Share

Bab 5. Misi Baru

"Misi baru!"

Seketika semua menatap. Mereka menggunakan komunikasi lewat email, dengan semua klien. Hanya beberapa saja yang tahu pekerjaan mereka, yang pasti kalangan elit yang mampu membayar.

"Apa kali ini?" tanya Vincent.

"Sengketa Tahta." Leo menaikan alisnya.

"Jelaskan!" ujar Jovan.

"Orang tua mereka, pemilik perusahaan besar yang sudah tua, dibawa pergi sang menantu yang mereka bilang ketua Gangster yang cukup besar. Menantu itu juga membawa banyak document aset perusahaan."

"Kenapa tidak lapor polisi? Pasal menculikan." Brox heran.

"Menantu itu mengancam akan menghabisi Papanya seketika, jika sampai polisi datang."

"Kita terima. Berapa dia kasih kita waktu?" tanya Jovan.

"3 hari."

"Cukup. Kita mulai pengintaian nanti malam," ujar Vincent.

"Berapa dia berani bayar?" tanya Brox.

"1 milyar."

"Kita lihat dulu bagaimana situasinya. Nanti baru kita minta tawaran harga." Jovan masih ragu.

"Minta titik target!" ujar Vincent.

"Siap!" sahut Leo.

"Fix. Nanti malam kita beraksi!" Robin merebahkan kepala ke kanan kiri.

BRAAKKKK! Semua kaget. Tiba-tiba saja mendengar suara keras di tengah obrolan.

Semua saling pandang.

"Jo, wanita itu!" seru Vincent.

Jovan lantas berlari ke kamar Ayana. Dia masuk begitu saja karna panik. Yang lain, mereka malas berurusan dengan wanita aneh itu, menurut mereka.

Jovan mencari Ayana, dia tidak ada di tempat tidur.

"Di mana kamu!" teriak Jovan.

Jovan menuju kamar mandi. Jovan menahan nafas, matanya membulat, lalu Jovan membalikkan badan. "Haisshh!" Mengacak rambut.

Ayana jatuh tergeletak di lantai. Meski memakai bathrobe, tapi Jovan tidak nyaman mendekat pada Ayana.

"Apa yang kamu lakukan?!" seru geram Jovan. Masih membelakangi.

Ayana merintih terisak.

Jovan mengira, wanita itu jatuh karna terpelesat. Menghantam pintu sangat keras hingga tersungkur.

"Kamu bisa berdiri?"

Ayana malah menangis.

"Aaargghhh!!!" geram kesal Jovan. Dia lantas, mengambil handuk. Dia lempar ke Ayana, agar lebih leluasa mengangkat.

"Pakai itu. Aku akan mengangkatmu!" ketus Jovan.

Ayana menurut. "Ss-su ... sudah," lirihnya.

Jovan berbalik, kini melihat Ayana sudah tertutup handuk. Jovan mengangkatnya ke tempat tidur. Lalu menyelimutinya.

"Hah. Apa yang ingin kamu lakukan? Katakan saja, kami bisa membantumu!" kesal Jovan.

Ayana menunduk, sedikit melirik Jovan. Dia juga malu. " Ehm ...." Hanya kata itu.

Jovan kembali paham. "Hati-hati saat bertingkah. Di sini semuanya laki-laki! Kamu paham? Bahkan kucing bisa menjadi singa!"

Ayana mengangguk.

"Huff!" Jovan mengeratkan rahang, dia ingin sekali kembali ke saat itu. Dia tidak akan membawa wanita ini pulang ke rumah.

Jovan menuju kamar mandi. Dia memeriksa keadaan di sana. Agak licin, mungkin karna lama tidak dipakai.

"Kamu bisa bersihkan sendiri nanti. Lantai itu masih licin. Aku akan keluar." Jovan hendak melangkah.

"Ehm .... baju," lirih Ayana. Jovan masih mendengar suara lirih Ayana.

Jovan melupakan hal itu. Dia baru memberinya satu baju. Jovan mengeluarkan ponselnya.

"Aku tidak punya waktu pergi. Aku belikan baju di online shop. Kamu pilih!" Jovan menyodorkan ponselnya yang sudah pada beranda media belanja online.

Tidak lama Ayana sudah memilih beberapa baju.

"Kamu sudah mau bicara?" Kini Jovan bicara pelan, dia ingin mengulik tentang wanita ini, dan segera mengantarnya pulang.

Ayana mengangguk.

"Bagus, sekarang katakan siapa namamu!" Agak keras.

Ayana menunduk. "A ... ya ... na," lirihnya.

Jovan tidak mendengar jelas. "Aku tidak mendengar, keraskan suaramu!"

"Aya ... na." Agak keras.

"Ayana?" Jovan mengulang.

Ayana mengangguk.

"Bagus, di mana rumahmu?" Jovan melanjutkan rencana.

Ayana kini menatap Jovan. Wajahnya menjadi sendu. Matanya kian mengembun, dan memerah.

"Jangan buang aku, jangan mengusirku! Aku tidak punya tempat lagi. Aku tidak tahu mau kemana. Hikz hikz hikz."

Jovan menarik nafasnya. "Bagaimana aku bisa terus membiarkanmu tinggal di sini, sedang aku tidak tahu alasan untuk menahanmu."

"Jangan usir! Kumohon." Ayana terisak.

Jovan kembali bingung. 'Aaarrgghh!! dia nangis lagi!' geram dalam hati.

"Baiklah, kamu bisa menjawab besok lagi. Aku akan mengambilkan sepasang baju lagi."

Jovan bangkit, dia mengambil sepasang baju kasual lagi, untuk Ayana.

"Pakailah!" Jovan lalu pergi.

-

Di lantai bawah. Temannya sedang menyiapkan beberapa barang untuk beraksi mereka.

Baju dan kaus tangan safety. Sepatu, mata pisau, earphone, drone dan masih banyak lagi. Menyiapkan mobil juga tidak mereka lewatkan.

"Leo, malam nanti kamu di belakang," ujar Jovan saat mendekat pada mereka.

Leo mengangkat jempolnya, dia masih menatap layar laptop.

"Kita akan sebatas pengintaian saja, tapi bukan berarti kita tidak terhindar dari bahaya," sahut Vincent.

"Brox dan Robin, kalian harus melindungiku. Aku dan Vincent akan masuk, aku akan tahu posisi di mana orang tua itu ditawan." Jovan menatap semuanya.

Hari masih sore. Mereka masih punya banyak waktu untuk beraktivitas.

Mereka mulai menguras keringat, menjaga agar tetap bugar. Masing-masing telah mengambil posisinya. Memukul samsak, angkat barbel, dan berlatih di Ring boxing.

-

Waktu berputar, kini hanya ada sang rembulan ditemani para bintang yang memberi penerangan.

Mereka belum berangkat. Malam semakin larut.

"Jo, bagaimana wanita itu, apa dia bisa kita tinggal?" ragu Robin.

"Bagaimana jika terjadi sesuatu?" sahut Brox.

"Biarkan saja. Dia tidak akan keluar dari sangkarnya." Jovan masih kesal dengan Ayana.

"Apa wanita itu sangat melelahkan hati, Jo?" Leo terkekeh.

"Ayana. Namanya Ayana. Kemarin dia membuka mulutnya."

"Wow. Di mana rumahnya? Kita antar dia besok." Leo berbinar.

Jovan menatap yang lain. "Dia menangis, saat aku tanya rumahnya!" kesal Jovan.

"Apes kita, harus pelihara Baby Girl. Ha ha ha." Robin tertawa.

Jovan bangkit. "Aku akan menemuinya dulu."

Di kamar. Ayana sedang duduk menyisir rambutnya. Dia mulai bisa membuka pikirannya. Namun, masih belum sanggup mengingat orang tuanya.

Rambutnya menjuntai lurus. Kini matanya tak sebengkak kemarin. Wajahnya mungil. Dia cantik, di usianya yang 20 tahun ini.

"Aku akan pergi." Suara Jovan mengagetkan Ayana. Lalu, menyudahi menyisir.

"Kemana?" lirihnya, Ayana menoleh menatap Jovan, dia sedikit tersenyum. Senyum bibir manis itu, kini telah terlihat Jovan.

Jovan sejenak terpaku. "Aku punya misi."

"Apa kamu akan pulang? Aku takut."

"Hem."

Ayana mengangguk, tapi hatinya gelisah. Ada perasaan takut dengan kepergian Jovan.

Di bawah. Semua temannya sudah tidak ada di sana. Jovan lalu keluar. Memasuki mobil 4Runner TRD sport.

Berlima, mereka mulai misi dengan pengintaian. Melihat sejauh mana pertahanan lawan. Menerka keseimbangan kemampuan. Juga memastikan keadaan lain.

"Jalan!" seru Jovan. Brox melajukan mobilnya.

Mobil melaju hingga sampai sebuah bacecamp di pinggir pantai. Basecamp dengan bangunan klasik. Di depan ada beberapa yang sedang menyalakan api unggun untuk penghangat. Beberapa juga lalu lalang bergantian mengintari area itu.

Mobil mereka ada di posisi jarak 50 meter. Brox mengeluarkan drone. Dia melepas dari jendela mobil. Mereka melihat situasi dari layar monitor.

"Apa mereka sedang buat benteng perang, kenapa sangat ketat?" Brox terkekeh.

"Cari celah. Kita amati laju mereka." Jovan menatap monitor.

"Sepertinya ada celah buatmu, Jo. Kita tunggu sebentar lagi," sahut Vincent.

"Mereka ada selang waktu saat berganti, bahkan ada yang membawa botol alkohol saat berjalan. Ha ha ha." Robin terkekeh.

"Di sisi mana, aku akan bergerak?" Jovan menelisik.

"Di kamar itu. Cahaya nampak temaram. Aku curiga orang tua itu ada di sana. Juga di taman belakang." Vincent menunjuk beberapa titik.

"Semoga Pak tua itu, tidak pakai kursi roda." Robin mendesah.

"Kita akan tahu kejelasan misi kita, setelah malam ini.Kita bersiap!" Jovan memakai maskernya.

Leo tetap pada posisinya. Brox akan lebih dekat mengatur drone. Jovan, Robin dan Vincent akan beraksi menyelidiki misi ini.

Memakai topi hitam, masker black skull mereka, earphone di telinga. Lalu, kamera di sisi kancing blazer Jovan. Di topi depan Robin, serta juga di kaca mata Vincent.

"Siap?" tanya Jovan.

Vincent dan lainnya mengangguk.

Mereka turun.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
HSN Nay
cerita bagus keren suka deh... othor pinter bgt buathya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status