Kita yang Terlambat Jatuh Cinta

Kita yang Terlambat Jatuh Cinta

last updateHuling Na-update : 2025-05-20
By:  Sefryana KhairilOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
6Mga Kabanata
7views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Peristiwa yang Tak Direncanakan. Cinta yang Tak Terelakkan. Ezra Jusuf, eksekutif muda dari Dynasty Group, telah memiliki segalanya-termasuk rencana masa depan yang sempurna bersama tunangannya, Gisel. Tapi segalanya berubah ketika satu malam impulsif mempertemukannya dengan Samsara Kuswandana, perempuan sederhana yang menyimpan luka masa lalu dari keluarga yang penuh kekerasan. Ketika Samsara hamil, Ezra menawarkan pernikahan-sementara-demi tanggung jawab. Bukan karena cinta. Mereka hidup bersama tapi terpisah, saling menjaga jarak, dan memendam luka. Namun perlahan, dalam keheningan yang kaku dan jarak yang disengaja, tumbuh pengertian... dan cinta yang tak pernah mereka duga. Saat cinta datang di saat yang salah, akankah waktu memberi mereka kesempatan kedua?

view more

Kabanata 1

1

Sungguh ironis. Di saat seperti ini, Samsara Kuswandana menyadari betapa sedikit yang ia tahu tentang Ezra Jusuf selain namanya. Lelaki itu jelas bukan orang sembarangan, pikirnya saat matanya menyapu ruang tamu rumah keluarga Jusuf yang megah—pilar marmer menjulang, jendela kaca patri dengan motif bunga musim gugur, dan langit-langit tinggi tempat lampu gantung kristal berayun pelan. Semuanya terasa asing, mewah... dan menghimpit.

Samsara berdiri mematung di dalam foyer megah yang terasa asing. Kaki Samsara yang mengenakan sepatu datar seolah menempel kaku di lantai marmer dingin, seolah menegaskan betapa kecil dirinya di tengah semua kemewahan ini. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi aroma eukaliptus kering di vas kuningan besar justru menyesakkan perutnya.

Di luar, langit Jakarta mulai meremang. Di sana, suara-suara lantang ayahnya, Ajat Kuswandana, dan balasan tenang tapi penuh tekanan dari Aidan Jusuf—putra sulung keluarga Jusuf—yang kebetulan sedang berada di sana.

Samsara menunduk. Ia tidak ingin mendengar apa-apa lagi. Tapi ketegangan itu sudah terpatri dalam dinding rumah ini. Meja antik, kursi beludru, cermin besar berbingkai emas—semuanya diam, tapi menyaksikan. Ketegangan menggantung pekat di udara, seperti awan badai yang siap menyambar.

Lalu, suara pintu depan terbuka.

Langkah ringan masuk, diiringi aroma udara sore Jakarta yang lembap bercampur wangi parfum maskulin dengan sentuhan kayu dan rempah. Samsara menoleh perlahan. Sosok itu muncul, mengenakan kaus abu-abu tua, dipadukan dengan celana chino krem bersih dan sandal kulit cokelat model selop yang biasa dikenakan lelaki mapan ibu kota. Di pergelangan tangannya, jam tangan klasik dari kulit berkilau samar. Rambutnya disisir rapi ke belakang. Itu Ezra Jusuf. Ia tampak terlalu tenang untuk badai yang sedang menanti.

Ezra menyapukan pandangannya ke dalam rumah, bersiul kecil. Sempat melirik beberapa surat di meja, lalu menaiki tangga—dua anak tangga sekaligus. Ia tidak menyadari kehadiran Samsara dan keluarganya, yang duduk tegang di sana.

Tapi langkahnya tertahan oleh suara berat dari ruang tamu. "Ezra, sini!"

Suara Aidan Jusuf. Tegas. Lugas.

Ezra menghela napas dan berbalik turun. Dia memasuki ruang tamu. Semua mata mengarah padanya yang memandang dengan wajah tanpa rasa bersalah. Melihat Ainur, ibunya berada di sana, Ezra segera menghampirinya dan mencium tangannya.

Saat itulah Ezra menyadari kehadiran seorang perempuan. Ia melihat Samsara. "Oh," ucapnya, nyaris kaget. "Kamu..."

"Hai, Ezra," kata Samsara.

Ainur memicingkan mata pada putranya, lantas bertanya, "Kamu kenal dia, Ezra?"

"Nggak, Mi," jawab Ezra.

Samsara tersentak mendengar jawaban itu. Hatinya bergemuruh karena gejolak emosi. Pembohong! Lelaki itu benar-benar bajingan.

Ezra menatap Samsara sekali lagi. Kali ini seolah mengamati lebih diam. Ada secercah sinar di mata lelaki itu, yang seolah menjadi penanda kalau lelaki itu mengenali Samsara. Kemudian, Ezra menatap sekelilingnya dengan sorot bingung. "Ini ada apa sih?" Matanya kembali ke Samsara. "Kamu menjebakku?"

"Sama sekali nggak," balas Samsara. Dia bertanya-tanya dalam hati berapa lama dirinya mampu mempertahankan ketenangan yang pura-pura ini.

Tiba-tiba Ajat berdiri dengan wajah berang. Dia menunjuk Ezra. "Berani-beraninya ngomong begitu! Kamu itu harus tanggung jawab dan harus bayar mahal! Anak saya hamil!"

"Pak Ajat, tolong tenang dulu," tukas Aidan.

"Gimana saya bisa tenang di saat seperti ini? Cepat buat dia mengaku atau saya bisa buat dia babak belur sekarang juga, tahu nggak?!" seru Ajat.

Sesuatu yang licik tampak merayap di dalam diri Ezra. Dia melirik tajam ke arah gadis itu, tetapi Samsara tetap tenang. Belum ada sepatah kata pun keluar dari mulutnya.

Namun, Ajat tidak sabar. Dia kembali bersuara, "Kenapa diam saja? Kamu takut? Berani berbuat, tapi tidak mau tanggung jawab, iya?" cecarnya. "Bilang sama kakak dan ibu kamu, kamu sudah meniduri anak saya! Jangan kira karena kamu anak orang kaya, bisa seenaknya mainin anak gadis orang!" Ajat menunjukkan tinjunya di depan hidung Ezra. "Kamu harus tanggung jawab menikahi anak saya, kasih saya lima milyar, atau saya akan buat keributan di sini!"

Ezra menarik napas tajam. Masih berusaha menjaga ketenangannya.

"Dan jangan kira saya nggak tahu siapa kamu! CTO, ya? Dynasty Group? Percuma punya jabatan tinggi kalau nggak punya moral!" pekik Ajat. Ia menempelkan telunjuknya ke dada Ezra. "Laki-laki macam kamu harus diajarin caranya bertanggung jawab!"

"Sabar, Pak. Biar saya tanya anak saya sekali lagi." Ainur menahan Ajat. "Jawab Ami, Ezra. Kamu kenal perempuan ini?"

Sebelum Ezra menjawab, Ajat bangun dari kursinya. Dia mendorong tubuh Ezra ke dekat tubuh Samsara. "Bilang sama keluarganya, Sam! Bilang ke mereka kalau anak ini yang sudah menghamilimu!"

Secara naluriah, Samsara menjauh dari aroma napas ayahnya yang menyengat oleh alkohol. Tetapi ayahnya meraih pipinya, menangkup dengan kasar, dan berkata tak sabar, "Bilang sama mereka, Nak."

Ezra menarik tangan Ajat dari wajah Samsara. "Lepaskan dia! Dia kesakitan!" Dia berdiri di antara ayah dan anak itu. "Saya bilang, saya tidak kenal anak Bapak. Tapi saya ingat dia."

Samsara memandang Ezra dengan tatapan penuh peringatan. Pipinya terasa sakit akibat cengkeraman ayahnya tadi.

"Tuh, dengar sendiri semua! Anak saya nggak bohong!" Ajat mengarahkan matanya pada Ainur dan Aidan yang tampak pias setelah mendengar ucapan Ezra.

Aidan menatap Ezra. "Jadi, bayi di kandungan Samsara itu bener anak lo, Zra?"

"Gue nggak bilang begitu, Bang," ungkap Ezra. "Gue ingat, gue pernah ketemu dia."

"Kapan?" desak Aidan.

"Mm... sebulan atau dua lalu, kalau nggak salah," kata Ezra.

"Sebulan atau dua bulan lalu? Yang jelas, Ezra. Biar kita pastikan apakah sama dengan usia kandungannya," sambung Ainur.

"Sebulan lalu. Tanggal 16 Juli." Kali ini Samsara yang menjawab. Dia menahan rasa malu yang semakin membuncah. "Kami dikenalkan sepupu saya, Ruci. Ruci itu pacarnya Fajrin—teman dekatnya Ezra."

Ekspresi puas terlihat di wajah Ajat Kuswandana, semakin membuatnya tampak menjijikkan.

"Benar begitu, Ezra?" tanya Aidan kepada adiknya.

Ezra mengepalkan tangan dan memejamkan mata. Dia mendenguk ludah sebelum menjawab, "Iya, Bang."

"Setelah saling kenalan, kalian ke mana?" ujar Ainur.

"Ezra mengajak saya jalan-jalan ke Sea Aquarium di Bintaro. Kami lama di sana." Samsara bertutur lagi sambil menunduk. "Pas mau pulang, Ezra mencium saya di mobil. Terus, dia mengajak saya ke apartemennya. Semua terjadi di sana. Tapi, itu terjadi atas persetujuan kami berdua."

Ajat mengangguk penuh kemenangan.

"Benar, Ezra?" Aidan bertanya lagi.

Ezra mengangguk.

Ainur bangkit dari kursinya. Matanya menatap putra keduanya dengan penuh gelegak amarah. Tanpa diduga, Ainur melayangkan tangannya menampar pipi keras Ezra. "Otak kamu di mana, Ezra?! Memperlakukan perempuan seperti itu! Di mana akal sehat kamu?!"

Ezra terdiam. Pipi kirinya memerah. Kepalanya tertunduk, tak sanggup menatap ibunya.

"Ami nggak mau tahu, kamu selesaikan masalah ini!" Ainur melangkah meninggalkan ruang tamu. "Aidan, kamu ikut Ami."

Aidan pun bangkit dan berjalan di belakang ibunya. Sementara Ezra masih terpaku di tempatnya berdiri.

Ajat mendesah keras. Dia berkata pada Ezra. "Kita buat semua cepat beres. Kamu nikahi anak saya dan kasih saya lima milyar sebagai ganti rugi."

Ezra mengangkat kepalanya perlahan, menatap Ajat dengan sorot mata yang tajam tapi dingin. Suasana di ruang tamu menegang lagi. "Pak Ajat," katanya. "Saya akan bertanggung jawab, tapi saya mau semuanya jelas dulu. Dan, jangan pernah berpikir Bapak bisa memeras saya seperti ini."

Ajat melotot. "Kamu pikir ini main-main?! Saya bisa bikin viral semua ini. Anak saya—"

Ezra mengangkat tangan, memotong. "Izinkan saya bicara berdua dulu dengan Samsara. Tanpa interupsi siapa pun."

Ajat terkekeh sinis. "Nggak usah sok drama. Apa pun yang mau kalian bisik-bisikkan, ujungnya sama aja—kamu nikahi anak saya, saya terima kompensasi."

Ezra mengabaikan komentar itu. Ia berjalan mendekati Samsara yang duduk kaku. Sorot matanya melembut saat bertemu tatapan Samsara. "Sara, mau ikut aku sebentar?"

Samsara menatap Ezra sejenak. Di balik kecewa dan marah yang belum sempat ia uraikan, ada dorongan kuat dalam dirinya untuk akhirnya mendengar penjelasan. Ia mengangguk pelan.

***

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
6 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status