Tiga tahun pernikahan pun berlalu, namun Amran belum juga mencintai istrinya. Bahkan ketika rasa aneh mulai hadir di dirinya, dia menepisnya. Ketika hatinya masih terombang-ambing, dia malah menyambut Rania dengan penuh kehangatan. Rania adalah seseorang yang dahulu pernah mengisi hatinya juga kakak kandung Zia. Namun tentu saja sikap Amran membuat Zia keberatan. Zia: "Kalau kamu terus seperti itu, sebaiknya kita berpisah!" Amran: "Jangan katakan yang aneh-aneh, aku tahu kamu sangat mencintaiku. Aku juga akan segera punya cinta itu, lalu kita menjalani kehidupan yang bahagia. Berikan aku waktu lagi, maka aku akan menjadi pria yang paling mencintaimu." Zia berusaha memberikan Amran kesempatan untuk ke sekian kalinya, namun semuanya berkahir de.....
Lihat lebih banyak"Dulu, sebenarnya kakakmu ke mana? Kenapa datang dan pergi begitu saja?"
Lamunan Zia terhenti ketika mendengar temannya menggerutu. Pasalnya, kakak wanitanya itu memang sudah pergi dari rumah selama beberapa tahun. Lebih tepatnya ketika hari pernikahan antara kakanya dan Amran hanya tinggal menghitung hari tanpa kejelasan.Waktu itu ... orang tuanya Zia juga mengerahkan banyak orang untuk menemukannya, begitu juga Amran. Namun semua usaha tidak mendapatkan hasil apa pun. Bahkan mereka mendengar kabar kalau kakaknya Zia pergi dengan pacar simpanannya yang seorang bule.Mendengar kabar itu, Amran marah bukan main. Begitu juga dengan keluarganya. Berhubung orang tua Amran sejak awal sudah menyukai adiknya, yaitu Zia. Mereka pun meminta orang tua Zia untuk menikahkan putri bungsunya dengan Amran.Anehnya, keluarga Zia bahkan menyetujuinya dengan cepat tanpa menunggu jawaban dari yang bersangkutan. Sayangnya ... Zia juga tidak bisa menolak, jadi dia menerimanya dan menjadi istri Amran.Sekarang pernikahan mereka sudah menginjak usia tiga tahun pernikahan, namun kehidupan mereka tidak ada yang berubah. Di luar, mereka berpura-pura sebagai pasangan yang romantis dan punya kehidupan yang sangat membahagiakan.Namun aslinya ... Zia sangat tertekan dengan pernikahan itu karena Amran tidak pernah memperlakukan dirinya sebagai seorang istri. Mereka masih tidur di kamar yang terpisah yang bahkan lantai mereka berbeda.Amran, wilayahnya adalah lantai atas dan kamarnya ada di sana. Sementara Zia ada di lantai bawah. Mereka menjalani kehidupan masing-masing.Zia juga sudah memintanya untuk mengubah kebiasaan itu karena ingin menjadi seorang istri yang seutuhnya, namun Amran selalu menolaknya dengan alasan dia masih membutuhkan waktu dan tidak mudah baginya untuk menerima orang baru."Lo kok kayaknya kaget banget? Emang gak tahu kalau Kak Rania sudah balik?" tanya Gea tak percaya ketika melihat Zia menggeleng. "Kayaknya keluarga Lo sengaja, deh. Enggak kasih tahu agar Lo emang gak tahu apa-apa."Pikiran Zia mulai berkenalan ketika mendengar ucapan Gea, namun dia berusaha menepisnya dan masih duduk tenang. Namun Gea segera menunjukkan sebuah video sambutan yang cukup meriah dari keluarganya dengan kedatangan Rania.Kedua tangan Zia mengepal dan dia pun segera mengambil tas selempangnya dan berlari ke arah luar kafe, lalu menaiki taksi yang ada di depan."Rumah nomor satu, jalan Mawar Indah, ya, Pak," ucapnya cepat dengan napas yang terengah-engah akibat berlari terlalu cepat."Oke, Bu."Selama di dalam mobil, Zia tidak bisa tenang. Zia sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran keluarganya. Padahal, kakaknya sendiri yang sudah membuat kehidupan Zia berantakan seperti ini. Namun sekarang ketika dia datang, keluarganya malah memberikan sambutan yang sangat mewah.Zia segera turun setelah memberikan selembar uang biru, lalu berlari ke arah rumah orang tuanya yang masih melakukan penyambutan. Tanpa mendengarkan sapaan dari keluarganya, Zia terus melangkah lebar hingga dia menemukan sosok wanita yang membuatnya marah, kesal, dan semua perasaan tidak enak menjadi satu."Apa maksud Lo?" teriak Zia tanpa basa-basi hingga membuat fokus orang-orang tertuju ke arah mereka."Hai, Zia! Apa kabar adikku sayang?" Rania bertanya dengan ramah dan menatapnya dengan mata berbinar, namun Zia tidak menyambutnya."Jangan basa-basi! Jelaskan kenapa Lo yang ngilangin tiga tahun lalu tiba-tiba datang setelah semuanya sudah kacau? Ke mana saja selama ini?" teriak Zia mengeluarkan segala unek-unek yang tertahan di dadanya selama ini, namun dia malah mendapatkan tamparan yang menyakitkan."Jaga cara bicaramu! Ini bukan hutan dan dia juga kakakmu!" teriak papanya membuat wajah Zia bengkak dan hatinya juga ikut terluka.Selama ini dia memang selalu merasa kalau kedua orang tuanya pilih kasih, seolah hanya Rania yang menjadi anak mereka. Sedangkan dirinya tidak pernah. Namun Zia baru sadar sekarang dan sebelumnya dia tidak pernah punya pikiran yang negatif terhadap kedua orang tuanya."Dia juga baru pulang dari luar negeri menyelesaikan pengobatannya. Atas dasar apa kamu memperlakukan anakku seenaknya?" Mamanya Zia juga ikut mendekat dan mendaratkan tamparan kedua, karena yang pertama dari papanya.Zia semakin terluka, terlebih ketika mamanya mengatakan kalau Rania adalah anaknya."Ma ... apa hanya dia anak Mama?" tanya Zia sambil mengarahkan telunjuknya ke arah Rania. "Apa aku bulan anak Mama dan Papa? Kenapa perlakukan kalian sangat berbeda sekali? Kenapa hanya aku yang diperlakukan tidak adil seperti ini?" cecar Zia dengan air mata yang tidak berhenti keluar, sementara para kerabatnya hanya menonton karena tidak tahu harus berbuat apa.Semua orang tahu identitas Zia, begitupun dengan Zia sendiri. Namun dia ingin membuktikan semua perkataan Gea kalau orang tuanya selama ini memang tidak pernah mencintainya. Mama yang ada di hadapannya memang bukan ibu kandungnya, karena ibu Zia sudah meninggal. Jadi papanya menikah lagi dengan Ibunya Rania.Usia mereka hanya berbeda dua tahun, namun perlakuan khusus keduanya hanya terarah pada Rania. Tidak pada dirinya. Bahkan sejak Rania dan Ibunya datang, kehidupan Zia seperti sudah direnggut setengahnya."Cukup! Hentikan omong kosongmu itu!" teriak papanya lagi membuat hati Zia semakin teriris. "Kamu harusnya introspeksi diri, bukan malah menyalahkan orang lain!""Coba Papa sebutkan sikapku yang mana yang kelewatan?" tanya Zia sambil melangkah mendekat ke arah pria yang sejak ia kecil selalu berkata akan terus mencintainya dan melindunginya. "Apa pernah selama ini aku tidak melakukan apa yang Papa perintahkan?""Apa pernah aku datang ke rumah ini dan meminta Papa untuk menghiburku ketika aku sedang terluka, sedih, atau kesal? Apa aku pernah minta dibelikan sesuatu? Enggak! Aku bahkan lupa bagaimana caranya sedih karena Mama dan Papa selalu memintaku untuk terus tersenyum apa pun yang terjadi, katanya agar tidak membuat malu kalian. Namun sekarang apa yang terjadi?" cecar Zia mengeluarkan segala hal yang tersimpan di dadanya.Kerabat dari ayahnya mulai berdekatan ke arah Zia dan berusaha untuk memberikan pelukan, namun orang tuanya Zia meminta orang-orang itu untuk tidak memperlakukan Zia dengan spesial."Nanti dia akan menjadi anak pembangkang dan sikapnya lebih dari sekarang," ucap mamanya Rania membuat hati Zia semakin tersayat. Ditambah ketika kedua netranya menatap sayup ke arah pria yang katanya selalu menjadi cinta pertama anaknya, namun malah tatapan bengis yang dia dapatkan.Karena dadanya semakin sesak, dia pun memutuskan untuk pergi dari rumah itu dengan berlari ke jalanan, lalu naik taksi hingga di rumah Amran dengan harapan Amran mau mendengarkan curahan hatinya atas apa yang terjadi hari ini."Amran," panggil Zia ketika melihat suaminya itu tengah duduk di ruang keluarga. "Amran ... keluargaku ....""Apa yang kamu lakukan? Kenapa membuat keributan di tempat penyambutan Rania?" tanya Amran dengan wajah penuh emosi setelah melihat Zia.Deg.'Apa yang sebenarnya terjadi?Kenapa orang-orang berada di pihak wanita yang pandai berbohong itu?'Bukannya langsung ikut dengan Amran, Zia malah tampak santai dan tenang seolah keracunan adalah hal yang biasa."Apalagi yang sedang kamu pikirkan? Apa kamu sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi pada papamu?" tanya Amran tak percaya."Peduli atau tidak, tidak ada hubungannya denganmu, Mas. Terlebih, aku sudah tahu hal ini akan terjadi, namun sayangnya papaku lebih memilih untuk mempercayai istri dan anak tirinya itu," terang Zia.Amran kehilangan kata-kata."Pergilah, Mas. Mungkin sekarang Rania sedang ada di rumah sakit dan menunjukkan akting terbaiknya. Jenguklah dia, Mas. Mungkin sekarang dia sedang membutuhkanmu," suruh Zia."Apa sebenarnya yang ada di kepalamu?" teriak Amran tak percaya. "Apa tahu kalau papamu sedang mempertaruhkan nyawa?""Aku tahu, tapi itulah pilihannya. Aku juga tidak punya waktu lagi untuk terus berbicara omong kosong," jawab Zia. "Jadi pergilah, lihat apa yang sebenarnya terjadi di sana."Karena Amran tidak bisa membawa Zia pergi, akhirnya dia k
"Jangan bercanda, aku dan Alia memang punya hubungan. Namun sebatas teman saja. Jadi jangan menuduh sembarangan," sangkalnya cepat."Teman?" Zia mendekat ke arah Rania. "Sejak kapan kamu punya teman modelan begini?""Walau kita tidak pernah dekat, aku tahu betul kamu tidak akan pernah berteman dengan manusia seperti itu," tandasnya lagi."Jangan sok tahu! Kamu tidak akan pernah tahu tentangku," sentak Rania, lalu dia memposisikan tubuhnya berhadapan dengan Zia. "Semua yang menjadi milikmu akan menjadi milikku," bisiknya membuat Zia spontan menamparnya keras."Kau sungguh wanita yang tidak tahu malu," teriaknya membuat Haris segera mendekat dan mengecek kondisi tangan Zia."Jangan lakukan itu lagi, aku mohon. Katakan saja padaku, aku akan meminta orang-orang untuk menamparnya," ujar Haris lembut."Rio, Alia!" panggilnya dengan teriakan yang membuat burung-burung beterbangan jauh."Ada apa, Bos?" Rio segera mendekat dengan Alia yang ditariknya."Tampar Rania masing-masing lima kali. Ka
Kau! Bagaimana bisa mengatakan itu tanpa beban di depan seorang wanita?" Alia melemparkan tatapan tak percaya pada pria yang sudah lama dikaguminya itu."Lantas, apa yang menurutmu pantas aku lakukan?" Haris mendekat ke arah Zia dan kembali menghujaninya dengan ciuman tanpa mengindahkan keberadaan Alia."Cukup, aku ada di sini. Apa kau sama sekali tidak mau balas Budi pada kakakku yang sudah mengorbankan segalanya untukku?" Alia kembali melemah.'Hanya cara ini yang aku bisa. Dengan berpura-pura menjadi lemah, Haris akan kembali menjadi milikku,' batinnya tertawa.'Yah, seorang Haris Amarta, pria paling sempurna di pelosok dunia ini hanya boleh menjadi suamiku. Dia tidak diizinkan untuk menjadi suami orang lain, apalagi dari seorang wanita yang berstatus janda,' lanjutnya.Alia sama sekali tidak mendengar kabar yang beredar kalau Zia bercerai dengan status perawan. Dia bahkan tidak membuka matanya dengan baik karena tidak melihat tubuh Zia yang sangat jauh jika dibandingkan dengan tub
Mereka pun sampai di rumah yang sudah dipersiapkan Haris untuk ditinggali bersama Zia.Akan tetapi, belum sempat mereka masuk ke dalam rumah, ponsel Haris lebih dulu berdering dengan keras."Aku sudah ada di bandara. Jemput aku sekarang kalau kamu mau membalas budi pada kakakku," ucap seorang wanita, lalu mematikan sambungan teleponnya begitu saja tanpa menunggu penjelasan dari Haris.Mendengar apa yang dikatakan wanita itu, Zia mengerutkan keningnya."Apa yang dikatakan dia sama seperti kata-kata Rania beberapa waktu lalu," ujarnya membuat Haris tidak berani melangkah."Semuanya terserah padamu, Mas. Tapi aku tekankan sekali lagi, kalau memang kamu bersungguh-sungguh, jangan pernah hadirkan orang ketiga. Jangan berikan aku surga lewat pintu poligami," lanjutnya menegaskan."Baik." Haris menjawab mantap, lalu segera menghubungi seseorang."Jemput Alia di bandara sekarang! Kalau dia hanya di mana aku, bilang aku sedang menikmati malam pertama dengan istriku," titahnya."Apa? Bagaimana
"Kalian baru saling mengenal, tidak mungkin kamu sudah mencintainya sedalam itu dan tidak mungkin dia juga sudah mencintaimu sebesar yang kamu katakan. Aku saja ragu padanya, bagaimana mungkin kamu tidak meragukannya?" tanya Amran tanpa memperdulikan tatapan Haris yang menatapnya penuh ketajaman. "Aku percaya pada suamiku, siapa pun dia, kepercayaanku akan selalu melekat padanya. Bukankah aku juga melakukan hal yang sama ketika kita masih menjadi suami istri?" tanya Zia yang lagi-lagi membuat Amran diam. "Aku sudah memaafkan apa yang telah kamu lakukan di masa lalu, kini aku sudah menjalani kehidupan yang baru. Jadi, aku juga berharap kamu melupakan masa lalu kita dan kembali meniti kehidupan yang baru," tegas Zia berusaha membuat Amran sadar kalau kehidupan di antara mereka sekarang sudah berbeda. "Aku tidak akan menyerah semudah itu, aku yakin pasti ada kesempatan untukku agar bisa kembali bersamamu. Aku dan kamu saja bisa berpisah setelah lima tahun pernikahan, apalagi antara ka
"Kenapa kamu manis banget, sih? Bukannya orang-orang bilang kamu kejam?" Zia melemparkan tatapan tak percaya pada pria yang ada di depan matanya.Zia selalu mendengar kritikan negatif terhadap keluarga Amarta, bahkan katanya keluarga ini adalah keluarga dengan orang-orang yang paling berbahaya.Sebelumnya Zia percaya akan gosip itu karena selama ini mereka memang selalu menunjukkan sisi negatif, namun setelah masuk langsung dan menjadi menantu Amarta, Zia tidak merasa demikian. Justru Zia merasa orang-orang yang mengatakan mereka jahat hanya pandai melihat dari luar, namun tidak jeli dengan kebenaran yang ada."Aku manis hanya di hadapanmu," sahut Haris cepat membuat Zia memalingkan tatapan, "karena kamu istriku, tentu aku akan melakukan apa yang aku bisa untuk mencintaimu.""Kalau nanti kamu berpaling?" tanya Zia penasaran karena Haris bukanlah pria biasa."Sebelum itu terjadi, aku akan mengatur beberapa aset untukmu. Ada anak atau tidak di antara kita, kamu tetap akan mendapatkannya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen