Sekamar dengan Atasanku

Sekamar dengan Atasanku

Oleh:  Yuneri ATR  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 Peringkat
16Bab
922Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa jadinya jika asisten dan atasan harus berbagi kamar penginapan yang sama? Tentu saja hal ini menjadi beban perasaan bagi seorang Nita. Terlebih adanya larangan ketat soal hubungan asmara antar sesama karyawan di kantor. Namun gara-gara mahluk bernama ayam, kehidupan Nita seakan tidak lepas dari sang atasan yang bernama Kandar. Atas suatu kondisi mereka terpaksa melakukan hal yang terlarang. Bagaimana perjalanan kisah ini?

Lihat lebih banyak
Sekamar dengan Atasanku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Putusri Kerniati
cerita nya seru tolong lanjut jangan off lama ya
2023-12-05 11:25:10
0
user avatar
Nie
kapan lanjut lagi kak.... aq tunggu loh
2023-10-16 21:52:04
0
16 Bab
1. Terpaksa Sekamar
"Maaf pak, kamarnya sisa satu." Jawaban yang meluncur dari bibir resepsionis penginapan membuat Nita kecewa. Ia dan atasannya baru saja terjebak dalam hujan yang sangat lebat. Hanya tempat ini satu-satunya penginapan yang berhasil mereka temui di sepanjang jalan. Berbeda dengan Kandar, si atasan berstatus rangkap. Wajah pria di samping Nita itu terlihat datar nyaris tidak ada ekspresi. Mungkin sedang memikirkan cara penolakan yang tepat tanpa menyinggung perasaan. Sebab sebelumnya mereka sudah sepakat untuk tidur di kamar terpisah, apapun yang terjadi! "Kebetulan kamar ini punya dua kasur terpisah. Ruangan cukup luas, bahkan bisa menampung sampai sepuluh orang dan juga..." Petugas resepsionis masih berusaha menawarkan keunggulan dari penginapan ini. Ah, kelihatan sekali mereka tidak mau kehilangan pelanggan. Padahal sudah jelas dari awal calon penyewa menginginkan dua kamar. Kenapa malah menawarkan kasur terpisah? Begitulah rentetan kalimat yang bersarang di kepala Nita sekaran
Baca selengkapnya
2. Gara-gara Ayam
Bagaimana bisa Atasan dan Bawahan ini menikah dan menjadi pasutri diam-diam? Jika mengingat hal tersebut ada sedikit rasa penyesalan di sudut hati Nita. Andai waktu bisa diputar kembali ia pasti akan menolak tawaran pindah ke divisi lain. Meskipun gajinya cukup menggiurkan dari tempat lama. Betapa tidak, sejak awal pertemuannya dengan sang suami selalu berujung kesialan. Penyebabnya tak jauh dari persoalan ayam. Mulai dari kasus menu ayam, mangkok ayam, ayam kampus sampai tahi ayam. Bahkan keduanya juga bekerja di perusahaan yang bergerak dibidang perayaman. "Hacim...hacim!" Langsung saja roh si ayam bersin dari dalam kubur mendengar hal itu. "Aku juga yang kena salahkan," keluhnya pake bahasa ayam. "Ya, maaf. Cuma mau ngasih tau pembaca saja biar tidak ada rasa penasaran diantara kita," jelas sesemakhluk. "Oke lah kalau begitu jangan lupa bintangnya ya," kata roh si ayam sebelum kembali ke alamnya. Baiklah pemirsa, kita kembali ke topik cerita. Kelihatan sih tidak sial-
Baca selengkapnya
3. Bonggol Jamur yang Meresahkan
Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Suasana dalam kamar penginapan mulai terasa sepi. Hanya terdengar suara gesekan pelan antara tubuh Nita dengan sprei kasur. Perempuan itu tampak gelisah. Sudah beberapa kali mengganti posisi tidur tetap saja matanya tidak mau terpejam. Semua itu gara-gara akibat tragedi bonggol jamur yang membuat Nita jadi susah tidur. Di kepalanya terus terbayang oleh benda pusaka milik Kandar. Besar dan panjang, persis seperti kuncup jamur merang yang menyembul dari tumpukan jerami. "Ah, sial! Padahal itu sayur kesukaanku. Kenapa juga bentuknya harus terlihat mirip seperti senjata pria?" keluh Nita dalam hati. Sedangkan tersangka utama pembuat insomnia sudah tertidur pulas di kasur sebelah. Tampak nyenyak sekali mungkin sudah terbang ke alam mimpi. Nita jadi geregetan melihatnya dan terus menyalahkan keadaan. Jika saja mereka tidak berbagi kamar yang sama pasti mata dan pikirannya tidak ternoda. "Ya, Tuhan. Sampai kapan aku harus begini? Aku butuh istirahat
Baca selengkapnya
4. Kesempatan dalam Kesempitan
Argggh! Teriakan Nita menggelegar di dalam ruangan. Semula ia pikir sedang bermimpi. Rupanya tidak, sosok Kandar memanglah nyata dan tidur di sampingnya. "Hey, sudah bangun?" sapa Kandar sambil menguap. Dia turut terbangun gara-gara mendengar teriakan itu. "Bapak apakan saya! Kenapa saya bisa ada di kasur ini?!" Todong Nita sambil menarik selimut, menutupi tubuhnya yang masih berpakaian lengkap. "Apanya yang kenapa, kamu sendiri yang datang kemari," kata Kandar dengan wajah masih mengantuk. Sama sekali tidak terpengaruh dengan reaksi sang istri. "Mustahil! Jelas-jelas tadi malam saya langsung tidur dan tidak pergi kemanapun." Nita berusaha membela diri. Ia masih ingat bagaimana kondisinya terakhir sebelum menutup mata. "Lah, ini buktinya kamu berada disini. Saya pikir kamu sudah siap mau tidur sekasur bersama. Makanya saya membiarkan kamu," jawabnya dengan tenang. Lagi-lagi ucapan Kandar sulit diterima nalar. Benarkah demikian? Rasanya itu teramat sangat mustahil bagi Nita. "B
Baca selengkapnya
5. Astaga!
KLIKK! Sabuk pengaman baru saja terpasang sempurna di tubuh Kandar. Namun pria itu tidak segera menyalakan mesin mobil. Dia nampak ingin mengatakan sesuatu yang sejak tadi sudah ditahannya. "Tunggu sebentar, Nita! Jangan bergerak dulu!" Suara Kandar yang tiba-tiba sontak menahan aktivitas istrinya. Padahal Nita tengah bersiap-siap memasang sabuk pengaman di mobil. Ada apa ini? "Kenapa, Pak?" Nita menampakkan sedikit raut keheranan. "Panggil suami, Nita!" Kandar langsung menyela. Astaga, lagi-lagi permintaan panggilan itu. Nita menghela nafas sejenak. Jujur saja lidahnya masih terasa canggung karena belum terbiasa. "Kenapa pak suami tiba-tiba menahan saya? Apa anda membutuhkan sesuatu?" Pada akhirnya Nita mengikuti alur. "Bukan saya yang butuh tapi kamu." Jawaban Kandar justru membingungkan. "Eh, bagaimana? Maksudnya apa itu?" Nita berusaha ingin tahu. Bukannya menjawab wajah Kandar justru semakin mendekat. Gelagatnya tampak aneh, persis seperti adegan pria yang ingin mencium
Baca selengkapnya
6. Dasar Kandar!
"Hey, kamu! Kenapa berdiri disitu?" Suara seorang pria mengejutkan dari belakang. Tubuh Nita langsung bergidik kaget. Belum juga melangkah ke arah pintu ruangan manajer sebuah gangguan lain datang menyapa. Betapa ia sangat terkejut saat mendapati siapa sosok pria di belakangnya. "Kamu?!" Seru mereka serempak. "Kenapa kamu ada disini?" ucap keduanya bersamaan. "Astaga! Dia lagi... dia lagi. Kenapa hampir disemua tempat pria mangkok ayam ini selalu ada?" Nita membatin cemas. Tidak hanya dirinya yang terkejut. Raut wajah pria itupun tak kalah kaget. Namun percakapan di antara mereka tidak sempat berlanjut. Lantaran dari ruangan manajer terdengar seseorang memanggil nama Kandar. Lalu pria mangkok ayam itu langsung merespon. "Kandar? Jadi ini nama pria mangkok ayam itu?" batin Nita terperangah .Akhirnya terkuak juga nama asli pria yang sempat membuat penasaran. Tak ingin memperpanjang masalah, Nita pun berinisiatif untuk menyingkir dari hadapan Kandar. Sialnya baru saja mau angkat
Baca selengkapnya
7. Kenyataan yang Meresahkan
Seperti kata pepatah, malu bertanya maka tak tahu. Kalau dibiarkan jadi penasaran. Serba salah bukan? Begitulah situasi hati dan pikiran Nita saat ini. Sejak mereka bertolak dari penginapan, otaknya mulai tidak konsen. Perubahan sikap Kandar yang terkesan mendadak sungguh membuat tanda tanya besar di kepala. Apakah pria itu merasa malu gara-gara hampir menciumnya di parkiran penginapan tadi? Atau mungkin karena suatu alasan lain yang telah melibatnya dirinya? Nita sama sekali tidak bisa menebaknya. "Ayolah bicara dan tanyakan padanya langsung!" Seru perempuan itu dalam hati. Sementara matanya menatap lekat pada Kandar yang tengah fokus menyetir. Meskipun sudah sebulan menjadi istrinya, Nita masih agak canggung membahas sesuatu diluar pekerjaan. Apalagi jika menyangkut masalah privasi seperti ini. Bedacerita kalau Kandar yang memulainya terlebih dahulu. "Apa harus aku memancingnya agar dia mau membahasnya terlebih dahulu?" batin Nita berbisik. "Kenapa kamu menatap seperti itu
Baca selengkapnya
8. Cium aku jika kamu tidak marah
"Sudah hentikan! Jangan bahas itu lagi!"Nita tanpa sadar memekik. Akibat merasa terancam oleh ucapan Kandar yang nyaris membeberkan aibnya. Ia benar-benar tidak sanggup lagi mendengar kelanjutan dari kalimat pria itu. "Hey, ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba ma-rah..." "Tidak ada! Saya sedang malas mau bicara!" Mata Kandar sejenak menyipit. Merasa keheranan dengan perubahan sikap sang istri yang tiba-tiba. Baru saja mulutnya terbuka beberapa mili ingin mempertanyakan, Nita langsung menyambarnya lagi dengan kalimat telak."Jangan tanya alasannya kenapa. Pokoknya sekarang saya tidak ingin bicara!" Tekannya. Suasana dalam mobil seketika hening. Hanya sesekali terdengar suara kendaraan yang sedang melintas. Di tengah keterdiaman mereka, Nita terus menatap pemandangan luar dari jendela mobil. Pikirannya teralih sejenak oleh bunga-bunga liar yang bermekaran di seberang jalan. Sementara itu, sosok di sebelahnya tengah berupaya memecahkan misteri penyebab mood sang istri yang mendadak
Baca selengkapnya
9. Cup!
CUP! Mata Nita sukses terbelalak saat sebuah kecupan mendarat di ujung bibir. Gerakan itu terlalu cepat sampai membuatnya melongo. Hingga beberapa saat kesadarannya kembali, mobil yang Kandar kemudikan sudah bergerak di jalan raya."Astaga! Itu, apaan tadi?" batin Nita tak percaya. Tanpa sadar tangannya terangkat menyentuh ujung bibir. Bekas kecupan itu masih begitu terasa hingga membuat tubuhnya memanas. Ini pertama kalinya Nita merasakan sentuhan bibir seorang pria. Akibat hal itu tingkahnya terlihat seperti gadis remaja yang tengah puber. "Apakah ini yang namanya ciuman?" "Tidak, itu bukanlah ciuman!" "Hanya sedikit kulit yang menempel dan itupun hanya di ujung bibir. Mana bisa hal itu disebut ciuman." Nita terus bergelut dengan batin dan pikiran logisnya sepanjang perjalanan. Cukup lama perempuan itu sibuk dengan dunianya sendiri. Sampai akhirnya ia dikejutkan oleh pergerakan mobil yang tiba-tiba mengerem mendadak. "Astaga, apa lagi ini..." Ucapan Nita menggantung. Ia ingi
Baca selengkapnya
10. Apa yang terjadi?
Kandar langsung berdehem saat mendekati Nita dan Kenzie. Namun kedua orang ini begitu asyik mengobrol. Sama sekali tidak menyadari kehadirannya. “Hemm ...!” Kandar sekali lagi berdehem bermaksud menghentikan percakapan itu. Tapi tetap saja, tidak ada perubahan. Kandar yang telah kehabisan akal akhirnya menggunakan jurus terakhir. "NITA!" Panggilnya setengah teriak. Obrolan itu seketika terputus. Dua pasang mata di hadapan Kandar langsung menoleh ke arahnya. Tidak seperti Kenzie yang memperlihatkan raut wajah bingung. Sebaliknya Nita melototkan mata saat bersitatap dengan sang suami. "B-bapak?!" sahutnya gugup. Entah kenapa kemunculan kadar yang tiba-tiba membuat perasaan Nita bercampur aduk. Antara terkejut, heran dan penuh pertanyaan. Serta sedikit rasa bersalah. "Dia siapa, Nita?" tanya Kenzie terang-terangan. Kandar nyaris memperkenalkan diri namun Nita dengan cepat menjawab pertanyaan itu. "Beliau ini adalah atasan saya," ucapnya canggung. "Ah, anda atasan Nita r
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status