LOGINMendengar ucapan Diana, Fani langsung berkata tanpa banyak berpikir, "Kalau memang ada yang mau dibilang, ya sudah bilang saja. Kebetulan ada banyak orang di sini, biar semuanya bisa ikut kasih saran." Diana sempat ragu sejenak, tetapi akhirnya angkat bicara, "Itu... soal Kak Edward beli berlian seharga triliunan, ingat nggak? Waktu itu, aku dengar si nakal Elsa itu bilang Kak Edward memberi berlian itu ke Clara sebagai hadiah ulang tahunnya..."Semua orang yang hadir, termasuk Fani, sebenarnya sedang fokus pada masalah perceraian Edward dan Clara.Mereka sama sekali tidak peduli dengan apa yang hendak dikatakan Diana.Namun setelah Diana selesai berbicara, semua orang tercengang, sampai mereka bertanya-tanya apakah sudah salah dengar.Begitu menyadari apa yang terjadi, Fani mengerutkan kening dan buru-buru membentak, "Mana mungkin? Diana, jangan ngomong sembarangan!"Diana segera membela diri, "Aku nggak ngomong sembarangan, Ma. Itu benar! Aku... Aku mana mungkin bercanda soal kayak
Kali ini, Edward hanya melakukan perjalanan bisnis selama tiga atau empat hari, lalu kembali.Dia kembali pada Jumat malam.Keluarga Gori dan Sanjaya menghela napas lega setelah menerima kabar tersebut."Baguslah, kalau dia sudah pulang. Itu artinya dia dan Clara bisa resmi cerai minggu depan."Namun, yang mengejutkan mereka adalah Edward melakukan perjalanan bisnis lagi pada Minggu paginya.Tanggal kepulangannya masih belum pasti.Kali ini, Fani merasa cemas dan berkomentar, "Apa? Edward pergi lagi?"Dia tak kuasa menahan diri untuk berkata kepada Vanessa, "Vanessa, kenapa kau nggak bicara sama Edward? Kalau begini terus, kapan kalian berdua bisa menikah?"Fani dan putrinya memang cenderung lebih impulsif ketika menghadapi masalah. Biasanya, Lily tidak akan mengatakan apa-apa karena dia khawatir jika Vanessa angkat bicara, hubungannya dengan Edward akan terpengaruh.Namun, Edward dan Clara telah melewatkan beberapa periode pengambilan keputusan cerai.Dan, itu tidak bisa dibiarkan ter
Keluarga Sanjaya dan Gori memperhatikan kepergian Clara, lalu pergi.Vanessa memiliki urusan penting yang harus diselesaikan, oleh karena itu tidak ikut serta ke hotel pemandian air panas milik Anggasta Group.Ketika mereka tiba di rumah, Vanessa sudah ada di sana.Melihat mereka kembali, Vanessa hendak berbicara ketika Fani berkata terlebih dahulu, "Vanessa, coba tebak siapa yang kami lihat di hotel?"Vanessa tidak perlu susah berpikir untuk tahu bahwa orang yang mereka lihat adalah Clara.Benar saja, sebelum dia sempat menjawab, Fani sudah mengungkapkan jawabannya.Mereka belum memberi tahu Vanessa tentang Edward yang menggendong Clara di depan umum hari itu dan berlama-lama di kamar Clara setelah mengantarnya kembali.Saat Fani duduk, dia menceritakan kejadian hari itu kepada Vanessa, lalu berkata dengan ekspresi cemberut, "Walaupun aku tahu Edward nggak punya perasaan apa pun ke Clara, tapi melihat sikapnya ke Clara, tetap saja bikin aku risih." Diana menimpali, "Iya, benar." Yan
Rita dan Nenek Sanjaya tidak menyadari bahwa perasaan Edward terhadap Clara telah berubah.Mereka agak terkejut mengetahui bahwa Edward masih belum meninggalkan kamar Clara setelah begitu lama, tetapi segera menepis pikiran itu.Gimanapun, mereka telah mendengar bahwa meskipun Edward dan Clara telah menikah selama bertahun-tahun, namun mereka jarang berbagi kamar.Edward sama sekali tidak tertarik pada Clara.Oleh karena itu, meskipun Edward berada di kamar Clara sedikit lebih lama, mereka tidak berpikir akan terjadi sesuatu di antara mereka.Mengingat perasaan Edward terhadap Vanessa, bahkan jika sesuatu terjadi antara Edward dan Clara saat itu, kehadiran Clara tidak akan dapat menggoyahkan hubungan keduanya.Jadi, apa yang perlu mereka khawatirkan?Melihat bahwa Rio memiliki pemikiran yang sama, mereka dengan bijaksana menahan diri untuk tidak bertanya terlalu banyak kepada Rio tentang Edward dan Vanessa....Keesokan harinya.Clara terbangun dan melihat pesan yang dikirim Dylan, bar
"Ini, ini..." Orang-orang yang hadir saling bertukar pandang dengan bingung, tak tahu harus bereaksi apa.Pak Yovi memang sudah menduga bahwa Edward memiliki perasaan terhadap Clara, tetapi dia tidak menyangka bosnya itu akan begitu terang-terangan...Dia terbatuk ringan, seolah mengingatkan, dan berkata, "Kalau gitu, maaf merepotkan Anda, Pak Edward. Oh iya, Bu Clara dan salah satu insinyur wanita di Morti Group punya hubungan yang akrab. Gimana kalau dia ikut naik ke kamar untuk menjaga Bu Clara?"Staf Morti Group lainnya buru-buru mengangguk dan berkata, "Iya, betul, Pak Edward. Mungkin...""Nggak perlu." Edward menatap para staf Morti Group dan berkata, "Kalau kalian merasa khawatir, kalian bisa hubungi Pak Dylan."Setelah itu, dia tidak berkata apa-apa lagi, dan langsung mengangkat Clara yang sudah separuh tertidur, lalu berbalik dan pergi.Staf Morti Group tercengang, mereka sejenak merasa bingung dengan maksud Edward.Namun, masalah sebesar itu memang perlu dibicarakan dengan D
Bagas memang semakin dekat dengan Anugerah Group akhir-akhir ini, dan sebenarnya sedang merencanakan kerja sama.Dia tidak tahu bagaimana Edward bisa tahu tentang ini.Namun, itu bukan sesuatu yang harus dirahasiakan.Melihat Edward sengaja mengangkat topik itu, dia menjawab, "Iya."Kemudian, Edward dan Bagas mengobrol tentang urusan bisnis.Nenek Anggasta, Clara, dan Arini membahas hal-hal lain.Sambil mengobrol dengan Bagas, Edward juga tetap memperhatikan makan Elsa. Dia mengambilkan makanan, mengupaskan udang, membersihkan tangan, dan sebagainya.Elsa sekarang cukup bergantung pada Clara, dan sebenarnya ingin Clara lebih memperhatikannya. Dia menepis tangan Edward saat hendak menggulung lengan bajunya, sambil berkata, "Aku mau Mama saja yang menggulung."Edward tersenyum mendengar permintaannya dan menatap Clara.Melihat Elsa mengulurkan tangannya, Clara terpaksa menggulungkan lengan bajunya.Elsa kemudian tersenyum bahagia.Semua yang menyaksikan adegan itu, anehnya merasa suasana







