SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL

SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL

Oleh:  Ariesa Yudistira  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
4 Peringkat
30Bab
6.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aruna--istriku, meneriakkan sumpah sesaat sebelum ajalnya. Sejak saat itu hidupku selalu dihantui oleh bayang-bayangnya. Apakah arwah Aruna tidak tenang? Atau ... dia masih hidup?

Lihat lebih banyak
SUMPAH ISTRIKU MENJELANG AJAL Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Hera Wati
ini ada lanjutannya gak?
2023-09-28 10:15:08
1
user avatar
Restoe Boemi
ditunggu up nya kk author
2023-09-17 23:47:02
1
user avatar
Ariesa Yudistira
jangan lupa rate bintang 5
2023-09-12 19:34:38
0
user avatar
Nanang Fawzy
Wes habis ta ceritanya.....
2023-10-24 18:43:08
0
30 Bab
Menjelang Ajal
"Kasihan ya, Neng Runa, masih muda sudah meninggal dunia.""Iya, kudengar dia sakit-sakitan. Sudah berobat kemana-mana, tapi tak tahu sakitnya apa.""Apa jangan-jangan kena santet?""Hush, jangan ngomong sembarangan. Kasihan Den Denis, suaminya. Selama ini dia setia banget menjaga istrinya."Aku hanya diam saja mendengar bisikan para tetangga yang sedang berkumpul untuk melawat di rumah kami, di antara lantunan ayat suci Alquran. Aku masih fokus menatap ke arah peti yang berisi jenazah Aruna, istriku. Jenazah baru saja datang dari rumah sakit, sudah dimandikan oleh petugas di sana. Pak Ustadz dan beberapa warga juga sudah menyolatkan, jadi tinggal membawanya menuju pemakaman.Suara isak tangis dari Mama mertua masih terdengar, bersamaan dengan suara Mamaku yang mencoba menghiburnya. Semua tentu merasa kehilangan, karena Aruna adalah sosok yang amat berarti, termasuk bagiku."Turut berduka cita, Mas." Seseorang menepuk pelan pundakku.Aku mengangkat wajah, dan melihat seorang gadis can
Baca selengkapnya
Bayangan
Aruna ....Seandainya saja waktu itu kamu memaafkanku saat aku bersujud di kakimu, dan tetap menjadi istri yang baik, mungkin kamu masih berada di sisiku hingga detik ini ....Aku terus memikirkan wajah Aruna di sepanjang perjalanan pulang dari pemakaman. Senyum Aruna yang selama ini selalu menemani hari-hariku, kembali terbayang. Aruna wanita yang baik dan penurut, dan seharusnya terus seperti itu. Aku tahu Aruna begitu mencintaiku, karena selama ini dia mau melakukan apa saja untukku.Sungguh tak mengira, wanita itu sanggup menuntut cerai dariku. Aku sungguh murka, Aruna ...."Bagaimana, Denis? Sudah beres?" Terlihat Mama menyambutku di depan pintu begitu aku sampai di rumah."Sudah, Ma," jawabku kemudian sambil mendaratkan bokong di atas sofa."Kamu jangan lupa besok ke rumah Mbah Jupri," ucap Mama lagi sambil berjalan mendekatiku, lalu duduk di sampingku."Iya, iya, Ma." Aku mengusap muka lalu menatap sekeliling, mencari sosok Bu Sonia, Mama mertuaku. Bisa gawat kalau wanita alim
Baca selengkapnya
Sandiwara
"Aku melihat Aruna, Tante!" Saskia langsung berhambur dan memeluk Bu Sonia.Kami semua terkejut mendengar ucapan Saskia. Badannya yang terlihat menggigil ketakutan, menunjukkan kalau dia tidak berbohong, tapi tidak mungkin Aruna ada di sini. "Kamu ngomong apa sih, Saskia? Aruna sudah tenang di sana." Bu Sonia mengelus pundak Saskia, mencoba menenangkannya."Aku benar-benar melihat Aruna di sana, Tante!" Saskia masih menggigil sambil menunjuk ke arah jendela."Jangan-jangan, Aruna dendam padaku! Dia mau mengejarku!" Saskia semakin panik."Apa maksudmu, Saskia?" Wajah Bu Sonia seketika berubah kaget, sehingga Saskia juga tersentak, mungkin lekas menyadari jika dia salah bicara. Wajahnya memucat seketika."Ah, Saskia pasti masih belum bisa menerima jika Aruna sudah tiada, Ma." Aku cepat-cepat menyahut, mencoba mengalihkan pembicaraan.Cepat-cepat aku berjalan ke arah jendela dan membukanya."Lihat, tidak ada siapa-siapa. Pasti Saskia masih terbayang-bayang wajah Aruna, karena mereka san
Baca selengkapnya
Menemui Mbah Jupri
Tidak, ini tidak mungkin! Apa benar itu Aruna?Aku mengucek mataku sekali lagi, dan melihat kembali ke arah luar jendela. Netraku seketika membola, karena wanita itu sudah tidak ada di sana. Aku menyapukan pandangan ke sana, kemari, namun yang ada hanya kegelapan.Tanpa pikir panjang aku bergegas berlari keluar kamar, lalu berjalan menuju luar rumah. Aku langsung mencari-cari ke sekeliling taman, tak juga kujumpai sosok mirip Aruna barusan. Aku memegang kepala yang pening setelah lelah mencari. Ah, jangan-jangan aku juga ikut berhalusinasi seperti Saskia?Aku mulai mengacak rambut karena bingung, sampai mendadak tersentak kaget karena seseorang menepuk pundakku. Aku langsung menoleh, dan melihat Mbok Asri ada di sana, menatapku dengan pandangan bingung."Astaga, Mbok! Mbok Asri mau saya jantungan, ya?" tanyaku kesal pada wanita tua bertubuh tambun itu."Den Denis ngapain di luar malam-malam?" Dia balik bertanya.Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, agak bingung harus menjawab apa."
Baca selengkapnya
Kepastian
Mobil milikku meluncur dengan mulus menuju rumah sakit tempat dulu aku membawa Aruna yang tengah meregang nyawa. Bayangan wajah Aruna yang menatap tajam padaku sebelum masuk ke ruang gawat darurat, kembali masuk ke dalam kepalaku.Ada sedikit penyesalan yang menyusup jauh di lubuk hatiku yang dalam. Aruna wanita yang sempurna, cantik luar dalam, dan dia punya segalanya. Dia juga yang sudah mengangkat kehidupanku yang hanya anak seorang janda, menjadi presiden direktur di sebuah perusahaan yang begitu besar.Namun ... aku masih saja terpesona dengan sosok Saskia. Ya, Aruna yang begitu penurut, lambat laun membuatku bosan. Ditambah lagi kondisi fisiknya lemah dan sering sakit. Aku mulai melirik ke arah sahabat baiknya, Saskia, yang begitu ceria dan agresif. Aku tak mampu menolak pesonanya, ditambah lagi dia yang terus menerus menggodaku."B*jingan kamu, Mas!"Aruna yang begitu lemah lembut, untuk pertama kalinya menatap ke arahku dengan murka, saat melihatku sedang bermesraan dengan sah
Baca selengkapnya
Rencana
Setelah refleks melepaskan tangan Saskia dari pinggangku, aku berbalik dengan cepat. Jantungku berdegup kencang ketika melihat Bu Sonia menatap ke arahku dengan wajah heran."A-ada apa, Ma?" tanyaku dengan perasaan was-was, dan tak bisa menyembunyikan sikap salah tingkahku.Aku benar-benar berharap Mama mertuaku itu tak sempat melihat apa yang aku dan Saskia lakukan tadi, saat masuk ke pintu ruang dapur bersih."Kalian sedang apa berduaan saja di sini?" tanya Bu Sonia sambil menatap ke arahku dan Saskia bergantian."Ah, tidak, Ma. Aku tadi ingin mengambil minum, dan tak sengaja bertemu Saskia di sini," ucapku kemudian, sambil menyeka keringat yang mulai membasahi pelipis."Benar, Tante," sahut Saskia, yang juga kelihatan salah tingkah.Bu Sonia masih menatap ke arah kami dengan pandangan yang susah diartikan."Ada apa ini?" Tiba-tiba Mama muncul, membuatku seperti kedatangan malaikat penyelamat. Mama langsung mendelik ke arahku dan Saskia."Kenapa kalian bisa berdua-duaan di sini?" ta
Baca selengkapnya
Terror
"Tante Yanti kenapa, Mas?" Saskia ikut berdiri, menatapku dengan pandangan bingung."Mama pingsan, Saskia. Mbok Asri bilang Mama berteriak memanggil Aruna," jawabku sambil menutup telpon."Aruna?" Wajah Saskia berubah memucat. "Apa jangan-jangan kita benar-benar tidak salah lihat, Mas?"Aku tak menjawab pertanyaan Saskia. Aku memang sudah bercerita padanya jika aku juga melihat sosok wanita mirip Aruna, tapi aku berkata padanya jika itu cuma bayangan saja. Buktinya, sudah cukup lama kami hidup damai tanpa melihatnya lagi. Kenapa kali ini Mama yang ...."Aku harus pulang, Kia," ucapku pada Saskia kemudian."Aku ikut, Mas. Aku kan juga ingin tahu keadaan Tante Yanti." Saskia mengambil tasnya, lalu kami berdua pun bergegas meninggalkan restoran itu.Kami segera menuju mobil, dan langsung meluncur pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Mbok Asri membukakan pintu, dan menyambut kami dengan wajah yang masih panik."Mama bagaimana, Mbok?" tanyaku kemudian."Masih belum siuman, Den. Mbok gak
Baca selengkapnya
Kecurigaan
"Mas! Buang, Mas! Buang!" jerit Saskia sambil menggoncang lenganku."Tenang, Kia. Itu bukan darah sungguhan," ucapku kemudian mencoba menenangkannya."Tapi aku takut, Mas!" Saskia masih menggigil sambil naik ke atas tempat tidur.Kurang ajar sekali orang yang berani melakukan terror pada kami. Bagaimapun, orang dalam pasti terlibat dalam masalah ini. Tidak mungkin ada orang yang bisa masuk dan meletakkan benda itu di depan pintu jika tidak dibantu orang dalam."Mbok Asri!!!" Aku seketika berteriak sekencang-kencangnya memanggil nama wanita tua itu.Tak butuh waktu lama, terdengar sahutan Mbok Asri dan suara langkahnya menuju kamar kami."Iya, Den ...." Mbok Asri tak meneruskan ucapannya, malah terlihat kaget bukan main sambil menatap ke arahku dan Saskia."Astaghfirullah, Den Denis dan Neng Saskia ....""Itu bukan urusan kamu, Mbok!" bentakku. Apa boleh buat, kami sudah terlanjur basah. Aku juga tidak boleh takut di depan seseorang yang cuma pembantu."Sekarang coba jawab! Siapa yang
Baca selengkapnya
Penyelidikan
"Tunggu dulu, Pak Polisi. Anak saya tidak melakukan apapun pada istrinya. Bagaimana mungkin ada yang sembarangan melaporkan?" ucap Mama membelaku."B-benar, Pak," sahutku. "Istri saya meninggal karena sakit.""Lagipula siapa yang lancang melaporkan anak saya, Pak?" tanya Mama lagi."Kami akan menjelaskan semuanya di kantor. Jadi saya harap Bapak bersedia ikut dengan kami," ucap salah satu petugas berseragam itu lagi."Tidak bisa begitu dong, Pak! Kami bahkan tidak diberi tahukan lebih dulu jika ada penangkapan. Jadi ini tidak sesuai prosedur. Jika putra saya tidak bersalah, bagaimana kami bisa memulihkan nama baik kami nanti?" protes Mama lagi, belum bisa terima."Kami mendapatkan laporan bersamaan dengan bukti kuat, Nyonya. Jadi saya minta sekali lagi, ikut kami ke kantor. Jelaskan semuanya di kantor nanti."Aku dan Mama saling berpandangan sesaat karena terkejut."Bukti? Bukti apa, Pak?" tanyaku dengan perasaan was-was."Silakan ikut kami ke kantor. Kami akan menjelaskan semuanya di
Baca selengkapnya
Pembongkaran makam
Suasana ruangan cukup tegang. Tak satupun dari kami yang memulai pembicaraan cukup lama. Aku, Mama, Tasya dan Bu Sonia sudah sampai di rumah begitu selesai kesepakatan dengan pihak kepolisian. Berulang kali Bu Sonia terlihat menarik napas panjang, seperti sedang memikirkan sesuatu yang amat berat."Saya datang kemari, berencana untuk mengajak kalian makan bersama, tapi ternyata ...."Bu Sonia menarik napas lagi.Aku melirik ke arah Mama yang juga melirik ke arahku."Jeng, tolong dengarkan kami dulu," ucap Mama kemudian sambil mendekat ke arah Bu Sonia. "Kami juga tidak tahu kenapa tiba-tiba ada orang yang memfitnah dan melaporkan Denis atas tuduhan yang tidak-tidak. Jeng Sonia pasti juga gak percaya kalau Denis tega melakukannya pada Aruna, kan?""Entahlah, Bu." Bu Sonia mengurut pelipisnya. "Saya percaya pada Denis, tapi saya juga tidak menyangkal jika saya ingin tahu penyebab kematian Aruna yang sebenarnya.""Denis sangat mencintai Aruna, Jeng. Dia masih merasa begitu kehilangan. Kej
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status