Beranda / Romansa / Jerat Cinta Sang Mafia / Bab 3. Salah Target

Share

Bab 3. Salah Target

Penulis: Kalendra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 16:11:53

Pandangan seluruh peserta rapat pertemuan itu kecuali Malcolm dan Summer mengarah pada Eleanor Morris. Sehingga Gabriel langsung paham siapa sosok di balik kemenangan Winston dalam perang bisnis itu. Gabriel berjalan mendekat pada Eleanor melewati Malcolm yang masih diam memperhatikannya. Eleanor mulai ketakutan menatap Gabriel.

“Siapa namamu?” Gabriel bertanya dengan suara dalam dan rendah. Bulu tengkuk Eleanor sampai meremang dan kakinya mulai dingin. Gabriel terkenal bisa membunuh kapan pun dan siapa pun yang ia inginkan dengan mudah.

Malcolm pun datang menghalangi niat Gabriel yang ingin mengintimidasi Eleanor. Ia berdiri tanpa takut di depan Gabriel sehingga Eleanor bisa berlindung di balik punggungnya.

“Sebaiknya kau pergi saja dari sini, Gabriel. Jangan pernah berpikir untuk mengintimidasi orang-orangku!” Malcolm balas menantang dengan mata menyalak lebar dan raut wajah tegang.

Gabriel mendengus lalu terkekeh mengejek Malcolm yang berani menghadapinya. Ia mengangguk beberapa saat sebelum sedikit menoleh ke arah Knight yang mengangguk padanya.

“Aku bukan orang yang pengasih, Winston. Jika aku sudah menemukan yang aku inginkan, aku akan menghancurkannya.” Mata tajam Gabriel beralih pada Eleanor yang hampir terkena serangan jantung karena takutnya. Berkali-kali ia menelan ludah karena rasa takut yang menyerangnya.

“Aku tidak akan membiarkan penjahat sepertimu jadi ancaman. Kalau tidak bisa mengaku sudah kalah, itu artinya bukan aku yang kekanak-kanakan, hahaha!” Malcolm balik menertawai Gabriel meskipun tidak ada yang mengikuti perilakunya karena takut.

“Tertawalah sekarang karena jika perempuan itu ada di tanganku, aku akan menyisakan kepalanya saja untukmu, hhmm!” ujung bibir Gabriel terangkat sinis lalu berbalik pergi. Ia baru saja mengancam akan menghabisi Eleanor di depan semua orang.

“Gabriel!” Malcolm memanggil dengan nada membentak dan Gabriel pun berhenti. Punggungnya masih menghadap Malcolm yang berbalik mengancam.

“Satu saja helai rambut orang-orangku jatuh karenamu, aku sendiri yang akan membalaskannya padamu. Jangan mengira aku tidak bisa memasukkanmu ke dalam penjara selamanya.” Gabriel ingin tertawa tapi ia hanya sedikit berbalik untuk makin mengejek Malcolm.

“Aku tidak sabar ingin melihat apa yang akan kau lakukan padaku, anak kecil. Jangan merengek pada Ayahmu ya, dia tidak akan bisa membantumu.” Gabriel alias The Midas langsung berjalan keluar ruang rapat itu bersama orang-orangnya.

Eleanor langsung memegang lengan Malcolm dan memohon perlindungan padanya. Ia menangis dan malah mengaku jika bukan dirinya yang mengerjakan analisis itu.

“Itu semua salah Angela! Dia yang seharusnya menerima semua ini, bukan aku, Tuan!” isak Eleanor tanpa air mata dan raut ketakutan.

“Jangan menyalahkan orang lain, Nyonya Morris! Sekarang pikirkan bagaimana melindungi divisimu dari orang-orang The Midas.” Malcolm kembali mendekat dan mendesis kesal pada Eleanor.

“Lain kali jangan suka mendelegasikan kewajiban yang seharusnya menjadi tanggung jawabmu pada orang lain. Kamu adalah manajer keuangan, bukan Angela!” sahut Malcolm melotot marah. Ia pun berkacak pinggang dan memerintahkan seorang staf untuk memanggil Angela ke ruangannya.

“Panggil dia ke ruanganku!”

Sementara itu, Angela sibuk mengirimkan beberapa file ke beberapa alamat email peserta rapat termasuk Malcolm dan Summer. Angela tidak dibekali dengan laptop atau komputer yang baru sehingga butuh waktu bagi perangkat tua itu untuk bekerja. Gajinya juga tidak mampu membeli peralatan sendiri dan Eleanor juga tidak kunjung memberikannya.

“Ayo cepat!” gumamnya menatap layar laptopnya.

“Apa yang kamu lakukan di sini? Kamu sedang apa?” tanya seorang staf dari divisi lain yang melihat Angela.

“Oh, Jasmine. Aku sedang mengirimkan file-file ini tapi terlalu lambat. Laptopku harus diservis lagi,” jawab Angela dengan wajah memelas.

“Ah, Angela. Apa perawan tua itu belum memberikan laptop baru padamu?” Jasmine Emerson, sahabat satu kantor Angela begitu kesal dengan Eleanor dan sering mengatainya perawan tua. Angela pun menggelengkan kepalanya dengan raut sedih. Jasmine mendengus kesal lalu mengajak temannya itu ke ruangannya.

“Ya sudah bawa filenya, kamu gunakan saja laptopku. Aku mau ke pantry dulu untuk membuat kopi bagi Tuan Anderson. Sebentar lagi pertemuannya akan selesai dan dia bisa memarahiku lagi jika tidak ada kopi di mejanya,” cerocos Jasmine panjang lebar dalam satu waktu. Angela tersenyum lalu mengangguk cepat.

“Terima kasih, Jasmine! Kamu memang seorang malaikat penolong!” Jasmine langsung membulatkan jari telunjuk dan jempolnya sambil mengedipkan mata pada Angela. Angela pun buru-buru mengambil file yang ia masukkan ke dalam sebuah perangkat dan beberapa dokumen lalu berlari ke ruangan Jasmine satu lantai di bawahnya.

Rombongan Gabriel keluar dari ruang rapat menuju lift yang akan terbuka. Para staf yang melintas tidak ada yang berani menyela atau masuk berbarengan. Namun entah bagaimana, Angela dengan lincahnya menerobos masuk sesaat sebelum pintu lift tertutup.

Saat itulah ia tidak sengaja membentur Gabriel dan menjatuhkan semua dokumennya. Di saat yang bersamaan refleks Gabriel bekerja baik dan ia menangkap tubuh Angela sebelum gadis itu terjatuh di lantai lift.

“Aahh ...!” Angela memejamkan matanya erat-erat kala membentur seseorang. Sedetik kemudian ia langsung sadar tengah dipeluk oleh seseorang dan wajahnya lantas menengadah.

Mata tajam Gabriel langsung bertatapan langsung dengan mata indah Angela dengan bulu matanya yang begitu lentik. Seolah waktu berhenti, Gabriel tidak berkedip memandang Angela yang begitu polos menatapnya. Gadis itu memiliki tahi lalat kecil di pipi bawah mata yang menjadikannya sangat cantik jika bingkai kacamata besar itu dilepaskan.

“The Midas!” Knight memegang pundak Gabriel dan ia tersentak sadar. Lengannya yang menopang Angela langsung melepaskan dan akhirnya Angela jatuh ke lantai.

“Ouch!” Gabriel sedikit menoleh pada Knight dan kembali bersikap dingin. Angela yang meringis sedikit kesakitan lantas menengadah ke atas menatap satu persatu pria-pria yang ada di dalam lift.

“Ma-maaf, Tuan. A-Aku ....” Angela bicara terbata-bata. Pandangan Gabriel masih mengarah pada Angela yang menengadah lalu sadar jika dokumennya berserakan. Salah satu anak buah Gabriel akan memungut tapi tangan tuannya melarang.

Angela masih berlutut memungut satu persatu dokumen yang berserakan di lantai tanpa bantuan. Sampai tiba di dokumen terakhir dan Gabriel malah menginjaknya.

“M-Maaf, kertasnya ....” Angela mencoba menarik kertas itu dari tekanan sepatu milik Gabriel tapi pria itu tidak peduli. Angela menengadah lagi pada Gabriel seakan memohon.

“Tolong lepaskan dokumenku, Tuan!” Gabriel sedikit membungkuk untuk mengambil dokumen tersebut. Mata Gabriel kembali dekat pada wajah Angela. Angela pun sedikit memundurkan wajahnya kala tangan Gabriel memungut kertasnya.

Angela masih di posisinya dan meminta kertas itu. Gabriel membaca sekilas dokumen yang berisi nama-nama dan beberapa informasi keuangan. Nama Angela Terrel tertulis di ujung kertas menggunakan pulpen bukan dicetak seperti yang lainnya. Ternyata bukan pegawai yang penting di perusahaan tersebut.

Saat pintu terbuka, Gabriel melemparkan begitu saja kertas itu ke lantai lift di dekat lutut Angela lalu berjalan keluar.

Angela bahkan belum berani bangun dari posisinya sampai pria-pria itu pergi. Setelahnya, Angela buru-buru bangun dan berlari keluar ke arah ruangan Jasmine.

Sedangkan Gabriel sempat berhenti lalu menoleh ke belakang. Ia sempat melihat sosok Angela berlari masuk ke sebuah ruangan dan tidak menoleh padanya lagi.

“Kenapa, Tuan?” Knight menegur Gabriel yang sempat melihat ke arah Angela yang sudah pergi.

“Jangan sampai wanita itu lolos atau aku membuat dia kehilangan kepalanya lebih cepat.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 59. Langkah Ceroboh

    Malcolm mengira jika adiknya Summer pulang semalam. Saat ia masuk ke kamar Summer dan ia tidak ada, Malcolm kini mulai panik.“Mana Summer?” tanya Malcolm pada salah satu pelayan.“Nona Summer belum pulang dari semalam, Tuan.”“Apa?”Malcolm mendengus kesal lalu menyuruh pelayan itu pergi. Ia turun sambil membawa ponselnya. Malcolm segera menelepon Summer tapi ponselnya mati.“Ke mana dia?” Malcolm menggerutu pelan. Ia turun ke bawah dan melihat Angela baru saja keluar kamar hendak berangkat bekerja. Malcolm segera menghampiri Angela saat ia masih sibuk melihat isi tasnya.“Kamu mau ke mana?”Angela terkesiap kaget dan menaikkan pandangan pada Malcolm. Ia tersenyum canggung. “Aku mau pergi ke kantor, Tuan.”“Kantor apa? Pengacara Dirk Hoffman?” Angela masih tertegun lalu ia mengangguk.“Kalau begitu kamu bisa mengundurkan diri dari

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 58. Pengakuan

    Enrique menemani Summer yang memilih check in di sebuah hotel dari pada pulang ke rumah. Ia belum bertanya apa pun termasuk hal yang membuat Summer menangis.“Kamu akan menginap kan?” Summer langsung bertanya tanpa basa-basi. Seolah ia dan Enrique adalah teman baik, Summer seperti bebas bicara apa saja pada detektif itu.Enrique terkesiap mendengar pertanyaan seperti itu. Ia terkekeh aneh dan menggeleng. “Aku harus kembali bekerja. Aku harus lembur.”Summer langsung memajukan bibirnya. Ia berubah kesal saat Enrique tidak mau menemaninya.“Lalu untuk apa kamu mengantarkan aku?” hardiknya kesal.“Bukankah kamu yang meminta?” Enrique dengan polosnya bertanya.“Bukan berarti kamu bisa pergi seenaknya!” Summer langsung mengambek pada Enrique yang tidak mengerti. Enrique berkacak pinggang dengan perasaan dongkol. Summer sering kali membuatnya kesal tapi belakangan ia malah akrab dengan ga

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 57. Menghentikanmu

    Summer dengan kesal berjalan sendiri mencari taksi. Mobilnya sudah dibawa pulang oleh pengawal Malcolm saat kakaknya itu datang menjemput. Dengan kesal dan air mata yang menggantung, Summer masuk ke dalam taksi.“Nona ....”“Jalan saja, nanti akan kuberitahu berhenti di mana!” ucap Summer langsung memotong. Sopir taksi itu pun menjalankan mobilnya. Sedangkan Summer hanya memandang ke arah luar seraya menyeka air matanya. ia sangat kecewa pada Malcolm yang hanya bisa membuatnya merasa tak berguna sama sekali. Bahkan seumur hidupnya, Summer hanya akan dianggap seperti anak kecil manja yang tidak memiliki kemampuan apa pun selain menghabiskan kekayaan orang tuanya.“Memangnya siapa yang peduli padaku?” gumamnya pelan dengan rasa sedih.Belum ada beberapa menit, Summer lantas mengambil ponselnya lalu menelepon Enrique. Entah mengapa, hanya polisi itu yang terlintas di kepalanya.Enrique hampir sampai ke kantor Polisi

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 56. Bukan Kakak Sempurna

    Enrique segera pulang setelah menahan The Midas di kantor polisi. Entah mengapa, ia jadi cemas pada Summer. Gadis itu berencana untuk kembali ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di apartemen Enrique dan Isabella. Saat mengetuk pintu, Isabella yang membuka pintunya.“Hei, kamu sudah pulang?”“Iya. Mana Summer?” Enrique langsung bertanya pada Isabella begitu ia melangkah masuk.“Dia sudah pergi.”“Apa!” Enrique menyahut dengan kaget. Isabella hanya mengedikkan bahunya lalu mendekat pada kakaknya itu dan masuk ke ruang tengah yang juga merupakan ruang tamu mereka. Enriwue pun mengekori Isabella yang duduk di sofa.“Iya, Tuan Malcolm menjemputnya satu jam yang lalu.”Kening Enrique mengernyit mendengar hal tersebut. Hari sudah cukup malam dan Summer pergi tanpa mengatakan apa pun pada Enrique.“Ada apa, Erik?” Isabella bertanya dengan sedikit penasaran. Enrique

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 55. Tanpa Ketenangan

    Setelah memeluk Nina, Angela langsung keluar dari mobil ibunya. Ia tidak menoleh lagi ke belakang. Sedangkan di dalam mobil, Nina menggenggam erat setir sambil berusaha menenangkan detak jantungnya. Pertemuan dengan Angela dengan Gabriel akan membuatnya memiliki alasan mengakhiri keterlibatan Angela pada permusuhan perusahaan Winston dengan Gabriel Leon.Saat Angela masuk ke dalam, seorang pelayan yang membukakan pintu baginya. “Terima kasih,” ucap Angela sambil tersenyum.Begitu langkah kakinya menginjak ruang tengah, seseorang datang. Sosok tinggi dan berwibawa berdiri di ambang pintu, tubuhnya tegak dalam setelan jas gelap yang terlalu formal untuk sekadar menyambut seseorang pulang."Angela," panggil Alexander itu. Suaranya dalam dan dingin, seolah tak menyiratkan kerinduan seorang ayah.Angela menghentikan langkahnya. Raut wajahnya tetap tenang, nyaris beku. Ia menundukkan kepala sekilas, cukup untuk memberi kesan hormat, tapi tak sedikit

  • Jerat Cinta Sang Mafia   Bab 54. Musuh Yang Mengintai

    Knight mengawal Gabriel dengan santai keluar dari rumah sakit setelah bertemu dengan Angela. Saat Langkah mereka bergema pelan di area parkir bawah tanah rumah sakit. Knight dan Gabriel baru saja tidak lagi membicarakan Angela setelah mereka keluar. Namun, suasana tenang itu segera terusik saat Knight tiba-tiba menghentikan langkahnya.“Tunggu sebentar,” ucap Knight dengan nada rendah.Gabriel menghentikan langkahnya, lalu berbalik dengan kening mengernyit. “Ada apa?”Knight menunjuk ke arah sebuah mobil sedan hitam yang terparkir di beberapa meter dari mereka. Matanya tajam mengamati pelat nomor dan bodi kendaraan itu.“Aku rasa aku tahu mobil itu,” katanya pelan. Gabriel ikut memperhatikan lalu menoleh pada sekitarnya. Parkiran cukup sepi meski beberapa paramedis berlalu lalang.Gabriel mengikuti arah pandangnya. “Menurutmu ini milik siapa? Rasanya tidak ada yang aneh.”“Mobil itu milik Malcolm Winston, kurasa,” ujar Knight tegas. “Aku yakin. Aku pernah melihatnya beberapa kali di W

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status