PEMBALASAN UNTUK SAHABAT TUKANG HASUT

PEMBALASAN UNTUK SAHABAT TUKANG HASUT

last updateDernière mise à jour : 2023-04-27
Par:  PuspitaComplété
Langue: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
8.4
5 Notes. 5 commentaires
71Chapitres
35.6KVues
Lire
Ajouter dans ma bibliothèque

Share:  

Report
Overview
Catalog
Scanner le code pour lire sur l'application

Tania atau yang biasa dipanggil Nyia tak pernah menyangka, jika sahabatnya tega merusak rumah tangganya dengan memasukkan orang ketiga. Sinta sahabat sekaligus sepupu suaminya itu menghasut Haris untuk menikah lagi. Tak berhenti di situ, Sinta juga memfitnah dan menyebarkan kabar bohong tentang Tania. Bahkan dinginnya jeruji besi tak membuat Sinta berubah. Hingga akhirnya Tania membalas dengan sesuatu yang sangat menyakitkan untuk Sinta.

Voir plus

Chapitre 1

Bab Satu

"Breng sek kamu, Tania!" teriak Sinta, setelah wanita itu mengetahui sebuah kebenaran. Aku tak menyangka reaksinya akan seperti itu.

"Tenang, Sin!" Mas Wisnu berusaha menenangkannya. Lelaki berbadan tegap itu mencekal tangan Sinta yang sangat ingin menghajarku.

"Lepaskan aku, Mas! Aku harus memberi pelajaran pada wanita perebut suami orang ini!" teriaknya kesetanan. Napasnya tersengal seolah-olah habis berlarian.

"Tenang, Sinta! Tenang!" Mas Wisnu membentaknya, setelah itu menahan tubuh Sinta dengan memeluknya itu. Sementara wanita yang selalu mengatakan jika dimadu adalah jalan untuk meraih surga itu sudah sangat berantakan. Ini benar-benar lucu, kemana wanita yang dulu sangat mendukung suami sahabatnya untuk menikah lagi?

"Kamu memang breng sek, Nyia! La cur! Pe la kor! Lepaskan aku, Mas!" Sinta masih meraung dan berusaha berontak untuk menggapai aku. Sorot matanya tajam seolah hendak memangsa diriku hidup-hidup.

"Sesakit itu kah, Sin? Itulah yang kurasakan dulu!" sahutku. Nyatanya, sikapnya semakin parah, jika dibandingkan denganku dulu.

"Nyia, lebih baik kamu pulang. Aku akan memenangkan Sinta," titah Mas Wisnu dengan suara lembut. Lelaki berwajah teduh itu menatap penuh permohonan agar aku mengikuti perintahnya.

"Baiklah, Mas. Jangan lama-lama di sini ya," sahutku sambil melangkah keluar dari rumahnya.

Sementara jeritan Sinta terdengar semakin tak terkendali, mencaci-maki dan menghujat diriku yang telah berbaik hati memberikan jalan surga untuknya. Ah, Sinta, aku hanya berusaha menjadi sahabat yang baik, memberi apa yang selama ini kamu gembar-gemborkan.

______

Kembali ke lima tahun yang lalu ....

"Nyia, aku ada teman. Dia janda satu anak yang masih balita. Suaminya meninggal dalam sebuah kecelakaan." Cerita Sinta ketika kami bantu-bantu di rumah ibu mertua karena akan diadakan arisan keluarga.

"Innalilahi wa innailaihi rojiun. Siapa, Sin? Kok aku gak denger," sahutku. Gerakan tanganku berhenti kemudian beralih menatapnya.

"Kamu ndak kenal, Nyia. Dia teman satu majelis taklim dari Bandung," sahutnya tanpa menoleh padaku, tangannya masih bergerak memindai kue dari box ke piring.

"Oh." Hanya itu yang keluar dari mulutku. Setelah itu kembali melanjutkan aktivitas.

"Mas Haris yang tahu. Emang dia ndak pernah cerita?" ucapnya lagi. Gerakanku kembali terjedah, dahiku mengernyit mendengar ucapan Sinta. Kali ini kami beradu tatap, sorot matanya seolah ingin mengatakan sesuatu.

"Ndak ada? Emangnya kejadiannya kapan sih, Sin?" tanyaku mulai penasaran.

"Udah lama sih, Nyia. Udah tiga tahunan gitu. Pas suaminya meninggal, temanku itu lagi hamil." Sinta melanjutkan ceritanya.

"Ya Allah, kasihan sekali anaknya. Sudah menjadi yatim sebelum dilahirkan," gumamku. Akhir-akhir ini aku memang suka sensitif jika membahas tentang buah hati.

"Kamu mau membantunya, ndak?" Sinta kembali berucap. Sekilas dia menoleh padaku yang memperhatikannya. Sepertinya memang ada yang hendak disampaikannya

"Bantu gimana maksudnya?" Aku semakin tak mengerti kemana arah pembicaraannya.

"Dia mau kok dijadiin istri kedua, dan sepertinya Mas Haris juga mau," balasnya dengan senyum kecil.

Aku tertawa mendengar ucapan Sinta. Sungguh, kali ini gurauannya sama sekali tak lucu. "Kenapa ndak Mas Wisnu aja, Sin?" Aku berusaha menimpali candanya.

"Udah keduluan sama Mas Haris. Suamimu itu memang selalu terdepan kalau masalah bantu membantu," ucapnya ringan tanpa beban.

"Maksudnya?" Aku semakin tak paham.

"Iya, Mas Haris yang lebih dulu tahu dan dia ingin membantu wanita itu. Menikahinya," balas Sinta dengan nada rendah. Namun, bagiku itu bagai petir tanpa mendung.

Sontak aku menghentikan gerakan, menatap intens pada sahabat sekaligus sepupu suamiku itu. Sepersekian detik kemudian aku bangkit lalu beranjak untuk mencari Mas Haris.

**

"Jadi Sinta sudah bilang? Anak itu memang tak sabaran," sahut Mas Haris sambil menggeleng, ketika aku menanyakan kebenaran tentang ucapan Sinta. Membuatku semakin melongo mendengarnya. Aku berharap dia akan menyangkal. Namun, jawabannya sungguh diluar dugaan.

"Maksudnya gimana sih, Mas? Jadi benar kamu mau menikah lagi?" Seperti orang bodoh, aku masih menanyakan hal yang sama.

"Iya, Nyia. Rencananya nanti sebelum acara arisan dimulai, aku akan memperkenalkannya," sahut lelaki yang sudah menikahiku itu tanpa beban.

"Kamu ... kamu serius, Mas?!" Aku mulai histeris. Bahkan sudah memukul lengannya. Salah satu bagian tubuhnya yang paling kusukai, karena lengan itulah yang menjadi bantal ketika aku tidur.

"Tenang, Nyia, tenang." Mas Haris mencoba memelukku. Sontak aku menepis tangannya yang terulur. Aku sakit, bahkan sebelum itu terjadi aku sudah merasa hancur.

"Aku akan bersikap adil, Nyia," sahutnya dengan suara tenang. Setelah sepersekian detik dalam kebisuan.

"Aku ndak bisa, Mas! Aku ndak mau berbagi cinta dengan wanita lain. Sekarang pilih aku atau dia?" tantangku. Mas Haris menatapku tajam, tiga tahun berumah tangga baru kali ini dia menatapku seperti itu.

"Masalah ini gak usah dibahas lagi. Mau gak mau, suka gak suka, keputusan sudah diambil jadi kamu harus menerimanya." Jika lelaki itu sudah mengatakan itu, artinya aku harus menurut.

"Pilih aku atau dia, Mas! Karena aku ndak akan bisa menjalaninya!" Sengaja aku menantangnya. Untuk hal ini aku takkan diam saja.

"Belajarlah untuk menerima, Nyia, walaupun itu hal yang tidak kamu sukai!" tegasnya. Setelah itu dia berlalu meninggalkanku sendirian di kamarnya sewaktu masih lajang.

Sinta mendatanginku yang masih berdiri termangu di tempat semula. Perlahan dia membawaku duduk di ranjang. Mungkin dia diminta oleh Mas Haris untuk membujuk dan menghiburku. Wanita bertubuh mungil itu mengatakan banyak hal tentang kebaikan dan kemuliaan yang akan kuraih jika menerima pernikahan kedua Mas Haris.

"Jaminannya Surga, Nyia. Apa—"

"Jangan bicara tentang Surga, Sin. Masih banyak jalan lainnya untuk menggapainya," sahutku memotong ucapannya. Sementara pipiku sudah basah oleh air mata.

"Iya, banyak, Nyia, tapi—"

"Lalu kenapa harus memilih jalan itu, Sin?!" Emosiku benar-benar meluap. Baru kali ini aku berkata cukup keras padannya.

"Astaghfirullah. Sabar, Nyia," ucapnya terkejut, sambil mencoba meraihku dalam dekapannya. "Bahkan Mas Haris bisa menikah tanpa izinmu. Kamu beruntung mendapatkan lelaki baik seperti dia. Jadi bersabarlah, anggap saja ini sebagai pelajaran hidup," imbuhnya dengan suara lembut seperti biasanya, membuatku semakin muak dengan semua penuturannya. Mudah sekali Sinta mengucapkannya, apa dia juga sanggup bila suaminya menikah lagi?

"Ada apa ini?" tanya Ibu mertua yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Sinta mengurai pelukannya, kemudian bangkit dan beranjak menghampiri ibunya Mas Haris. Aku pun melakukan hal yang sama.

"Tania belum bisa menerima—"

"Apa Ibu tahu kalau Mas Haris hendak menikah lagi?" tanyaku pada wanita yang sudah kuanggap seperti ibuku sendiri itu.

"Iya, bukannya kamu juga sudah tahu? Bahkan nanti keluarga wanita itu akan datang ke sini," balas ibu dengan tatapan heran.

Jawaban ibu mertua bagai peluru yang menembus jantungku. Membuatku sekarat dan perlahan ma ti.

Déplier
Chapitre suivant
Télécharger

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Commentaires

user avatar
it's me sasha
bagus kk ....terima kasih
2024-07-13 13:31:20
0
user avatar
Susi Hendra
ceritanya oke semanagt berkarya thor...
2024-04-06 09:17:22
0
user avatar
Henny Soehirman
mantul senjata makan tuan
2023-10-01 22:48:48
0
user avatar
Puspita852
semangat selalu
2023-03-15 19:40:58
0
default avatar
Jordie Hall
b aja tuuu..palagi kalo disuruh bayaaarrrrr
2023-06-18 15:28:50
0
71
Bab Satu
"Breng sek kamu, Tania!" teriak Sinta, setelah wanita itu mengetahui sebuah kebenaran. Aku tak menyangka reaksinya akan seperti itu."Tenang, Sin!" Mas Wisnu berusaha menenangkannya. Lelaki berbadan tegap itu mencekal tangan Sinta yang sangat ingin menghajarku. "Lepaskan aku, Mas! Aku harus memberi pelajaran pada wanita perebut suami orang ini!" teriaknya kesetanan. Napasnya tersengal seolah-olah habis berlarian."Tenang, Sinta! Tenang!" Mas Wisnu membentaknya, setelah itu menahan tubuh Sinta dengan memeluknya itu. Sementara wanita yang selalu mengatakan jika dimadu adalah jalan untuk meraih surga itu sudah sangat berantakan. Ini benar-benar lucu, kemana wanita yang dulu sangat mendukung suami sahabatnya untuk menikah lagi?"Kamu memang breng sek, Nyia! La cur! Pe la kor! Lepaskan aku, Mas!" Sinta masih meraung dan berusaha berontak untuk menggapai aku. Sorot matanya tajam seolah hendak memangsa diriku hidup-hidup. "Sesakit itu kah, Sin? Itulah yang kurasakan dulu!" sahutku. Nyatany
last updateDernière mise à jour : 2023-02-18
Read More
Dua
"Ibu menyetujuinya?" Aku bertanya dengan sisa-sisa tenaga, terdengar lirih hampir mirip seperti bisikan. Bergantian aku menatap ibu dan Sinta. Ada apa dengan wanita -wanita ini? Terbuat dari apa hati mereka? Hingga menganggap semua yang kualami adalah kewajaran. Aku tahu jika poligami itu sunnah. Namun, tak semudah itu untuk menjalaninya.Wanita yang masih terlihat cantik di usianya yang tak muda itu menghela napas. "Semua terserah Haris, Nyia. Dia lelaki dan berhak memutuskan. Yang penting dia bisa berbuat adil. Udah itu aja. Sebagai istri harus manut sama suami. Toh, dia tetap menjadi suamimu kan?" ujarnya enteng, seolah itu adalah hal sepele."Apa ini karena aku belum hamil, Bu? Apa Ibu dan keluarga menekan Mas Haris untuk menikah lagi?" Entah mendapat keberanian dari mana aku bisa mengucapkannya.Ibu menautkan kedua alisnya, setelah itu dia berdecak. "Sudahlah, Nyia. Ibu gak mau terlalu ikut campur. Lagian, keluarga wanita itu—""Namanya Rindu," sahut Sinta memotong ucapan ibu. S
last updateDernière mise à jour : 2023-02-18
Read More
Tiga
"Silakan duduk." Wanita berhijab modern itu mempersilahkan. Aku pun menjatuhkan bobot tubuh ke kursi yang berseberangan dengannya."Ada perlu apa Anda ingin bertemu?" tanyaku tanpa basa-basi."Tinggalkan Mas Haris, sebelum lukamu semakin parah. Ada jalan lain yang bisa kamu lalui untuk menggapai surga, kan?" ucapnya lagi.Dahiku mengernyit mendengar penuturannya. Begitu yakin dan percaya diri. Namun, aku tak boleh terpancing emosi dan bersikap normal agar tahu mengapa dia bersikap seperti itu."Apakah ibadah yang lainnya sangat berat, hingga kamu menempuh dengan jalan pintas? Atau kamu ingin menunjukkan kalau kamu itu wanita baik dan hebat? Dan ingin membuat seorang Rindu terlihat buruk di mata masyarakat? Dituduh perebut suami orang, begitu?" cerocos wanita yang sebentar lagi akan dihalalkan Mas Haris itu."Seribu satu wanita yang dengan iklhas dimadu. Sayangnya yang satu itu bukan aku. Ucapanmu tentangku tak semuanya benar." Aku menghela napas, agar emosi yang semakin membuncah ini
last updateDernière mise à jour : 2023-02-18
Read More
Empat
Aku urung beranjak ketika Sinta memberi usul untuk menelpon Mas Haris dan memintanya datang. Sinta terpekik setelah menghubungi Mas Haris. "Dia bisa datang, Rin!" Nampak jelas rona kebahagiaan di wajahnya.Iseng aku mengirim pesan pada Mas Haris. Memintanya menjemput dengan beralasan jika ban motorku kempes. Aku hanya ingin memastikan, apa dia patut dipertahankannya apa tidak. Pesanku langsung dibaca, namun tak terlihat dia mengetik. Aku masih sabar menunggu balasan dari Mas Haris, kira-kira apa yang hendak dikatakannya. Sementara Sinta dan Rindu nampak riang menunggu kedatangan Mas Haris. [Aku sibuk, Nyia. Sebentar lagi rapat. Kamu pesan ojol aja, sekalian minta antar ke bengkel] balasnya setelah cukup lama. Aku mengangguk-angguk setelah membaca pesannya. Sudah jelas, putusan apa yang harus kuambil."Mas Haris kok lama ya, Sin? Bukannya kantornya dekat dari sini?" ucap Rindu, sepertinya dia sudah tak sabar untuk bertemu dengan suami orang."Barusan dia chat aku, katanya sudah ot
last updateDernière mise à jour : 2023-02-18
Read More
Lima
"Mas, bisa jelasin semuanya?" Rindu menodong penjelasan pada calon suaminya."Dek Rindu, ini tidak seperti yang dikatakan Tania. Aku sudah menyiapkan sebuah rumah untuk kamu dan Aurel." Mas Haris berucap sambil memegang kedua pundak Rindu.Aku hampir kelepasan tawa ketika mendengar panggilan mesranya."Kamu memang yang terbaik, Mas. Aku semakin mantap untuk menikah denganmu," sahut Rindu dengan mata berbinar."Jadi, nunggu apa lagi? Silakan angkat kaki dari rumahku!" tegasku."Dengan senang hati, Tania. Kuharap kamu tidak menyesali semua ini." Dengan percaya diri, Mas Haris menggandeng tangan mulus Rindu, setelah itu mereka berjalan beriringan menuju luar yang diikuti oleh Sinta."Apa-apaan kamu, Nyia?!" seru seseorang dari arah depan. Membuat langkah ketiga orang itu berhenti.Dahiku mengernyit melihat kedatangan wanita baya tersebut. Dari mana mantan mertuaku itu bisa tahu? "Ibu?" Mas Haris menyongsong kedatangan orang tuanya. Begitu juga dengan Sinta si pencari muka. Sementara Rin
last updateDernière mise à jour : 2023-02-18
Read More
enam
Sambil menunggu balasan pesan dari Mas Wisnu, aku membuka lemari untuk mengambil berkas-berkas penting yang kupunya. Aku harus memikirkan cara bagaimana mengungkap dan memberi pelajaran yang setimpal pada Mas Haris. Sertifikat rumah ini disimpan bapak, bagaimana bisa Mas Haris mendapatkannya. Benar-benar tidak beres.Kegiatanku terhenti ketika notifikasi di ponsel berbunyi. [Selamat menikmati menjadi gembel, Nyia. Makanya jadi wanita jangan sok! Sekarang rasakan akibatnya] Bunyi sebuah pesan dari nomor tak dikenal. Kutatap barisan huruf itu kubaca berulang kali. Dari gaya menulisnya, sepertinya aku tahu siapa pengirimnya. Namun, aku memilih abai. Sekali lagi kuteguhkan hati, tak perlu meladeni manusia toxic seperti itu.Notif baru muncul, pesan dari Mas Wisnu masuk. Aku segera menggeser layar ponsel dan membaca pesannya. [Aku sudah sampai, langsung masuk apa nunggu di luar?]Gegas kuketik balasan [Tunggu di luar saja, Mas] terkirim dan langsung terbaca. Sedetik kemudian emot jempol ma
last updateDernière mise à jour : 2023-03-14
Read More
tujuh
Aku mengurungkan apa yang hendak kukatakan pada Mas Wisnu. Lelaki itu pun sepertinya tidak begitu merespon ucapanku tadi.Selesai makan, kami langsung meluncur ke rumah bapak. Saat ini pikiran ini sibuk merangkai kata yang akan kusampaikan pada bapak nanti. Hingga tak sadar sudah sampai di halaman rumah bapak."Kok nggak sama Haris?" tanya bapak setelah aku menyalaminya. "Mas Haris sibuk, Pak," sahutku asal. Mungkin saja kan dia sedang sibuk. Sibuk dengan calon istrinya.Setelah itu bapak mengajak Mas Wisnu masuk. Lelaki berwajah manis itu pun menurut. Belum juga air yang kumasak mendidih, bapak memanggil. "Nyia, Nak Wisnu mau balik!" Aku pun segera ke depan. "Nunggu kopinya jadi, Mas. Airnya udah hampir mendidih.""Ntar kesorean, Nyia. Keburu anak-anak tutup," sahut lelaki berambut ikal itu.Mas Wisnu punya sebuah bengkel, itulah pekerjaannya. Aku senang saja melihat orang yang punya usaha sendiri, walaupun kecil
last updateDernière mise à jour : 2023-03-15
Read More
Delapan
[Suami yang mau menikah lagi, sepupu yang dimusuhi. Hadeh] chat Nina di grup warga. [Sabar Mbak Sinta. Orang baik pasti bertemu dengan orang baik][Eh, keluarkan saja si Tania. Dia juga sudah bukan warga sini. Bikin gaduh aja]Setelah itu beberapa tag memanggil namaku bertebaran di grup tersebut. Bahkan ada yang japri. Mereka rata-rata menanyakan kebenaran berita tersebut. Namun, ada juga yang menghujat. Mereka yang menghujat adalah para bestienya Sinta. Sifatnya ya setali tiga uang dengannya.Bapak kembali dari musolah tak sendiri. Dia datang bersama dengan seorang lelaki muda."Nyia, bikinin kopi," titah bapak setelah aku menjawab salamnya. Kopi adalah hal yang wajib disuguhkan pada setiap tamu yang datang ke rumah."Nyia, ini Nak Eko. Dia ini bekerja di polres. Tadi bapak sudah menceritakan semuanya padanya. Kata Nak Eko, kasusnya bisa dilaporkan sebagai penipuan.""Pak, yang di foto itu memang benar aku, tadi Mas Ha
last updateDernière mise à jour : 2023-03-16
Read More
Sembilan
Tepat pukul delapan pagi aku sampai di rumah yang tiba-tiba sudah bukan milikku. Bersamaan dengan sebuah mobil yang sepertinya juga hendak ke rumah ini."Maaf, Bu Tania. Kuncinya sudah kami ganti," ucap Rendra setelah dia turun dari mobil. Di belakangnya Ajeng nampak sungkan. Padahal aku belum sempat membuka kuncinya."Gak pa-pa, itu hak kalian," sahutku sambil sedikit menepi, memberi mereka tempat untuk membuka gembok. Kami masuk beriringan setelah pintu pagar terbuka. Tak ada obrolan, karena aku malas untuk sekedar basa-basi.Tujuanku langsung ke kamar, semua masih sama seperti kemarin. Aku pun mulai membuka lemari dan mengeluarkan semua pakaian. Aku takkan membawanya pulang, rencananya aku akan langsung membawa baju-baju ini ke panti. Semuanya ada empat koper.Setelah itu aku melangkah ke dapur. Di ruangan favoritku itu ada Rendra dan Ajeng, mereka seperti sedang mendiskusikan sesuatu. "Aku akan mengambil beberapa alat masak kesayangan," ujarku
last updateDernière mise à jour : 2023-03-17
Read More
sepuluh
Pov Wisnu"Kamu apa-apaan, Sin?! Bikin malu saja! Kamu sendiri yang tadi menyuruhku membantu Tania karena dia mau pindah. Kamu juga yang bikin heboh! Sampai kapan kamu mengusik kehidupan Tania, Sinta?!" Semakin hari, sikap Sinta membuatku senewen. Hampir semua ucapannya jauh dari kenyataan. "Kamu kenapa sih, Mas? Marah-marah gak jelas! Tugasmu itu hanya menuruti permintaanku, udah itu saja! Ndak usah protes! Ingat siapa yang membantumu hingga bisa seperti sekarang!" Selalu itu saja yang dijadikannya senjata untuk melemahkanku. Namun, kali ini Sinta benar-benar keterlaluan. Bodohnya aku tak bisa berbuat apa-apa untuk menolak setiap keinginannya. Ibu, ibu adalah alasan Sinta untuk lebih mengikatku. Wanita yang telah melahirkanku itu sangat mencintai Sinta, karena Sinta memperlakukannya dengan baik dan loyal. Walaupun kutahu semua itu hanya sandiwara. "Berhenti melakukan hal yang gak baik, Sin. Kita jalani hidup ini dengan sewajarnya. Jangan lagi
last updateDernière mise à jour : 2023-03-17
Read More
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status