MARI KITA BERPISAH, MAS

MARI KITA BERPISAH, MAS

Oleh:  Ucu Nurhami Putri  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
9 Peringkat
51Bab
102.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Tiga tahun pernikahan pun berlalu, namun Amran belum juga mencintai istrinya. Bahkan ketika rasa aneh mulai hadir di dirinya, dia menepisnya. Ketika hatinya masih terombang-ambing, dia malah menyambut Rania dengan penuh kehangatan. Rania adalah seseorang yang dahulu pernah mengisi hatinya juga kakak kandung Zia. Namun tentu saja sikap Amran membuat Zia keberatan. Zia: "Kalau kamu terus seperti itu, sebaiknya kita berpisah!" Amran: "Jangan katakan yang aneh-aneh, aku tahu kamu sangat mencintaiku. Aku juga akan segera punya cinta itu, lalu kita menjalani kehidupan yang bahagia. Berikan aku waktu lagi, maka aku akan menjadi pria yang paling mencintaimu." Zia berusaha memberikan Amran kesempatan untuk ke sekian kalinya, namun semuanya berkahir de.....

Lihat lebih banyak
MARI KITA BERPISAH, MAS Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Melly Danish
cerita nya mantap
2024-03-18 11:31:10
1
user avatar
Devi Puspita Sari
Keren kisahnya
2024-03-03 11:23:23
1
user avatar
Wainy Cin
...bagus......
2024-01-29 15:48:09
1
user avatar
Nunik Lusiana
suka banget sama ceritanya
2024-01-06 00:23:35
1
default avatar
paijah08771622
Alur ceritanya sebenarnya bagus, hanya penyusunan kata dan kata katanya banyak yang salah. semangat untuk penulis, kedepanya lebih baik.
2023-12-07 23:20:03
4
user avatar
Nur Setiawati
ceritanya bikin gereget
2023-09-25 10:01:46
2
user avatar
Aty Yati
semoga ngak gantung ceritanya
2023-08-17 04:45:16
2
user avatar
Yet Sunarti
ini masih panjangkah ceritanya?
2023-08-15 03:12:16
1
user avatar
Yet Sunarti
ini masih panjangkah ceritanya?
2023-08-15 03:11:50
2
51 Bab
Bab 1 Kedatangannya
"Dulu, sebenarnya kakakmu ke mana? Kenapa datang dan pergi begitu saja?"Lamunan Zia terhenti ketika mendengar temannya menggerutu. Pasalnya, kakak wanitanya itu memang sudah pergi dari rumah selama beberapa tahun. Lebih tepatnya ketika hari pernikahan antara kakanya dan Amran hanya tinggal menghitung hari tanpa kejelasan.Waktu itu ... orang tuanya Zia juga mengerahkan banyak orang untuk menemukannya, begitu juga Amran. Namun semua usaha tidak mendapatkan hasil apa pun. Bahkan mereka mendengar kabar kalau kakaknya Zia pergi dengan pacar simpanannya yang seorang bule.Mendengar kabar itu, Amran marah bukan main. Begitu juga dengan keluarganya. Berhubung orang tua Amran sejak awal sudah menyukai adiknya, yaitu Zia. Mereka pun meminta orang tua Zia untuk menikahkan putri bungsunya dengan Amran.Anehnya, keluarga Zia bahkan menyetujuinya dengan cepat tanpa menunggu jawaban dari yang bersangkutan. Sayangnya ... Zia juga tidak bisa menolak, jadi dia menerimanya dan menjadi istri Amran.Sek
Baca selengkapnya
Bab 2 Tidak Punya Hati Nurani
"Kamu pikir aku di sana membuat keributan?" Zia bertanya dengan jari jemari tangan kanan menyentuh lehernya. "Apa di matamu aku terlihat seperti orang yang suka membuat keributan?"Amran membulatkan kedua matanya dengan penuh emosi, lalu mendekat ke arah Zia dan mengangkat tangannya. Namun ketika dia hendak melakukan suatu, dia pun tersadar kalau apa yang akan dilakukannya salah."Kenapa? Kalau mau tampar, tampar saja. Sama seperti yang dilakukan Mama sama Papa. Kamu juga mau mengikuti jejak mereka? Lakukan!" teriak Zia bener-bener emosi karena sikap suami dan juga kedua orang tuanya sama.Padahal, selama ini dia tidak pernah membantah perkataan ketiga orang itu dan bahkan dia sendiri menyampingkan keinginannya hanya untuk membuat mereka senang."Aku sungguh tidak habis pikir ternyata Di matamu aku terlihat seperti orang yang suka membuat masalah? Padahal, selama ini aku selalu melakukan yang kalian katakan! Sungguh tidak habis pikir dengan jalan pikiran kalian," teriak Zia lagi lalu
Baca selengkapnya
Bab 3 Egois
"Mama!"Amran berteriak dengan suara yang melengking hingga membuat Via ataupun Zia berhasil menutup telinganya dan sama-sama menatap kaget ke arah Amran."Kenapa kamu membentak Mama seperti itu, Mas? Apa kamu sudah lupa dari mana kamu dilahirkan dan tumbuh menjadi pria yang durhaka?" Zia berdiri di tengah-tengah antara Via dan Amran, menurutnya suaminya itu sudah sangat keterlaluan."Tapi Mama sudah melakukan kesalahan. Bukannya introspeksi diri, Mama malah berniat untuk membuat semuanya semakin kacau," terang Amran memberikan penjelasan, namun Via tidak terima."Kesalahan mana yang sudah Ibu lakukan?" hardik Via tak terima sambil berjalan mendekat ke arahnya. "Apa kamu pikir Ibu akan diam saja ketika ada wania yang disakiti psikisnya seperti itu?""Tidak ada yang aku sakiti! Mama berpikir terlalu berlebihan lagi dan aku tidak suka itu," sentak Amran berusaha mendorong mamanya untuk keluar, namun lagi-lagi Zia menahannya."Apa yang kamu lakukan ini, Mas? Kenapa kamu selalu mendorong M
Baca selengkapnya
Bab 4 Mengalah
"Enak?" tanya Amran kepada Zia yang sedang makan sayuran buatannya.Ini pertama kalinya dia memasak dan khusus untuk Zia. Bahkan dia tidak pernah memasak untuk Rania ketika mereka menjalani hubungan selama beberapa tahun.Zia hanya mengangguk, hal itu itu membuat Amran marah."Kamu bisa nggak sedikit saja menghargai aku? Kenapa selalu ingin membuatku marah?" ucap Amran tak terima."Lalu aku harus bagaimana? Aku udah jujur kalau makananmu enak bukan dan memakannya lahap. Lalu kenapa kamu marah-marah?" Begitulah jawaban yang biasanya Zia katakan ketika Amran setengah memintanya jawaban.Namun kali ini Zia hanya diam sambil terus memakan makanannya tanpa mengatakan satu kata pun. Hal itu membuat Amran semakin marah dan membanting makanannya yang ada di atas meja, namun Zia sama sekali tidak menggubrisnya.Zia makan dengan sangat tenang, lalu kembali masuk ke kamarnya seolah tidak ada yang terjadi. Sedangkan Amran segera ikut masuk ke sana dan memeluknya erat lalu menciumi tengkuknya deng
Baca selengkapnya
Bab 5 Aku Mau Cerai
"Aku minta maaf atas apa yang sudah dilakukan istriku," lirih Amran sambil memberikan sebuah dress kepada Rania.Awalnya dress itu hadiah yang akan ia berikan kepada Zia, karena warnanya juga adalah warna kesukaan Zia. Namun Amran malah memberikannya kepada Rania."Makasih, ya. Aku ganti dulu." Rania masuk ke kamar mandi yang ada di kamar Amran, padahal dari dulu Zia selalu berpesan jangan pernah ada wanita lain yang masuk ke kamarnya, namun lagi-lagi Amran melanggar.Rania membuka paper bag yang diberikan Amran. Dia pun tersenyum lebar ketika melihat warna dress yang ada di dalamnya."Sama seperti yang aku katakan dulu, Zia. Semua yang menjadi milikmu akan menjadi milikku," ujarnya sambil menatap pantulan diri di cermin, lalu tersenyum menyeringai, "sejak awal kamu memang sudah kalah telak."Rania hanya terkena jus yang ada di lantai, namun Amran langsung memberikan baju ganti. Sedangkan Zia yang tersiram hanya memberikannya seorang diri. Ditambah mendapatkan tatapan tajam dan tuduha
Baca selengkapnya
Cinta Tak Pernah Salah
Zia kembali masuk ke kamarnya dan mengurung diri, sedangkan Amran juga berusaha untuk mengejarnya, namun pintunya sudah terlanjur dikunci dari dalam. Amran menggedor-gedor pintu itu, namun Zia tidak kunjung membukanya.“Sampai kapan pun aku tidak akan pernah menceraikan dirimu, Zia. Asal kamu tahu kalau Rania itu hanya masa lalu. Mau sebesar apa pun cintaku padanya, kenyataan itu tetap tidak akan pernah berubah.” Amran berteriak dari luar pintu, namun Zia menutup kedua telinganya.Zia merasa dipermainkan dengan kenyataan bahwa dirinya tidak pernah ada di hati Amran.“Aku mohon, keluarlah dulu. Kita bicarakan semuanya dengan kepala dingin. Jangan seperti ini.” Amran berusaha untuk membujuk, namun Zia masih tidak ingin mendengarnya. Zia bahkan menarik beberapa benda berat seperti lemari dan sofa agar Amran tidak bisa mendobrak kamrnya.“Pergilah! Saat ini aku sedang tidak ingin berbicara denganmu!” teriak Zia membuat Amran frustasi dan tidak punya pilihan selain pergi.Amran menuruni an
Baca selengkapnya
Jangan Lemah
Farid tidak lagi bicara, dia langsung menarik Amran menuju mobilnya, dan membawanya ke suatu tempat."Ngapain Lu bawa gua ke sini?""Sengaja. Gua bawa Lu ke sini biar Lu ingat, sedalam apa luka yang Lu dapat waktu itu ketika Rania pergi," ujar Farid dingin lalu turun dari mobil begitu saja meninggalkan Arman.Farid berjalan ke pesisir, sedangkan Amran hanya bisa mengikutinya dari belakang. Sadar Amran ada di belakang, Farid tersenyum."Lu harus selalu ingat kalau tempat ini selamanya akan tetap menjadi saksi yang paling menyakitkan," lirihnya, namun Amran masih bungkam."Di sinilah Lu terkapar, tidak bernapas, dan keadaan Lu juga berantakan. Namun saat itu Rania yang bersama pria bule itu bahkan tidak melihat ke belakang." Farid terus berbicara agar Amran mengingat kekejian apa yang sudah dilakukan Rania padanya."Semuanya hanya masa lalu," ujar Amran berusaha menutupi lukanya, namun Farid yang dingin langsung tertawa."Dengan entengnya Lu bilang masa lalu? Heh. Padahal setelah kejadi
Baca selengkapnya
Aku Bisa Tanpamu
"Apa gapapa? Saya malah takut nanti Pak Amran marah besar." Zein mulai ragu."Gapapa, Zein. Bukankah kamu pernah dengar nasihat kalau bersembunyi di tempat musuh adalah yang paling tepat?" bujuk Zia."Pepatah dari mana? Saya gak pernah dengar, yang ada malah membuat kita juga dimusuhi sama Pak Amran." Zein mulai ketakutan karena sepertinya Zia serius dengan perkataannya."Enggak akan. Kalau pun dia menjadikan aku musuh, tapi tidak akan pernah aku biarkan dia mengancam pekerjaan kamu. Pokoknya di sini tugasmu hanya perlu memberikan aku informasi tentang perusahaan Pak Barata itu. Setelahnya, serahkan saja padaku," ucap Zia mantap dengan penuh keyakinan."Tapi saya juga takut Anda kenapa-kenapa." Zein kembali mengatakan kekhawatirannya."Ya ampun, Zein. Apa kamu pernah lihat Mas Amran main tangan? Enggak pernah, kan." Zia mulai lelah. "Selama ini dia adalah orang yang suka menyiksa seseorang lewat batin, bukan fisik."Suara Zia mulai melemah, namun hal itu membuat Zein yakin kalau perka
Baca selengkapnya
Semakin Menyebalkan
Amran membulatkan kedua matanya tak percaya dengan apa any dikatakan sang istri. Dia pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling dengan harapan melihat pria yang mengajak kencan Zia, namun dia tidak menemukan siapa pun.Amran segera mencekal pergelangan tangan Zia dan membawanya ke tempat sepi.“Jangan berbohong dan cepat katakan yang sebenarnya,” perintahnya dingin membuat Zia semakin enggan untuk menjawab.Zia mengeluarkan kecepatan penuh dan segera melepaskan tangannya dari Amran. “Kalau kamu memang percaya padaku, sepertinya kamu tidak akan pernah membutuhkan penjelasan dariku, Mas.”Amran diam. Dia tertampar dengan kata-kata Zia, namun dia tidak mau mengakuinya.“Percaya atau tidak, bukankah lebih baik bagi hubungan kita untuk menceritakan semuanya?" Amran melayangkan tatapan kejam.“Kita? Kamu kali, Mas. Orang selama ini kamu gak pernah percaya sama aku. Jadi rasanya percuma saja aku bicara banyak, karena semuanya tidak akan berpengaruh padamu.”Semakin emosi Amran, Zia malah sem
Baca selengkapnya
Wanita Karier
Rania tersenyum lebar ketika melihat mobil yang dinaiki Zia dan Gea menjauh. Gea memang sengaja memakai mobil kakaknya agar tidak dikenali Amran, namun siapa yang akan sangka jika hal itu malah membuat sifat asli Amran semakin terkuak. “Loh, kok mobil itu pergi? Bukannya itu mobil kamu, ya?” tanya Amran heran ketika melihat mobil Gea menjauh, sedangkan Rania tersenyum tipis.“Itu bukan mobilku, Mas, hanya mirip. Kebetulan tadi aku lihat Zia naik ke mobil itu, mungkin Gea ganti mobil,” jawabnya enteng membuat Amran langsung berlari mengejar mobil itu, namun tidak terkejar.“Kamu pesan online aja, aku ada perlu,” teriak Amran pada Rania, lalu segera naik ke mobilnya untuk mengejar Zia. Sedangkan Rania hanya bisa menggertakan giginya karena lagi-lagi Amran lebih memilih untuk memprioritaskan Zia daripada dirinya. Padahal hari ini dia sudah tampil cantik daripada biasanya. Amran menambah kecepatan sambil berharap Gea menjalankan mobilnya dengan pelan. Namun setelah menjalankan mobil den
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status