Peristiwa yang Tak Direncanakan. Cinta yang Tak Terelakkan. Ezra Jusuf, eksekutif muda dari Dynasty Group, telah memiliki segalanya-termasuk rencana masa depan yang sempurna bersama tunangannya, Gisel. Tapi segalanya berubah ketika satu malam impulsif mempertemukannya dengan Samsara Kuswandana, perempuan sederhana yang menyimpan luka masa lalu dari keluarga yang penuh kekerasan. Ketika Samsara hamil, Ezra menawarkan pernikahan-sementara-demi tanggung jawab. Bukan karena cinta. Mereka hidup bersama tapi terpisah, saling menjaga jarak, dan memendam luka. Namun perlahan, dalam keheningan yang kaku dan jarak yang disengaja, tumbuh pengertian... dan cinta yang tak pernah mereka duga. Saat cinta datang di saat yang salah, akankah waktu memberi mereka kesempatan kedua?
view moreEzra duduk di belakang meja besar, menatap layar laptop dengan pandangan kosong. Memar di rahangnya sudah hampir hilang, tapi kerutan di keningnya menunjukkan beban pikiran yang tak kunjung reda. Tapi sebelum dia sempat memutuskan langkah berikutnya, pintu ruangannya diketuk."Masuk," kata Ezra.Prima, asisten pribadinya, masuk dengan langkah cepat, memegang tablet dan map tipis. Perempuan berusia awal tiga puluhan itu tampak tegang, alisnya berkerut. "Pak Ezra, ada update soal kasus Pak Ajat," katanya tanpa basa-basi. Ia berdiri di depan meja.Ezra menegakkan tubuh, matanya menyipit. "Apa kabarnya?"Prima menarik napas, lalu menjelaskan, "Pak Ajat dibebaskan pagi ini. Polisi bilang cuma penganiayaan ringan, nggak cukup bukti buat dakwaan berat. Luka Bapak nggak parah dan saksi cuma pembantu rumah yang nggak lihat jelas kejadiannya. Jadi, mereka lepasin dia dengan peringatan."Ezra mengangguk pelan, rahangnya mengeras. "Terus?"Prima ragu sejenak, lalu melanjutkan, "Pak Ajat mengancam
Dari warung kecil di ujung gang, Samsara mengintip ke arah jalan, memastikan bayangan ayahnya, tak terlihat. Jantungnya masih berdegup kencang setelah berlari keluar dari rumah dengan tas di bahunya. Ia buru-buru mengeluarkan ponsel dari saku, menelpon sepupunya, Ruci, sebelum bergegas menemuinya di ujung jalan. Ruci seumuran dengan Samsara. Berusia 23 tahun. Tahun lalu, Ruci baru menyelesaikan kuliahnya jurusan bisnis. Lalu merintis toko baju online bernama Chic Click. Samsara sendiri ingin kuliah, tapi tidak punya biaya. Berbeda dengan rumah Samsara yang penuh kekerasan, rumah keluarga Ruci hangat dan penuh tawa, selalu menjadi tempat perlindungan bagi Samsara sejak kecil. Kedua sepupu ini tak pernah menyimpan rahasia satu sama lain.Bunyi klakson membuat Samsara tersadar. Mobil Toyota Agya warna merah berhenti di sampingnya. Wajah Ruci muncul ketika kaca jendela diturunkan. "Ayo!" kata Ruci.Samsara pun buru-buru masuk ke mobil. Dia menaruh tasnya di jok belakang. Lantas mengemb
Kamar itu sunyi. Kamar itu kecil dan pengap. Jendela terbuka lebar membiarkan cahaya matahari siang menyusup masuk bersama angin. Di sudut ranjang kayu yang mulai rapuh, Samsara duduk bersila dengan ponsel di tangan. Ia membuka Google, mengetikkan nama yang sejak pagi tertahan di benaknya.EZRA MAULANA JUSUFBeberapa detik kemudian, layar ponsel menampilkan sebuah artikel dengan tajuk besar dan foto wajah yang amat ia kenali.CTO Muda, Ezra Jusuf Dorong Transformasi di Bidang Properti.Samsara membaca pelan, matanya terpaku pada kalimat-kalimat yang memuji: inovatif, visioner, harapan baru sektor properti. Tapi pikirannya justru tertahan pada foto Ezra. Kemeja putih bersih, jas yang rapi, tatapan percaya diri—wajah yang sempat ia lihat begitu dekat malam itu. Bahkan terlalu dekat.Tanpa sadar, senyum samar mengembang di bibirnya. Senyum yang ditarik oleh kenangan—sentuhan Ezra yang hangat, genggaman lembut di pinggangnya, dan suara dalam yang membisikkan janji semu. Saat itu, Ezra sep
Samsara melangkah masuk ke pekarangan rumah. Bau tanah basah dan sisa hujan masih tercium di udara. Tapi, begitu ia mendorong pintu kayu yang sudah reyot, suara gaduh memecah kesunyian. Teriakan kasar, benturan keras, dan isak tangis yang tertahan. Jantung Samsara langsung mencelat. Ia tahu suara itu—suara ayahnya, Ajat, dan rintihan ibunya, Esti.Samsara berlari ke ruang tengah. Matanya membelalak. Di sudut ruangan, Esti meringkuk di lantai, wajahnya penuh luka lebam, darah mengalir dari sudut bibirnya. Ajat berdiri di atasnya, tangannya terkepal, wajahnya merah padam penuh amarah. "Kamu perempuan tak tahu diri!" maki Ajat, suaranya menggelegar. Ia mengayunkan tangan lagi, menampar wajah Esti yang sudah tak berdaya."Ibu!" Samsara menjerit. Tanpa pikir panjang, ia berlari dan berlutut di samping Esti, memeluk tubuh ibunya yang gemetar. "Ibu, maafkan aku... maafkan aku..." Tangisnya pecah. Tubuh Esti terasa dingin, lemah, tapi ia masih berusaha menggenggam tangan Samsara."Buah tak ja
Garasi keluarga Jusuf luas dan teratur, dindingnya putih bersih dengan lampu-lampu LED yang menerangi deretan mobil mewah seperti showroom. Ezra berjalan ke sebuah Range Rover putih kini terparkir, tepat di belakang sedan tua milik keluarga Samsara.Samsara tidak menunjukkan reaksi, seakan tidak peduli pada kemewahan itu. Ia berdiri di dekat Range Rover yang dinaiki Ezra. Ia melipat tangan di dada, mengamati Ezra yang sudah duduk di balik kemudi."Kamu mau ajak aku ke mana?" tanya Samsara."Ke mana aja," jawab Ezra.Samsara mengangkat alis. "Biar apa?"Ezra menarik napas panjang, menahan sabar. "Biar kita bisa bicara.""Kalau kamu mau bicara, kita bisa bicara di sini," tukas Samsara."Kita nggak bisa bicara kalau banyak gangguan," tutur Ezra. "Sebaiknya kamu masuk."Samsara mencoba menimbang risiko untuk ikut jalan-jalan dengan Ezra. Dia sama sekali tidak mengenal lelaki itu. Apakah Ezra punya sifat pemarah seperti ayahnya? Apakah Ezra bisa bertindak kasar kalau terpojok seperti ini?
Sungguh ironis. Di saat seperti ini, Samsara Kuswandana menyadari betapa sedikit yang ia tahu tentang Ezra Jusuf selain namanya. Lelaki itu jelas bukan orang sembarangan, pikirnya saat matanya menyapu ruang tamu rumah keluarga Jusuf yang megah—pilar marmer menjulang, jendela kaca patri dengan motif bunga musim gugur, dan langit-langit tinggi tempat lampu gantung kristal berayun pelan. Semuanya terasa asing, mewah... dan menghimpit.Samsara berdiri mematung di dalam foyer megah yang terasa asing. Kaki Samsara yang mengenakan sepatu datar seolah menempel kaku di lantai marmer dingin, seolah menegaskan betapa kecil dirinya di tengah semua kemewahan ini. Ia menarik napas dalam-dalam, tapi aroma eukaliptus kering di vas kuningan besar justru menyesakkan perutnya.Di luar, langit Jakarta mulai meremang. Di sana, suara-suara lantang ayahnya, Ajat Kuswandana, dan balasan tenang tapi penuh tekanan dari Aidan Jusuf—putra sulung keluarga Jusuf—yang kebetulan sedang berada di sana.Samsara menund
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments