Ternyata memang ada yang salah dengan bahan bangunan yang saat ini mereka gunakan. Kwalitas bahan yang biasanya bagus dan membuat bangunan berdiri kokoh, tampaknya telah dikorupsi decara diam-diam.Dengan panik, Wei dibawa kerumah sakit.Joy segera menghubungi Ara yang saat ini sedang duduk menikmati makan siang di meja makan bersama Nina, Eva dan Arga.Ara terkejut mendengar berita kecelakaan yang menimpa suaminya saat ini dan segera bergegas ke rumah sakit diikuti Nina dan yang lainnya.Ara telah berusaha untuk melarang Nina ikut serta ke rumah sakit karena khawatir mama mertuanya itu akan kembali menalami serangan jantung ketika melihat anak laki-lakinya mengalami kecelakaan namun, Nina memaksa."Apa yang terjadi? Mengapa dia bisa sampai jatuh dari sana?" tanya Arga kepada Joy mewakili yang lain.Baik Nina maupun Ara, sama-sama terpukul atas kecelakaan yang menimpa Wei, hingga tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata saja yang berjatuhan dari kelopak mata mereka melihat kondisi We
"Tidak perlu, pengacara perusahaanku dan Wei akan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah ini. Terimakasih.""Bukan masalah," kata Arga sambil mengangkat bahunya."Jika kalian butuh bantuan apa saja, silahkan katakan kepada kami, jangan sungkan," kata Eva kepada Nina dan Wizini."Terimakasih," kata Nina sambil menggenggam erat telapak tangan Eva.Dia menghela napas panjang dan merasa bersalah sekali karena telah menyembunyikan keselamatan Ara kepada sahabatnya. Tapi Nina benar-benar tidak berdaya, dia takut sahabat dan keluarganya akan memisahkan Ara dari Wei begitu tahu kalau Lanara itu sebenarnya adalah Ara.Malam hari hanya tersisa Ara, Arga dan Joy di rumah sakit. Sementara Nina, Wuzini dan Eva telah kembali pulang ke rumah.Awalnya Nina dan Wuzini menolak pulang ketika Ara menyarankan mereka untuk meninggalkan rumah sakit dan beristirahat di rumah saja. Namun, Ara memaksa mereka dan mengatakan akan memberikan kabar tentang perkembangan wei selama mereka pulang ke rumah.Wuzini
"Apakah dia benar-benar istriku?" tanya Wei bingung.Mengapa dia tidak bisa mengenali istrinya sendiri? Tapi memang dia merasa wajah wanita muda yang ada di hadapannya ini sepertinya tidak asing."Nyonya Ara? Apakah kamu bercanda?" tanya Arga memelototi Joy kesal.Bagaimana mungkin wanita asing ini menjadi istri Wei dan memiliki pemanggilan yang sama dengan adiknya? Ini benar-benar penghinaan bagi adik perempuannya. Seolah mereka ingin menggantikan tempat adiknya dan menghapus jejaknya dengan menempatkan wanita lain di posisinya dahulu di sisi Wei dengan nama yang sama."Aku ...."Joy bingung harus menjawab apa atas kemarahan ipar bosnya saat ini. Tapi apa yang disampaikan olehnya adalah kebenaran. Mengapa Arga marah? Jangan-jangan ...."Joy ayo ikut aku," kata Ara sambil mendahuluinya meninggalkan ruangan.Joy mengikuti Ara keluar dari kamar rawat inap bosnya."Cih, apa lagi yang ingin mereka bicarakan di belakang punggungku?" decih Arga sinis.Dia memperkirakan saat ini Ara dan Jo
"Tuan Wei saat ini di rawat di rumah sakit.""Sakit apa dia?""Kalau yang aku dengar dari percakapan kepala pelayan dan koki, dia mengalami kecelakaan.""Kecelakaan apa?""Aku tidak tahu.""Berikan alamat rumah sakitnya."Pelayan itu mengambil kertas dan memberikan alamat rumah sakit tempat Wei saat ini sedang di rawat."Ini," kata Juwita sambil memberikan beberapa dolar kepada pelayan yang ditemuinya.Setelah itu dia kembali mengendap-endap keluar dari rumah Wei dan masuk ke rumah Paul yang saat ini dia tempati.Keesokan harinya ....Juwita bersiap untuk mendatangi rumah sakit tempat Wei di rawat.Pada saat yang sama Nina dan suaminya juga keluar dari rumah menuju rumah sakit karena pihak rumah sakit meminta keluarga pasien untuk datang."Ma, Pa," kata Ara ketika melihat Nina dan Wuzini datang mendekat."Mengapa kamu tidak menunggu di dalam?" tanya Nina mengerutkan kening."Wei menolak ditunggui oleh kami," kata Ara apa adanya."Wei hilang ingatan. Dia tidak bisa mengenali siapapun d
Juwita tampak canggung dan malu karena terpergok oleh Nina dan Wuzini sedang berada di kamar rawat inap Wei tanpa izin."Dia di sini untuk menemui aku," kata Wei menengahi."Apa tujuanmu datang ke sini?" tanya Nina tanpa menyembunyikan rasa permusuhannya kepada Juwita."Aku ...."Juwita tercekat dan tidak dapat berkata-kata. Dia mengalihkan tatapannya kepada Wei dan memasang wajah sedih serta mata yang berkaca-kaca."Biarkan dia di sini menemaniku!" kata Wei keras kepala."Kamu gila? Bagaimana kalau Ara melihat ini dan marah? Apakah kamu tidak menginginkan istrimu lagi?" tanya Nina mendelik kesal."Ya, aku tidak menginginkan istri pilihan Mama itu. Biarkan aku sendiri yang memilih wanita mana yang akan menjadi istriku!" kata Wei tegas."Wei!" teriak Nina geram.Bisa-bisanya Wei berkata seperti itu setelah kembali mendapatkan hati Ara yang telah dia sia-siakan sebelum kecelakaan pesawat itu.'Anak ini pada akhirnya pasti akan menyesal jika dia sudah sadar,' batin Nina frustasi."Sudah
"Sayang ...."Juwita merasa tersanjung mendengar perkataan Wei."Kekasih?" tanya Nina seraya menyipitkan matanya menatap Juwita curiga.Apa sebenarnya yang telah dikatakan wanita ular ini kepada anaknya? Mengapa Wei sampai berpikir kalau dia adalah kekasihnya?"Tante, aku tahu Tante tidak menyukai aku ....""Syukur kalau kamu sadar!" kata Nina sinis memotong kata-kata Juwita.Juwita terdiam melihat sikap sinis Nina kepadanya. "Apakah kamu benar-benar Mamaku?" sela Wei sambil menatap Nina datar."Apa ... apa maksudmu bertanya seperti itu?" tanya Nina terkejut.Dia benar-benar tidak menyangka kalau anaknya akan meragukan dirinya sebagai ibu yang telah melahirkannya hanya karena hasutan seorang pejalan kaki seperti Juwita."Jika kamu benar-benar mamaku, kamu pasti tidak akan menghalangi hubunganku dengan wanita yang aku pilih!""Tentu saja Mama tidak akan menghalangi, tapi dia bukanlah orangnya! Kamu telah di tipu olehnya, Wei. Mama yakin kamu pasti akan menyesal telah bersikap seperti
Nina dan Wuzini sampai di rumah dan mendapati Ara yang sudah menunggu di ruang tamu dengan kopernya."Ara ... sayang, mau ke mana kamu, Nak?" tanya Nina cemas sambil duduk di samping Ara."Ara mau kembali ke Prancis, Ma," kata Ara sambil membalas genggaman tangan Nina."Apakah ini karena kata-kata Wei tadi?" tanya Nina sedih.Dia tahu apa yang diucapkan anaknya tadi benar-benar keterlaluan, bahkan dia pun merasa marah dan kecewa padanya, apalagi Ara?"Ara, kamu tidak harus mengambil hati pada kata-kata yang diucapkan Wei. Kamu tahu sendiri, saat ini dia sedang tidak sadar dan tidak mengingat apapun," kata Wuzini berusaha menasehati."Ara tahu Pa, tapi Ara juga butuh waktu untuk menata kembali hati Ara," kata Ara mencoba berkelit tanpa berani menatap papa mertuanya.Sebelum kecelakaan itu, dirinya dan Wei memang sudah menjaga jarak dan ini mungkin tidak disadari oleh mertuanya karena baik dia maupun Wei, mereka sama-sama menjaga agar semua itu tidak sampai diketahui oleh Nina dan Wuzin
"Ara, maukah kamu sedikit bersabar? Tolong tetaplah di sini dan bantu kami untuk mengembalikan ingatan suamimu," kata Nina dengan tatapan memohon.Biar bagaimanapun, Nina tetap tidak ingin Ara pergi dari rumah ini.Kata seorang psikolog, suami istri yang tinggal berjauhan merupakan embrio dari sebuah perceraian. Tentu saja Nina tidak ingin anak dan menantunya sampai berpisah hanya karena saat ini anaknya sedang dalam keadaan bingung dan lupa. "Ma ....""Mama mohon, tolong lakukan untuk Mama, sekali ini saja," kata Nina sedikit memaksa, memotong kata-kata Ara.Ara terdiam. Apa yang harus dilakukannya? Satu sisi dia ingin pergi karena takut mendapatkan pengabaian suaminya kembali. Tapi di sisi lain, Ara juga merasa tidak enak untuk menolak permintaan mama mertuanya."Baiklah, Ma. Ara akan mencoba untuk tetap bertahan di sini," kata Ara pada akhirnya, memilih untuk mengabulkan permohonan mama mertuanya."Terimakasih sayang," kata Nina sambil memeluk Ara erat.Wuzini hanya menghela na