Perjanjian Cinta Sang Pewaris

Perjanjian Cinta Sang Pewaris

last updateLast Updated : 2025-08-27
By:  Selly AurellineUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
8Chapters
13views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Demi menyelamatkan sang ibu yang terbaring di rumah sakit, Lyanna Elvarisse, seorang wanita biasa dengan luka masa lalu, rela menandatangani kontrak pernikahan dengan pewaris keluarga Raveheart, Lucian, pria dingin dan penuh rahasia yang kehilangan kepercayaan pada cinta sejak pertunangannya gagal. Apa yang awalnya hanya perjanjian dingin tanpa perasaan, perlahan berubah menjadi perang batin yang membingungkan. Di balik tatapan tajam Lucian dan sikap apatisnya, tersimpan masa lalu kelam yang membuatnya tak ingin jatuh cinta lagi. Sementara Lyanna, mulai bertanya pada dirinya sendiri apakah hatinya masih bisa tetap netral ketika perlahan, lelaki itu mulai menyentuh sisi rapuh dalam dirinya? Di balik kontrak, apakah cinta bisa tumbuh… atau justru menghancurkan keduanya?

View More

Chapter 1

Citra Sang Pewaris

Kilatan kamera menyambar ke segala arah begitu pintu hitam mobil mewah itu terbuka. Seorang pria tinggi dengan setelan abu-abu gelap turun dengan ekspresi datar. Wajahnya tirus, tegas, dengan sorot mata tajam seperti elang yang terluka. Dialah Lucian Raveheart, pewaris tunggal Raveheart Corporation, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang investasi, real estate, dan teknologi canggih.

Sayangnya, hari itu bukan untuk merayakan keberhasilan.

“Lucian! Benarkah pertunangan Anda dibatalkan?”

“Apakah Selena memutuskan Anda karena skandal internal perusahaan?”

"Bagaimana tanggapan Anda soal saham Raveheart Corp yang anjlok pagi ini?”

Pertanyaan para wartawan meluncur cepat, penuh desakan dan spekulasi. Lucian berjalan lurus, tak menoleh, hanya dikawal oleh dua bodyguard andalan. Tapi wajahnya menegang, rahangnya mengeras. Bukan karena gosip itu tidak menyakitkan tapi karena ia tidak pernah membiarkan hidupnya diatur oleh siapa pun, termasuk tunangannya sendiri.

Selena Vallerine, sang mantan tunangan, pergi dua malam lalu. Tanpa peringatan. Tanpa penjelasan. Yang tertinggal hanyalah gaun pernikahan yang belum sempat dikenakan dan secarik surat yang mengatakan: "Aku mencintaimu, tapi aku tidak ingin hidup dalam bayangan keluargamu."

Surat yang terlalu dangkal untuk luka sedalam ini.

---

Di ruang rapat utama Raveheart Corp, para dewan direksi duduk dengan wajah gelisah. Sorotan media menjadi ancaman bagi reputasi mereka, dan tak seorang pun berani menatap mata Lucian yang dingin itu.

“Nama baik keluarga Raveheart dipertaruhkan,” ucap pria tua berambut perak di ujung meja. Dialah Alaric Raveheart, ayah Lucian sekaligus pendiri perusahaan.

“Pertunangan yang dibatalkan hanya membuat kita terlihat rapuh. Pasar tidak peduli alasan personal. Mereka hanya peduli stabilitas.”

Lucian menyandarkan punggungnya, tenang, namun aura mengancamnya menekan ruangan seperti kabut tebal. “Jadi kalian ingin solusi instan?”

“Pernikahan kontrak,” jawab Alaric tanpa tedeng aling-aling. “Segera. Aku tidak peduli siapa. Yang penting wanita itu layak tampil di media dan mampu menenangkan investor.”

Lucian mengerutkan dahi. Wanita kontrak? Cinta yang dibeli? Kedengarannya menjijikkan. Tapi inilah harga yang harus dibayar demi kekuasaan dan kehormatan.

Tanpa sadar, pikirannya melayang pada pertemuan singkat dengan seorang perempuan bermata sendu dan bicara lembut di lorong rumah sakit dua malam lalu.

Gadis biasa yang berjuang sendiri membayar biaya rumah sakit ibunya. Ia tidak meminta apa-apa darinya. Tapi tatapan penuh harga diri itu—tak bisa dilupakan.

Apa dia bersedia menjual dirinya… demi orang yang ia cintai?

Lucian tersenyum tipis, seperti serigala yang menemukan celah mangsanya.

.............................................

Sore harinya...

Sorotan kamera terus memburu Lucian di lobi utama gedung Raveheart Corp. Wartawan melemparkan pertanyaan tajam tanpa jeda. Tentang tunangannya yang kabur. Tentang reputasinya yang kini retak. Tentang dewan direksi yang mulai goyah.

“Benarkah Anda dibatalkan sepihak, Tuan Lucian?”

“Bagaimana nasib merger dengan Valdevra Group?”

“Tuan Lucian, komentar Anda... "

Lucian mengatupkan rahang, wajah nya dingin. Matanya tak memancarkan emosi, tapi napasnya mengeras. Ia hanya mengangkat tangan, memberi isyarat cukup. Bodyguard segera menahan kerumunan. Ia melangkah masuk lift kaca, menyisakan bayangannya yang tertangkap lensa ribuan media.

Begitu pintu lift tertutup, wajah Lucian menegang. Sekretarisnya, Marvin, berdiri dengan ekspresi canggung.

“Pernikahan dengan Selena resmi dibatalkan. Ayahnya menuntut balik kita secara diam-diam. Saham anjlok 7% pagi ini.”

Lucian menatap bayangannya sendiri di dinding kaca lift. Lalu, mendadak pikirannya kembali ke waktu itu, dua minggu lalu.

---

Hari itu ia sedang menginspeksi proyek perluasan anak usaha Raveheart Corp, menyamar dalam setelan sederhana, menyingkir dari segala hiruk pikuk pusat kota. Ia berjalan melewati lorong rumah sakit umum tempat yayasannya memberikan donasi untuk perawatan pasien-pasien kanker stadium lanjut.

Dan di sanalah dia melihatnya.

Gadis itu berdiri di depan loket administrasi. Wajahnya pucat, rambutnya dikuncir seadanya, mata bengkak seolah habis menangis, tapi tetap tegak dengan suara gemetar menanyakan keringanan biaya perawatan untuk ibunya.

“Saya… saya akan bayar dalam seminggu. Saya akan cari cara,” katanya. “Mohon jangan hentikan pengobatannya.”

Lucian berdiri beberapa meter dari belakangnya. Ia tahu betul raut keputusasaan seperti itu. Bukan kepura-puraan. Bukan tangisan manja wanita sosialita. Itu ketulusan yang langka di dunia penuh kepalsuan ini.

Ia tidak tahu siapa nama wanita itu waktu itu. Tapi sorot mata pasrah namun kuat itu menyentaknya lebih dari apapun.

Saat gadis itu berbalik dan tanpa sengaja menabraknya, ia sempat melihat tatapan terkejut dan bingung.

“Maaf…” lirihnya.

Lalu gadis itu pergi begitu saja.

Tanpa tahu bahwa pria yang berdiri di sana adalah Lucian Raveheart, tuan muda perusahaan teknologi terbesar di negeri ini.

---

Pintu lift berbunyi. Kembali ke kenyataan.

Lucian melangkah keluar dan berkata tenang, “Siapkan kontrak pernikahan.”

Marvin mengangkat kepala, terkejut. “Dengan siapa, Tuan?”

Lucian memejamkan mata sejenak, lalu membuka kembali dengan sorot tajam.

“Cari gadis itu. Gadis yang kita temui di rumah sakit dua minggu lalu. Aku ingin menikahinya. Kontrak. Selama satu tahun. Setelah itu ia akan bebas.”

---

Marvin menelan ludah, mencoba menangkap maksud tersembunyi dari perintah itu. “Gadis itu, Tuan? Tapi... kami bahkan tidak tahu siapa namanya.”

Lucian melangkah ke ruang kerjanya di lantai atas, dinding kaca membingkai panorama kota yang memudar di balik hujan. Ia membuka jasnya, menggantung sendiri di belakang kursi kerja, lalu duduk dengan tenang, menyatukan jari-jarinya di atas meja.

“Kau lihat CCTV rumah sakit hari itu, kan?” tanyanya datar.

Marvin mengangguk pelan. “Kami hanya menyimpannya sementara untuk laporan dokumentasi. Tapi bisa saya minta kembali.”

“Lakukan. Aku ingin identitas lengkapnya. Segera.”

Nada suara Lucian tak meninggi, tapi membawa beban tekanan yang membuat siapa pun tak berani membantah.

“Baik, Tuan.” Marvin pun segera keluar.

Begitu pintu tertutup, Lucian memejamkan mata dan membiarkan pikirannya kembali menelusuri kilasan pertemuan singkat itu. Sorot mata gadis itu yang seolah berbicara tanpa kata. Ia tak tahu mengapa, tapi wajah pucat yang tetap memohon demi ibunya itu terpatri jelas dalam ingatannya.

Bukan cinta. Bukan iba. Tapi ketertarikan terhadap sesuatu yang tak bisa dibeli dengan uang atau kekuasaan, sebuah ketulusan.

Lucian membuka matanya. Ia sudah kehilangan reputasi, nama baik keluarga dipertaruhkan, merger penting nyaris hancur, dan media haus darah menunggu kejatuhannya. Ia butuh alibi. Stabilitas. Dan seorang istri secepat mungkin.

Tapi ia tak mau sembarang wanita. Ia tak ingin seorang sosialita palsu yang menari di depan kamera dan menusuk di belakang.

Ia ingin... wanita itu. Wanita yang menangis tanpa suara, tapi berdiri tegak menghadapi dunia.

Dan bila harus menikah, maka ia akan memilih sendiri siapa wanita di sisinya. Bukan dari silsilah. Bukan dari daftar pewaris.

Ia akan membalik permainan.

---

Dua hari kemudian.

Marvin menaruh map cokelat di atas meja kerja Lucian. “Kami menemukannya. Namanya Lyanna Elvarisse. 24 tahun. Lulusan D3 Keperawatan, tapi tidak bekerja tetap. Ibunya sedang menjalani pengobatan kanker ovarium stadium 3.”

Lucian membuka map itu, menelusuri data dengan pandangan tajam. Ada foto. Dan ya itu dia. Gadis di rumah sakit. Tanpa riasan. Mata bengkak. Wajah lelah.

Ia menutup map dan berkata tenang, “Buat dia datang ke sini. Besok.”

Marvin tampak ragu. “Apa alasan yang harus saya pakai untuk...”

“Bayar utangnya di rumah sakit,” potong Lucian. “Berikan alasan bahwa yayasan kita ingin menawarkan bantuan lanjutan. Pastikan dia datang. Tapi... jangan sebut namaku.”

“Baik, Tuan.”

Lucian berdiri, memutar tubuh menghadap jendela kaca. Hujan turun semakin deras di luar.

Di dunia yang penuh kepalsuan, ia tak pernah tertarik pada pernikahan.

Tapi untuk yang satu ini...

Ia akan menulis aturannya sendiri.

_"Bersambung"_

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
8 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status