Share

RHMD 91

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-07-08 14:00:17

Sejenak adrenalin membeku di pembuluhnya, lalu tubuhnya bergerak sendiri. Kue tart dan buket bunga di tangan kanannya terlepas, jatuh ke tanah, sementara kotak perhiasan ia masukkan cepat ke saku dalam jas.

Penyerang pertama menusukkan pisau ke arah perut, dan Nio berputar, gerakan refleks yang terasa sangat dikenal, seolah tertanam di sumsum tulangnya menangkis pergelangan pria itu dengan siku, lalu menekuknya ke luar. Pisau terlepas, jatuh berkilat di aspal. Sebuah dengusan sakit terdengar sebelum pria itu dihantam lutut Nio tepat di ulu hati dan ambruk tak sadarkan diri.

Hampir bersamaan, penyerang kedua datang dengan ayunan tongkat logam. Nio merendah ke samping, meraih tongkat, memanfaatkan momentum lawan tongkat terentak lepas dari tangan pemiliknya, lalu kembali menghantam pelipis si pemilik sendiri. Tubuhnya terjerembap menimpa teman yang sudah tumbang.

Penyerang ketiga, lebih tinggi dan berotot, tampak gentar sekejap namun seger
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Safitri Adibah
eh klien nio perempuan yg waktu itu dari jepang bukan ya??
goodnovel comment avatar
Novi M Q
Nio malah menantang maut, mendatangi markas mereka sendirian dengan keadaan nya yang sebenarnya jelas sedang tidak fit, aduuuh bagaimana ini.. jangan sampai Nio hilang, di saat yang seharusnya menjadi hari bahagia nya Nio dan Ruby ......
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 113

    Perlahan, Nio berlutut di hadapan wanita tua itu. Tangannya menggenggam erat tangan Nenek Lina yang rapuh namun selalu kuat dalam ketenangan.“Nek…” suara Nio rendah dan penuh getaran, “Aku janji… Aku akan menyelesaikan semua ini. Apa pun itu, dendam, kebohongan, pengkhianatan, orang-orang yang mengincar hidupku akan aku hadapi sampai selesai.”Tatapannya tak lagi ragu, kali ini penuh keyakinan. “Aku nggak mau terus sembunyi. Aku tahu ini bukan hanya tentang aku, tapi tentang orang-orang yang aku sayangi. Ruby… dia berhak tahu semuanya. Dia pantas mendapatkan penjelasan, bukan luka dan kepergian.”Nenek Lina mengangguk pelan, mata tuanya berkaca-kaca. “Dan kau pun pantas mendapatkan ketenangan, Nio. Jangan biarkan masa lalu menghapus masa depanmu.”Nio mengangguk. “Aku akan kembali, Nek. Entah ke sini, atau ke Ruby. Tapi aku akan kembali sebagai diriku yang utuh. Bukan bayangan, bukan rahasia… tapi sebagai Nio yang memilih untuk hidup, bukan untuk

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 112

    Ruby terdiam, matanya berkaca-kaca lagi, namun kali ini bukan karena kesedihan semata, melainkan karena seberkas harapan yang tiba-tiba menyelinap masuk.Ia mengangguk pelan, lalu membisikkan, “Terima kasih, Nek,” sebelum melangkah keluar dari rumah itu dengan langkah pelan namun sedikit lebih tenang.Begitu langkah Ruby menghilang di balik jalan setapak yang mengarah ke gerbang kayu tua, Nenek Lina masih berdiri memandangi bayangan itu dengan sorot mata sendu namun dalam. Jemarinya yang keriput masih memegang benang rajut, tapi gerakannya terhenti. Lalu, dengan suara pelan tapi sarat makna, Nenek Lina berkata tanpa menoleh,“Sampai kapan kamu akan terus bersembunyi seperti ini?”Beberapa detik berlalu sebelum akhirnya, dari balik tembok, seseorang melangkah keluar perlahan.Nio berdiri di sana, wajahnya muram, mata sembab dan penuh penyesalan. Rambutnya sedikit berantakan, dan di balik ekspresi tegasnya, tampak luka batin yang dalam. Ia tidak

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 111

    Pagi itu, mentari menembus celah-celah tirai jendela rumah kayu tua tempat Nenek Lina tinggal. Udara terasa hangat meski ada embusan angin laut yang lembut. Di dalam kamar, Nenek Lina duduk di kursi rotannya seperti biasa, jemarinya lincah merajut benang wol berwarna biru laut. Entah sudah berapa rajutan yang ia buat, tapi wajahnya tetap tenang dan damai.Pintu kamar diketuk pelan. Tak lama kemudian, Ruby muncul dari balik ambang dengan senyum kecil yang dipaksakan.“Nek…” sapa Ruby pelan.Nenek Lina mendongak, wajah keriputnya langsung berseri. “Ruby, masuklah. Duduk sebentar. Aku sedang menyelesaikan rajutan yang ah, entah yang ke berapa,” ucapnya sambil terkekeh ringan.Ruby duduk di bangku kayu kecil di samping sang nenek. Pandangannya sempat tertuju pada jemari Nenek Lina yang masih kuat merajut, lalu matanya menerawang ke luar jendela.“Aku melihat seseorang kemarin,” ujar Ruby perlahan.Nenek Lina menoleh, menatap Ruby tan

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 110

    Nio mendesah pelan, lalu menatap ke arah bukit kecil di seberang, di mana dulu ia tinggal di rumah sederhana tak jauh dari rumah Nenek Lina. Ia kembali ke sana, menyusuri jalan setapak dengan rerumputan tinggi, hingga akhirnya berdiri di depan bangunan kecil yang pernah disebutnya rumah, sebuah pondok reyot dari kayu, yang meski sederhana, menyelamatkan hidupnya selama setahun lebih.Namun, pikirannya tidak berhenti di sana. Ia menatap ke arah kiri, sekitar lima puluh meter dari tempatnya berdiri: rumah Nenek Lina.Ia bergegas menuju ke sana.Rumah itu... nyaris runtuh. Atapnya sudah berlubang, dindingnya retak, dan jendela kayunya tergantung patah. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, tak ada asap dari dapur, tak ada suara dari dalam.Dengan hati-hati, Nio mendorong pintu rumah yang mengeluarkan bunyi berderit pelan. Di dalamnya gelap dan berdebu. Ia melangkah masuk, menatap sekitar, rak tua, kursi reyot, lemari dengan daun pintu yang terbuka, dan me

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 109

    Nio mengangguk. “Ya. Dan bukan orang Rusia yang menghianati operasi malam itu. Bukan mereka yang membuatku jatuh ke laut dan hampir mati.” Ia menunduk sesaat, lalu kembali menatap Markus. “Sarah yang melakukannya. Dia yang menarik pelatuknya. Dia yang menembakku dari belakang.”Markus terdiam sejenak. “Dan mengenai kematian ayahmu, Tuan Edward…?”“Aku tidak pernah percaya pada versi cerita Sarah sejak awal,” ujar Nio tajam. “Ayahku terlalu kuat, terlalu waspada, untuk dikalahkan oleh konspirasi luar tanpa pengkhianatan dari dalam.”Markus bergumam, “Kau berpikir Sarah membunuh Tuan Edward?”“Aku yakin,” jawab Nio mantap. “Sarah bukan sekadar boneka Yakuza. Dia punya ambisi. Dan saat ayahku menolak pernikahan kami karena menyadari sisi gelap Sarah, dia mengambil jalannya sendiri. Dan itu adalah darah.”Markus mengangguk pelan, seolah mengerti potongan teka-teki yang perlahan kembali membentuk gambar utuh. “Kalau begitu… apa rencanamu?”

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 108

    Angin malam bertiup lebih dingin dari sebelumnya, menggigit kulit dan menyesakkan dada.Nio mengusap pelipisnya yang mendadak berdenyut. Semua ini terasa seperti mimpi buruk yang tak berujung. Dulu ia pikir ia hanya seorang anak mafia, lalu berubah menjadi pebisnis muda ambisius. Tapi kini, kenyataan berkata lain. Hidupnya lebih dalam dari yang ia duga lebih berdarah dan lebih penuh jebakan.“Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?” tanya Nio akhirnya, suaranya sedikit bergetar.Sarah menghela napas panjang. “Karena aku juga takut, Ethan. Aku pikir jika aku menguasai semua warisanmu, aku bisa menukar posisiku, atau menenangkan mereka. Tapi ternyata… aku juga hanya bidak. Dan kini, mereka mulai kehilangan kesabaran. Beberapa dari mereka… sudah berada di sini. Di kota ini.”Nio menatap Sarah tajam. “Jadi... kau ingin kerja sama? Atau kau hanya ingin menyelamatkan dirimu?”Sarah menatapnya, kali ini jujur, tanpa topeng. “Keduanya. Aku pernah mencintaimu, Ethan. Dan mungkin... bagian keci

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status