Evita sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan bertemu lagi dengan Grady–cinta pertamanya–sebagai bos dan office girl. Cinta yang terpendam, berhasil mempersatukan keduanya dalam sebuah ikatan pernikahan. Akan tetapi, rahasia kelam yang Evita simpan, selalu membayangi biduk rumah tangga mereka. Lantas, apa jadinya jika Grady tahu bahwa Evita adalah wanita yang pernah menjadi simpanan sang ayah, sekaligus penyebab kematian ibunya?
View MoreYorick
“Happy Birthday!”
The crowd of family, pack members, and neighboring Alphas all wish me a happy birthday.
“You’ve got this,” Wendy, my sister, says in my ear before stepping away from me. I just told her my plans for the next year. I intend to announce it to my father and brother, Connor, the current Alpha, tonight.
“Yorick!” my youngest sister, Yvonne, part of the second set of twins that my parents had, says, running over. She’s thirteen but she launches herself into my arms, confident that I’ll catch her. As the youngest, she’s right. None of us have ever dropped her.
“Unh!” I grunt. “You’re getting a bit too old for that, Vonny,” I tell her.
“Quirin never complains,” she says, referencing my older sister’s mate. Now that he and Kennedy have found their way together, he’s quickly becoming the ‘favorite’ brother for my youngest brother and sister.
“Quirin has a pack of pups that are constantly crawling all over him, so what’s one more,” I say as I put her back on her feet.
“You used to be fun, Yorick,” she says, sticking her tongue out at me.
“I still love you, Big Bro,” Yana says, hugging me. “Happy birthday!”
I go around the room, saying hello to my family, my friends, Alpha Quirin, Alpha Henry, his father, Alpha Harold, and several others from his pack who originally came from ours.
I get quite a few offers from she-wolves on ways I can spend the rest of my birthday, all of which I politely decline.
When everyone is having a good time, Connor approaches me.
“So, have you finally decided to agree to my offer?” he asks me, handing me a drink as we look out over the partiers.
“Actually, I won’t be accepting your offer, Connor,” I say, pulling out my acceptance letter.
He frowns and his frown only deepens as he reads the letter.
“Dad! Did you know about this?” he asks, holding up my letter.
“What is it?” my father asks, carrying Kennedy’s daughters Kaylee and Kendra who are hanging on him. Those two will most likely end up at the Warrior Academy one day. They’re both very much like their father and even at two years old, these girls love nothing more than to spar and spar hard. Considering they’re half of Kennedy’s quads, you’d think all four were the same, but no. The other two are just like Kennedy; sweet, quiet, and studious.
Connor hands my father my acceptance letter as I harass my nieces, getting them to swat and punch at me while they hold on to my father.
“Yorick? When did you apply?” my father asks me.
“About six months ago.”
“And you never said anything?” Connor asks, looking hurt.
“Connor, you’ve always known your path. You always knew the pack would be yours. I’m an Alpha with no pack...”
“You have THIS pack! I need you,” he says.
“No, you don’t. You’ve made a space for me and maybe Wade will be happy to accept it when he’s older, but I’m too much like you and Dad. I need to make my way in this world, Connor. I don’t want a handout from you. I want to know that wherever I end up, I did it on my own merits, by proving myself.”
“You never had to prove yourself to me, Yorick. I know who you are. I trust you, I love you, and I want you to remain part of this pack,” Connor says sadly.
“And I love you for that, but I have to do this for me,” I tell him just as Quirin comes up and expertly swings his daughters off of my father’s back and onto his.
“What’s going on?” he asks.
My father hands Quirin the letter and looks at me.
“Are you sure about this son?”
“I’ve never been more sure of anything, Dad.”
I look at Quirin. “This is impressive, Yorick. It’s not easy to get into the Academy. I think they only accept like, what, twenty applicants every year?” He looks at my brother. “I’m sure Connor isn’t going to agree with me, but I get it. And I think everyone should be proud of you for doing this. Just being accepted at the Academy is an accomplishment. I never told anyone, but I applied when I was seventeen. I was turned down.”
“What? Are you serious?” I ask.
“I am,” he says. Quirin is one of the strongest Alphas I’ve ever met. Dad and Connor and even Henry are strong Alphas, but Quirin has had to scrape for everything he’s accomplished in his life, and it’s made him more ruthless than anyone in my family or Henry’s. It makes him a stronger fighter, in my opinion.
Connor looks at me a moment, then turns to the group. “Attention everyone! I have an announcement to make!”
The room goes quiet and he looks at me. “My brother has been accepted at the Warrior Academy!”
Everyone in the room begins to cheer. I see the shock on my mother’s face and several others as Connor waves for quiet.
“I won’t say that I’m not disappointed that he’s leaving us and I hope like hell that he’ll return when he’s done with school. But I couldn’t be more proud of my little brother,” he says, raising his glass. “To Yorick!”
“To Yorick!” everyone says.
I spend the rest of the evening talking to everyone about the Academy. I let Connor know that I only have a few weeks before I have to leave.
Over those weeks, I pack my bags, making sure that I don’t leave anything undone before I go.
When it’s finally time for me to leave, my entire family comes to say goodbye. I feel my throat tighten as I say goodbye to everyone one at a time, finally hugging my mother, who is teary-eyed but trying to hide it.
Last but not least, I say goodbye to Wendy.
“Remember your promise,” I say to her.
“You remember yours. I’ll keep my promise if you keep yours,” she says.
“Deal.”
Then I get in my car, honk my horn and drive off, excited to be heading to a new chapter of my life and possibly a completely different life than the one I’ve been leading up until now.
Lika-liku kehidupan yang dilalui Evita, membuat wanita itu merasa seperti naik roller coaster. Meski terlalu banyak kisah pahit yang dia rasakan, namun tak sedikit pula air mata haru yang tumpah oleh kebahagiaan."Sudah siap?" tanya Yuliati seraya tersenyum hangat.Evita menarik napas dalam lalu mengangguk kecil. Rasa gugup yang memenuhi benak, membuat sekujur tubuhnya terasa kaku. Dia lantas menyambut uluran tangan Yuliati dengan telapak tangannya yang sedingin es."Sudah dua kali kok masih gugup," komentar Yuliati seraya terkekeh renyah."Aku takut, Bulik," kata Evita.Yuliati memutar badan, menatap pada Evita dengan ails berkerut samar."Takut kenapa?" tanyanya peduli.Evita meneguk ludah lalu menundukkan kepala, tidak tahu harus menjawab apa.Dengan lembut, Yuliati mengusap lengan keponakannya. Dia pun tersenyum hangat sebelum kembali berujar, "Bulik ngerti, apa yang telah terjadi di masa lalu kalian itu sangat menyakitkan. Bulik juga ndak akan bisa memaksa kamu untuk menjalani se
“Kamu di sini? Ini benar kamu, kan?” Grady mengurai pelukan lalu menangkup wajah Evita. Matanya menatap tak percaya pada si wanita. Dia lantas meneliti wajah mantan istrinya dengan seksama, khawatir salah melihat dan berakhir dengan kekecewaan.Evita menganggukkan kepala. Di sela-sela tangis, terselip senyum haru untuk sang mantan suami. Dia lantas menyentuh tangan Grady yang mendarat di pipinya.“Ini aku, Grad. Aku sudah maafin kamu, tapi kamu jangan pergi. Aku nggak mau kamu pergi,” ujar wanita itu dengan suara parau.Kedua netra Grady pun tampak berkaca-kaca. Terharu, bahagia yang teramat sangat. Apa yang dia pikir akan menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk digapai, ternyata Tuhan menggariskan takdir yang sebaliknya.“Terima kasih, Sayang. Terima kasih,” ucap lelaki itu seraya menarik tubuh Evita dalam dekapan.Mereka berpelukan erat dengan jiwa yang melebur dalam bermacam-macam emosi positif yang memenuhi benak. Sampai-sampai mereka menjadi pusat perhatian dari orang-orang yang
Evita tidak mengira kalau dia akan bertemu lagi dengan Arman, Gracy, bahkan Tania. Orang-orang yang berasal dari masa lalunya itu kini tengah duduk di teras rumah Yuliati.“Sini sama Mama, Sayang,” bujuk Gracy pada Tania yang tidak mau turun dari pangkuan Evita.Tania menggeleng dan malah memeluk leher Evita semakin erat.“Aku mau sama Tante saja,” kata gadis kecil itu.Evita memang tidak mengatakan apa-apa, tetapi wanita itu membalas pelukan Tania tak kalah erat. Seolah ingin menunjukkan bahwa dia juga sangat menyayangi anak itu, bahwa dia sangat merindukan gadis kecilnya yang kini sudah terlihat lebih besar.“Untuk apa kalian datang kemari?” tanya Evita dengan suara sedikit serak.Setelah Yuliati meninggalkan Evita bersama keluarga Ferdinata, hanya celotehan Tania yang menjadi penengah di antara mereka. Evita pun menjawab sekadarnya. Meski sudah berusaha terlihat ramah, namun tetap saja gurat kesedihan yang tergambar di wajah wanita itu tidak dapat ditutupi.“Maaf kalau kami datang
Sebuah mobil yang memasuki halaman rumah Yuliati mengundang perhatian. Yuliati dan beberapa pegawainya yang tengah mengemas snack pun langsung melihat ke luar rumah, ketika mereka mendengar deru halus mesin kendaraan roda empat tersebut.“Siapa yang datang?” gumam Yuliati.Wanita paruh baya itu mengelap tangan pada celemek lalu bangkit. Netranya masih mengarah pada mobil di luar yang baru saja berhenti. Tampak asing, Yuliati tidak pernah melihat mobil tersebut sebelumnya. Sempat berpikir bahwa mungkin saja itu adalah Grady, namun saat melihat seorang gadis kecil yang turun dari kendaraan tersebut, Yuliati semakin penasaran.“Anak siapa, ya? Ndak pernah lihat,” gumamnya lagi.Penasaran dengan tamunya, Yuliati pun keluar dari rumah. Kening wanita itu berkerut, menunggu sambil memperhatikan baik-baik penumpang mobil yang mulai menjejakkan kaki di halaman rumahnya satu persatu.“Ma, Tante ada di sini, ya?” Gadis kecil yang turun paling pertama dari mobil itu, terlihat bertanya pada seseor
Memang tidak salah jika ada yang bilang bahwa ikhlas adalah ilmu yang sangat tinggi. Bukan hal yang mustahil, tetapi tidak banyak orang yang mampu menakhlukkan ikhlas pada level tertinggi.Tak berbeda dengan Grady. Meski dia sudah berusaha merelakan Evita untuk mencari kebahagiannya sendiri, akan tetapi masih saja ada rasa sakit yang menyentil hati. Tidak hanya sekali dua kali, keinginan untuk mengingkari ucapan itu menggoda iman si lelaki. Namun, saat ingat bahwa hal tersebut hanya akan semakin memperkeruh hubungannya dengan Evita, lelaki itu pun berusaha keras untuk melawan keinginan hati. Apa pun yang terjadi, dia harus bisa bertahan agar Evita tidak semakin membencinya.Atensi Grady teralih pada dering ponsel yang terselip di saku celananya. Dia berhenti melangkah lalu mengambil ponsel tersebut untuk melihat siapa yang menghubungi. Setelahnya, dia angkat pandangan dan berkata pada orang yang sedang bersamanya.“Duluan saja. Nanti saya nyusul,” ujar lelaki itu.Dia lantas menepi ke
Semua mata terpusat pada arah sumber suara, pada seorang lelaki yang baru saja muncul dengan langkah yang semakin dekat dengan mereka. Wajah yang tidak asing, tampak tersenyum ramah pada keluarga tersebut.“Maaf, aku datang sepagi ini,” ucap Grady saat berhenti melangkah beberapa meter di hadapan Evita dan keluarganya. Lelaki itu berpaling sejenak pada dua pegawai toko bunga yang mengantar pesanannya, lalu berkata, “Tolong turunin bunganya.”Setelah itu, Grady kembali melihat pada Evita yang tengah mengetatkan rahang, tampak begitu murka terhadap dirinya. Wanita itu berjalan cepat dengan tangan mengepal, menghampiri Grady. Kemudian, sebuah tamparan mendarat di wajah si lelaki dengan begitu keras dan tiba-tiba.Plak!Wajah Grady turut berpaling mengikuti arah tamparan tersebut. Dia sentuh sisi wajah yang terasa panas dengan tenang. Dia tidak akan marah, meski Evita menghajar dirinya. Grady merasa itu masih belum sebanding dengan apa yang pernah dia lakukan pada wanita tersebut.“Pergi
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments