"Reyna sedang apa?" suara Reyna, adik kandungnya membuat langkah Nora terhenti.
"Ahh ... Kakak, pelan-pelan.""Ssttt, jangan terlalu keras, nanti kakakmu mendengar suara percintaan kita,"Deg!Jantung Nora berdetak kencang dan hatinya berdenyut ngilu saat mendengar suara suaminya, Gian, berada di dalam sana."Kakak nakal, sih." Suara Reyna terdengar manja, lalu terdengar pula suara cekikikan disertai dengan desahan dan erangan yang tak pantas dilakukan antara seorang kakak adik ipar."Kamu ini begitu cantik, Baby ... yahh ... seperti itu."Tak tahan, Nora mendekatkan diri ke arah pintu dan menarik nafas berusaha mengontrol emosi yang akan meluap. Dia tahu betul apa yang sedang terjadi diantara mereka.Brak!!Kaki Nora yang tengah terasa sakit menendang pintu dengan sekuat tenaga sehingga menyebabkan pintu itu terbuka lebar, menampakkan Gian dan Reyna sedang melakukan penyatuan tanpa busana di atas ranjang."Apa yang kalian lakukan?!" teriaknya nyalang dengan suara yang terdengar kering karena ia memang tengah sakit."Apa matamu buta?!" seru Gian dan berdecak tak suka saat kegiatannya terganggu. Mereka berdua saling melepaskan diri."Kau!" tunjuknya pada Reyna yang sudah menitikkan air mata dan menunduk."Wanita murahan!" ucapnya dengan menahan sesak di dada. Gian dan Reyna berselingkuh dibelakangnya. Bahkan, disaat kondisinya kian parah karena penyakit leukimia yang ia derita, mereka tetap bercinta tanpa mengenal situasi dan waktu."Jangan menghinanya, Nora!" bentak Gian.Suami Nora itu bangkit dari ranjang dan meraih celana boxer miliknya yang tergeletak di lantai, lalu memakainya."Kenapa? Kenyataannya begitu, kan?!" tantangnya"Aku tak menyangka kamu bisa melakukan hal menjijikkan di belakangku!" Nora benar-benar marah dan melangkah maju mendekati adiknya.Plak!Ia melayangkan satu tamparan pada pipi Reyna. Membuat wajah wanita itu menoleh ke samping. Rambutnya masih acak-acakan, tetapi ia tak melepaskan selimut yang membungkus tubuh polosnya."Dasar adik tak tahu malu! Di mana otakmu diletakkan, hah!? Apa kau sudah gila?!" serunya."Beraninya kau menampar orang yang kucintai!" seru Gian merasa tak terima dengan apa yang Nora lakukan.Nora menoleh pada suaminya. "Dia pantas mendapatkannya!""Dia sedang mengandung anakku! Tidak seperti dirimu yang mandul! Kita sudah menikah hampir 5 tahun, tetapi kau belum juga memberikanku keturunan!""Dan asal kau tahu, kami melakukannya atas dasar sama-sama suka! Camkan itu!"Bagai disambar petir yang dahsyat, ia begitu terkejut saat mendengar suaminya berkata demikian. "Sejak kapan, hah?! Sejak kapan kalian bermain api di belakangku?!" tanyanya."Apakah itu penting bagimu?" Gian balik bertanya dengan menatap Nora datar."Tentu saja! Kenapa aku begitu bodoh baru mengetahui hal menjijikkan yang kalian lakukan di belakangku! Aku tak menyangka suami dan adikku melakukan hal yang benar-benar menjijikkan! Seperti binatang!""Jaga ucapanmu!" sentaknya."Bukankah yang aku katakan itu benar? Adikku itu seorang wanita yang amat menjijikkan! Pelacur! Jalang!""Jangan menghina wanita yang kucintai lagi! Atau kurobek mulutmu!"Plak!Brengsek!Kepalanya tertoleh ke samping. Tangannya memegangi pipi yang terasa panas. Sudut bibir sebelah kanan juga sobek akibat tamparan keras yang dilayangkan oleh Gian. Ia menatap jijik pada dua manusia itu."Apa tidak ada wanita lain selain adikku itu? Lebih baik aku melihatmu berselingkuh dengan para pelacur hina di luaran sana dari pada melihatmu berselingkuh dengan adikku sendiri, Gian!"Gian tak bergeming. Dirinya justru mengelus bahu Reyna dan saling berpelukan."Kau pria paling brengsek yang takkan kumaafkan seumur hidupku!"Plak!Nora menampar suaminya dengan dada yang terasa sangat sakit. Lalu, ia memaksakan diri keluar....."Kau!?" teriak Nora saat melihat Reyna tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya. Namun, dia justru tersenyum. Di tanganya juga membawakan sebuah mangkuk berisikan bubur yang asapnya masih mengepul."Kakak sedang apa?," ucapnya lembut."Diam kau! Mau apa kau kemari! hah!?" seru Nora dari atas tempat tidur. Ia sudah tak memiliki tenaga lagi. Sakitnya kian bertambah parah saat melihat apa yang dilakukan dua orang tadi.Dia berjalan mendekat dan mendudukkan tubuhnya di samping Nora. Ia hanya bisa menatap tajam karena tubuhnya sangat lemas."Em, maafkan aku kakak, sungguh, aku tak bermaksud mengkhianatimu. Aku, aku telah melakukan kesalahan besar, aku menyesal kak," ucapnya seraya menundukkan kepala. Terlihat, ada air mata juga yang mengalir di pipinya.Nora tersenyum mengejek. "Setelah kau bercinta dengan suamiku? Aku tak percaya!""Aku benar-benar menyesal kak, maka dari itu, aku ingin meminta maaf padamu. Ini, aku buatkan bubur spesial untukmu. Meskipun kau tahu aku tak pandai memasak, tetapi, aku telah belajar membuatnya demi dirimu,"Benarkah itu? Nora melirik mangkuk berisi bubur di tangannya yang terlihat enak. Aromanya pun cukup menggoda. Nora tak melihat kebohongan di wajahnya Reyna. Bolehkah ia mempercayainya sekali lagi? Tetapi, hatinya terasa berat."Sungguh kak, aku menyesal ...." air mata yang mengalir di pipi Reyna membuat Nora merasa gundah."Ayo kakak makan dulu, meskipun kakak membenciku, kakak tak boleh membenci makanan. Akan aku bantu," ucapnya, Kemudian Reyna membantu Nora makan dengan menyuapinya. Sementara Nora tak menolak akan hal itu tanpa sedikitpun merasa curiga."Kakak mau memaafkan aku kan?" tanya Reyna setelah buburnya habis.Nora mengangguk dengan berat hati."Terima kasih ..., kak Nora memang sangat baik," ucapnya. Lalu ia memeluk Nora."Dan karena kebaikanmu itu, kau menjadi bodoh," bisiknya membuat Nora sangat terkejut. Reyna melepaskan pelukannya dan tersenyum mengejek."Apa maksudmu?" tanya Nora. Reyna langsung pergi keluar tanpa menjawab.Tiba-tiba, sekujur tubuh Nora terasa panas seolah organ dalam tubuhnya terbakar. "Uhuk!" darah segar keluar dari mulut. Lalu, tubuhnya kejang-kejang dan bergetar hebat. Sial! Apakah ia telah diracuni? Kenapa ia begitu bodoh?Bubur itu! ia yakin racun telah dicampurkan di dalamnya! Nafasnya mulai tak beraturan dan terasa berat sekali."T-tolong," ucapnya dengan susah payah.Dari pintu muncul Gian dengan tatapan datarnya. Nora menatap memohon padanya dengan maksud meminta bantuan. Namun tak lama, muncul Reyna dengan seringai jahatnya."Kalian ak-kan menyesal! Aku tak terima! A-aku akan mem-membalas kalian! De-dengan leh-lebih kejam!" Nora memaksakan diri untuk berbicara. Rasa dendam dan rasa tak terima sangat besar dalam hatinya.Ia berharap masih bisa bertahan hidup untuk membalaskan perbuatan mereka berdua. Tetapi, sepertinya sudah tak bisa.Tubuhnya semakin bergetar hebat disertai dengan nafas yang mulai tersendat-sendat. Mulutnya mengeluarkan busa. Lalu, ia merasakan dingin mulai menjalar dari ujung kaki dan berjalan sampai di tenggorokan. Nafasnya terhenti.Seketika, semuanya gelap."Hahh!"Seorang gadis terbangun dari tidurnya dengan nafas tersengal-sengal. Keringat dingin mengucur deras. Pandangannya mengedar melihat area kamar.Gadis itu menghela nafas panjang."Bukan! Tadi itu bukan mimpi!"Masih teringat jelas saat racun itu bereaksi dan bagaimana sakitnya meregang nyawa."Nora! Bangun! Hari ini kamu wisuda!"Gadis itu dengan cepat mencari ponselnya saat mendengar suara milik sang bunda. Ia menahan nafasnya sesaat.~"ini gila!" kata Nora. Dirinya belum sepenuhnya percaya pada apa yang ia alami. mengulang waktu? "Aku takkan mengulangi kebodohanku dimasa lalu! Sampai kapanpun aku takkan memaafkan perbuatan mereka!" Pungkasnya seraya menggenggam selimut. Tapi dirinya bersyukur. Mungkin saja dirinya diberikan kehidupan kedua ini agar dia tak merasakan sakit lagi. Dirinya juga akhirnya mengetahui jika Gian bukanlah sosok pria yang pantas ia hargai dan pertahankanJika ia kembali di waktu saat ia wisuda, maka artinya Reyna masih berada di Negeri seberang. Ia akan pulang saat aku menikah dan bertepatan dengan kelulusan sekolahnya. "Nora! Bangun!" sebuah teriakan kembali terdengar dari luar kamar. "Iya, Bunda! Nora sudah bangun!" jawabnya berteriak. "Aku akan segera memutuskan hubungan dengan pria bajingan itu! Jangan sampai aku kembali menjadi istrinya!" putusnya. Kemudian Nora bergegas untuk bersiap-siap menghadiri prosesi wisudanya yang diadakan di kampusnya. Beberapa saat setelah berbagai pros
BRAK! Tubuh Nora ambruk sesaat setelah ia ditabrak oleh sebuah mobil yang melaju. Tubuhnya terguling-guling di atas aspal. Sungguh, tubuhnya terasa remuk redam. Jantungnya berdetak tak karuan. Sebelum ia memejamkan matanya, ia melihat sesosok pria tak asing yang turun dari mobil dan mengangkat tubuhnya. Pria itu menatap tajam pada sosok dalam gendongannya. Sedikit merasa kesal karena ia sudah memberikan peringatan kepada seorang gadis yang ia tabrak ini. Namun saat ia melihat dari belakang gadis ini terdapat sebuah mobil yang mengejarnya, ia akhirnya tahu sebab gadis ini berlari dengan tergesa-gesa. Tanpa pikir panjang, pria itu memasukkan tubuh Nora kedalam mobilnya. Membawa Nora bersamanya. Setelah mobilnya melaju, pandangan pria itu bertambah tajam setelah melihat banyak mobil berwarna hitam mengejarnya dari belakang. "Sial!" umpatnya. Pria itu mengendarai mobilnya dengan cepat seiring dengan bertambahnya jumlah mobil yang mengejarnya. Sesekali matanya melirik Nora untuk meli
"Apa yang sedang kalian lakukan!?" teriak sebuah suara dari pintu utama. Membuat kedua manusia berbeda jenis itu saling menjauhkan diri. Nora menoleh ke arah pintu. Di sana, terdapat seorang pria paruh baya dengan setelan jaz kantornya sedang berjalan menuju ke arahnya. Setelah sampai, pria itu duduk di sofa seberang. Menatap mereka berdua dengan tatapan mengintimidasi. Lain dengan Nora yang merasa sedikit terintimidasi dengan pria di depannya ini, pria yang duduk di sampingnya justru terlihat jengah. "Dia kekasihmu?" tanya pria tersebut dengan pandangan menelisik saat sudah duduk dengan tegap. "Buk-" "Benar Daddy! Jadi, putra kita tak menyukai sesama jenis!" omongan pria yang bernama Kenzo itu terpotong oleh sang Mommy. "Benarkah? Itu sebuah kabar yang bagus!" Ejek pria paruh baya itu seraya menyilangkan satu kakinya. "Ah, gadis manis, perkenalkan. Aku Adenna Antarez. Mommy dari Kenzo." ucap wanita itu. Kemudian ia menghampiri suaminya dengan membawa sebuah stelan baju simple
"Aku sudah menjadi istri seorang Kenzo Albar Antarez?" gumam Nora. Kini, di sebuah ballroom hotel yang disewa oleh keluarga Nora dan Kenzo, tengah diadakan sebuah pesta besar-besaran setelah berlangsungnya prosesi pernikahan antara Kenzo dan Nora. Seminggu setelah kejadian di mana Nora melarikan diri, keduanya sepakat untuk menikah secepatnya. Dan tepat di hari ini, mereka berusaha telah resmi menjadi sepasang suami istri.Kenzo, pria itu tengah dikerumuni oleh para partner bisnisnya yang hadir. Begitu juga dengan Nora yang sedang asyik bercerita dengan teman-temannya. Suasana meriah sangat terasa saat diiringi oleh musik dari penyanyi ternama yang turut diundang hadir untuk memeriahkan pesta pernikahan ini. "Kau mengatakan tak ingin cepat menikah! Tapi lihat sekarang, kau justru mendahuluiku. Saat kau tinggal bersama suamimu, aku akan sendirian nanti. Hm, Tapi, apakah kau benar-benar yakin?" tanya Angel. Ia adalah teman dekat Nora semenjak masa SMA. "Tidak apa-apa, kurasa pilihan
"Kenapa kau begitu cantik baby," ucap Gian. Tangan pria itu bergerak untuk mengelus pipi mulus Nora. Dengan kuat Nora memalingkan wajahnya agar terhindar dari tangan Gian. "Lepaskan aku berengsek!" Tangan Nora yang diikat ke belakang dengan tambang tebal bergerak-gerak berusaha agar bisa terlepas. Gian tertawa mengejek seraya berjalan ke arah sofa di hadapan Nora. Lalu, ia duduk di sana dengan menyilangkan kakinya. "Berusahalah sekuat tenaga baby, paling tidak pergelangan tanganmu yang akan putus nanti," ucapnya. Gian menatap Nora yang di dudukan di atas ranjang king size miliknya di dalam kamar apartemen ini. "Salahmu sendiri meninggalkanku begitu saja," lanjut pria itu lagi. Nora manatap Gian penuh rasa benci. Bagaimana bisa di masa lalu Dirinya begitu mencintai pria gila penuh obsesi ini. Ia tak habis pikir. "Kenapa kau membawaku kemari sialan!" "Kenapa kata-katamu itu kasar sekali baby? Siapa yang mengajarimu?" "Ck! Tak penting!" Tangan Nora masih berusaha bergerak untuk
"Mau pergi kemana baby?" Nora tersentak kaget saat mendengar suara Gian di belakangnya. Ia berbalik dengan cepat dan benar saja. Terdapat mantan kekasihnya itu yang sedang berdiri seraya menatapnya tajam. "Pintar juga kau bisa terlepas." Gian terkekeh seraya mendekat pada Nora. Jantung Nora berdetak kencang. Ia menatap sengit pada Gian. "Dan kunci itu, kau begitu hati-hati saat mengambilnya baby," Kening Nora mengernyit. Bagaimana Gian bisa tahu? jangan-jangan pria itu telah terbangun saat ia mencoba mengambil kunci itu dari dalam kamar. "Saat aku tertidur, aku kira mendengar suara seekor tikus. Ternyata memang terdapat seekor tikus kecil sedang menyelinap untuk mencuri kunci," lanjut Gian. Nora merasa kesal akan ucapan Gian. Ia berdecak tak suka. "Jangan mendekat!" serunya. "Apakah kau takut hm?" "Cih! Hanya orang bodoh yang takut kepadamu!" "Benarkah? Meskipun aku akan menjadikanmu milikku seutuhnya sebentar lagi?" Gian menyeringai. Nora mendelik. "Jangan macam-macam!" "
"Sudah kukatakan kau takkan bisa terlepas dari baby," Tubuh Nora menegang. Suara Gian terdengar tepat dibelakangnya. Tangan Gian mendekap Nora dari belakang. Lalu dengan cepat mengeluarkan sebuah suntikan berisi sebuah cairan bius. Jlep! Jarum suntikan itu menancap di tengkuk Nora. Nora bisa merasakan sesuatu mulai mengalir dalam tubuhnya. Seketika ia ambruk tak sadarkan diri dan Gian langsung membawa Nora dalam gendongannya. "Kau hanya milikku baby," ucap Gian. Pria itu menatap wajah cantik Nora dengan jarak yang sangat dekat. "Pergi ke markas sekarang!" titahnya pada seluruh anak buah yang ada dan langsung dilaksanakan. Mereka semua dengan serempak mengendarai mobil sedan hitam mereka. Begitu pula dengan Gian, ia memasukkan Nora ke dalam mobilnya dan mendudukkan tubuhnya di kursi samping kemudi. Setelah memasangkan sabuk pengaman, tangan Gian terulur untuk menyibak rambut Nora yang menghalangi wajah gadis itu. Menatap setiap jengkal wajah Nora yang terpahat sempurna dengan s
"Awss, dimana aku?" ucap Nora. Ia baru saja terbangun dan mendapati kaki dan tanganya telah terikat sebuah rantai dengan posisi terlentang di atas ranjang. Tubuhnya tergeletak membentuk huruf X. Pandangannya menjelajah ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar bernuansa coklat keemasan. Kamar yang terlihat nyaman untuk dihuni namun memiliki kesan suram bagi Nora. "Kenapa aku bisa berada disini?" lirihnya. "Diikat lagi?" lanjutnya setelah menyadari bahwa kini ia disandera kembali oleh Gian. "Dasar obsesi gila!" sungutnya. Nora mencoba menggerak-gerakkan kedua tangan dan kakinya namun percuma, tak ada yang berubah kecuali kulitnya yang terasa panas sekaligus perih karena tergesek oleh rantai besi. Nora tak menyerah. Ia terus saja menggerakkan tangan dan kakinya berharap setidaknya rantai yang membelenggu akan terputus. Gerakan yang dibuat olehnya menimbulkan suara gemerincing yang cukup nyaring dan luka di pergelangan tangan serta kakinya. Karena telah merasa kesal, N