Share

Jujur

Penulis: WN. Nirwan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-16 12:00:15

Namun, saat Sarah dan Rimba membayar seorang pengasuh atau pembimbing panti asuhan yang sudah sepuluh tahun bekerja, diperoleh informasi bahwa Sakti terakhir kali mengunjungi panti asuhan tersebut tiga tahun yang lalu.

“Kira-kira setahun sebelum Widya menikah,” jelas sang pengasuh, membuktikan bahwa Sakti menutupi sesuatu dengan berpura-pura mengunjungi panti asuhan tersebut.

Apalagi, membunuh para anggota regu yang bukanlah anggota pasukan khusus adalah hal sepele bagi Sakti. Terbukti dari senjata yang digunakan untuk membantai anak buah Rizwan. Yakni berupa pisau yang nyaris tidak menimbulkan suara sama sekali, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Rizwan yang difitnah sebagai pembunuh kawan sendiri, dibunuh menggunakan pistol karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.

Namun, tidak ada kejahatan yang sempurna. Pada hari kejadian, ada dua orang saksi mata yang mengganggu rencana si pelaku. Pertama adalah pemuda setempat yang akhirnya tew

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Macet

    “Ada sesuatu yang tidak benar. Tapi kita harus menunggu sampai kita menemukan pelaku pembantaian yang sebenarnya.”“Apa itu?” tanya Sarah sambil menyerahkan sisir pada Rimba, memaksa pria itu merapikan rambutnya.“Kata orang panti asuhan itu, Sakti sangat marah karena Widya akan menikah dengan orang lain. Kalau aku jadi dia, orang yang akan kubunuh adalah calon suami dari wanita yang aku cintai. Tapi, malah orang lain yang tidak ada sangkut pautnya dengan Widya yang menjadi korban.”“Makanya, kita juga menyelidiki keuangan Perwira Super. Bisa jadi, dia dibayar untuk membunuh dan memfitnah Rizwan.”“Siapa yang dendam pada Rizwan? Tentara, polisi dan orang-orang seperti kita biasanya punya musuh. Atau, apa perlu kita mempeluas spektrum penyelidikan? Daripada fokus pada alibi Sakti saja, apa sebaiknya kita juga menyelidiki lebih dalam tentang motif pelaku?”“U

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Jujur

    Namun, saat Sarah dan Rimba membayar seorang pengasuh atau pembimbing panti asuhan yang sudah sepuluh tahun bekerja, diperoleh informasi bahwa Sakti terakhir kali mengunjungi panti asuhan tersebut tiga tahun yang lalu.“Kira-kira setahun sebelum Widya menikah,” jelas sang pengasuh, membuktikan bahwa Sakti menutupi sesuatu dengan berpura-pura mengunjungi panti asuhan tersebut.Apalagi, membunuh para anggota regu yang bukanlah anggota pasukan khusus adalah hal sepele bagi Sakti. Terbukti dari senjata yang digunakan untuk membantai anak buah Rizwan. Yakni berupa pisau yang nyaris tidak menimbulkan suara sama sekali, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan. Rizwan yang difitnah sebagai pembunuh kawan sendiri, dibunuh menggunakan pistol karena sudah tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan.Namun, tidak ada kejahatan yang sempurna. Pada hari kejadian, ada dua orang saksi mata yang mengganggu rencana si pelaku. Pertama adalah pemuda setempat yang akhirnya tew

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Dijemput

    Sakti dijuluki Perwira Super bukan tanpa alasan. Misi demi misi, tugas demi tugas yang diamanatkan padanya, semuanya terlaksana dengan sempurna. Bahkan sesekali, membawa hasil yang melebihi harapan.Dua bulan bertugas di lapangan, puluhan anggota gerombolan pengacau keamanan ditangkap atau bahkan terbunuh dalam berbagai kontak senjata. Sementara di pihak Sakti, hanya segelintir korban luka-luka.Meskipun sudah menjadi seorang komandan batalyon, Sakti tetap turun langsung ke lapangan untuk memastikan kesuksesan tugas mereka. Ia tahu, hal ini kadang menjadi sorotan karena Sakti tetap turun langsung meskipun tugas yang diamanatkan terhitung ‘ringan’. Namun Sakti tak peduli.“Saya hanya ingin meminimalisir korban di pihak kita. Saya ingin kita semua bisa pulang dalam keadaan hidup untuk menemui orang-orang yang kita cintai,” jelas Sakti saat salah seorang bawahannya bertanya, mengapa Sakti selalu mengupayakan turun langsung ke lapangan meskip

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Saksi Kunci

    Hingga satu tahun yang lalu, Daud tidak bisa menemukan siapa sesungguhnya yang bertanggung jawab atas insiden di pos jaga yang merenggut nyawa dan nama baik Rizwan. Dokumentasi dan catatan lainnya dalam kasus tersebut sangat sulit ia dapatkan meskipun saat ini Daud adalah petinggi di angkatan darat. Seolah-olah ada yang menutup-nutupi kasus ini hingga pengadilan militer memutuskan bahwa Rizwan menderita skizofrenia hingga nekad membantai kawan-kawannya sebelum mengakhiri hidupnya sendiri.Tapi, jika benar Rizwan menderita penyakit kejiwaan itu, mengapa tindakannya seperti direncanakan dengan matang? Dia membunuh rekan-rekan yang semuanya adalah bawahannya dengan menggunakan pisau yang tidak menimbulkan suara seperti senjata api. Lalu, setelah itu, mengapa Rizwan justru menembak kepalanya sendiri, bukannya merobek lehernya sendiri menggunakan pisau?Fakta yang lebih aneh lagi adalah, kenapa dia harus repot-repot membakar tubuh para korbannya dan dirinya sendiri? Apakah

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Seseorang untuk Menemani

    Widya menyerahkan dokumen yang baru saja ia tanda tangani pada stafnya. Setelah ia kembali sendirian di ruangannya, Widya merebahkan kepalanya pada sandaran kursi. Mengembuskan napas sambil memijat sedikit keningnya.Bayangan masa lalunya bersama Rinto melintas di benaknya yang tengah kalut. Mulai dari pertemuan pertama kali saat ia masih belasan tahun, hingga masa-masa selama pernikahan mereka berlangsung.Widya tahu, ia memikirkan Rinto pada saat jam kerja seperti ini bukan tanpa alasan. Proses perceraian yang memakan waktu, tenaga dan pikirannya—di sisi lain—telah membangkitkan kenangan masa lalunya bersama seniornya di akademi kepolisian itu.Jika tidak mengingat bahwa saat ini ia sedang bekerja, Widya pasti sudah menangis. Meratapi kegagalan pernikahannya dengan Rinto yang singkat.Meskipun Widya berusaha menjelaskan, Rinto tak mau mendengar apa-apa lagi. Pria itu sudah muak karena harus memaklumi kedekatan Widya dengan Sakti.Pada

  • SABDA: Putra Sang Jenderal   Terhubung

    “Oh, kalau begitu, mau sarapan di sini? Kebetulan tadi saya bikin nasi goreng. Ada roti, juga. Anggap saja ucapan terima kasih saya karena sudah dibantu pagi-pagi begini,” ujar Widya sambil menyilakan Sarah dan Rimba menuju meja makan.Sarah hendak menolak, tapi lagi-lagi Rimba, mengikuti Widya. Sebelum Sarah sempat bersuara, pemuda itu sudah menyendokkan nasi goreng ke piringnya.“Dasar tidak punya malu,” desis Sarah kesal.***Daud menatap lekat-lekat foto dalam sebuah pigura bergaya klasik. Foto dirinya sekeluarga, diambil pada saat upacara kelulusan Rizwan dari akademi militer, bertahun-tahun yang lalu. Rizwan tersenyum samar di foto itu, seperti berusaha menyembunyikan kebanggaan dan kebahagiaannya.Namun berbeda dengan Rizwan, kedua orang tua dan dua orang adiknya tampak lebih ekspresif. Daud tampak bangga dengan senyuman yang mengembang, sementara almarhumah istrinya tampak seperti menahan air mata kebahagiaan. Adik-a

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status