya dia—” bisiknya pada diri sendiri, tapi terhenti melihat tangan Anli bergerak tenang.Anli menoleh sedikit, wajahnya tetap anggun meski pucat. Senyum samar muncul di bibirnya, lembut tapi terasa menusuk. “Memang benar. Status saya… hanya seorang istri Qin. Tapi ada satu hal yang membedakan kita, Nona Lin.”Qianyi mengerjap, alisnya berkerut. “Apa maksudmu?”Anli mengangkat dagunya pelan, meski matanya kosong, suar

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   94. Menjemput putri kerajaan

    Anli duduk tenang di sofa, kedua tangannya bertumpu rapi di pangkuan. Wajahnya pucat namun tegak, seperti seseorang yang sudah tahu akhir dari sebuah babak panjang. “Sudah waktunya,” ucapnya pelan, tapi nada itu membawa ketegasan yang membuat ruangan bergetar halus.Pintu berderit keras saat para pengawal istana menerobos masuk. Baju zirah mereka berkilat, tombak terangkat, aura kekuasaan menekan seisi ruang tamu.“Tuan Muda Qin Yuze! Nyonya Qin Xiumei! Atas perintah Yang Mulia Raja Muda, seluruh keluarga Qin ditangkap sebagai tersangka dalam tragedi tujuh tahun silam!”Kata-kata itu jatuh bagai palu godam.Xiumei yang baru turun dari tangga terhuyung, wajahnya pucat pasi. “Apa…? Tidak… ini pasti salah! Bagaimana mungkin…”Yuze berdiri kaku, wajahnya campur aduk antara marah, takut, dan tidak percaya. “Kalian berani menyentuh keluarga Qin di rumah ini?!” suaranya bergetar, lebih terdengar seperti raungan ketakutan ketimbang ancaman.Dua pengawal melangkah cepat, lalu menunduk hormat k

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   93. Pengakuan

    Anli duduk di sofa empuk ruang tamu, tubuhnya agak condong ke belakang. Wajahnya pucat tapi tenang, sorot matanya kosong karena gelap, namun sikapnya tetap tegak dan terjaga.Sementara itu, Yuze berdiri di depannya, hanya berjarak beberapa langkah. Tubuhnya membungkuk sedikit ke arah Anli, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh, urat di lehernya menegang. Napasnya memburu, dada naik-turun cepat, membuat jas hitamnya tampak ketat menahan emosi.Keduanya saling berhadapan dalam diam. Jarak mereka dekat, tapi terasa seperti dipisahkan dinding tinggi.Dia tetap tenang, seolah tak terguncang. Yuze berdiri di hadapannya, tubuh besar itu seperti bayangan gelap yang menekan ruang tamu.Perlahan wanita itu menegakkan tubuhnya, jemarinya berhenti mengusap pergelangan tangan. Suaranya keluar tenang, tanpa bergetar sedikit pun.“Tuan Muda Qin…” ucapnya formal, bukan dengan panggilan pribadi. “Pernikahan kita bukanlah ikatan yang lahir dari cinta, melainkan dari transaksi.”Kata-kata itu menampar

  • Istri Buta 100 Juta Tak Tertandingi   92. Hati yang kacau

    Pintu besi ruang interogasi berderit terbuka. Udara dingin lorong istana langsung menyambut.Haoran melangkah keluar dengan langkah sedikit goyah. Wajahnya pucat, pundaknya merosot, seolah baru saja habis diguncang badai. Tatapannya kosong, seperti orang yang kehilangan pijakan.Dua pengawal langsung mengapitnya, membawa kembali ke aula resmi. Setiap langkahnya menggema, terdengar seperti ketukan vonis di lorong panjang itu.Di dalam aula, Lin Qianyi masih menunggu. Duduk anggun di kursi rendah, dengan tablet yang sudah tertutup rapi di pangkuannya. Begitu pintu terbuka dan Haoran masuk, senyumnya perlahan terbit. Senyum puas, seperti pemburu yang yakin jeratnya sudah mengikat rapat mangsa.Sorot matanya singgah ke wajah Haoran.Pucat, lemah, tak berdaya.Qianyi menunduk sedikit, pura-pura sopan, padahal dalam hati ia hampir tertawa.Haoran tidak menoleh ke arahnya. Ia hanya menunduk, mengikuti pengawal menuju kursi kayu di sisi ruangan. Tangannya bergetar halus di pangkuannya, tapi i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status