Suamiku, Ustad Bucin

Suamiku, Ustad Bucin

By:  UmiYazid  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating
12Chapters
191views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Amira gadis sembilan belas tahun, tiba-tiba dijodohkan dengan anak pimpinan pondok pesantren tempat Amira menimba ilmu. Bagaimanakah kisahnya? Apakah Amira menerima sang pria, sedang ia tidak pernah mencintainya? Akankah kisah mereka berjalan mulus?

View More
Suamiku, Ustad Bucin Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
UmiYazid
Buat teman-teman yang suka dengan cerita ini, jangan lupa follow dan rate bintang lima, oke!
2024-03-17 21:19:11
0
12 Chapters
Keracunan
"Semoga aja gak ada yang lihat." Batin Amira. Ini pertama kali Amira melakukan hal tidak terpuji.Gadis berpostur semampai itu membuka pintu belakang, lalu masuk dengan mengendap-endap, seraya matanya terus mengawasi setiap sudut rumah, berharap tidak ada yang melihat aksinya.Lututnya mulai gemetar, walau separuh hatinya masih menolak, dan jantungnya berdebar, dia terus saja melangkah, hingga tiba dititik fokusnya, yaitu meja makan, yang letaknya berhadapan dengan salah satu kamar.Rasa lapar memaksanya masuk ke rumah yang ia tahu sedang tidak ada pemiliknya itu.Tanpa menunggu lagi, segera ia raih sepotong ikan goreng dan sepotong tahu goreng, yang tersimpan di bawah tudung saji, setelah dirasa cukup untuk lauk makan siangnya, ia menutup kembali tudung saji dan ingin segera keluar.Ketika berbalik badan, hendak segera pergi."Eh, Amira, ngapain?" tanya seseorang yang suaranya tak asing bagi Amira."Oh, ini ... Buat makan siang .... " jawab gadis berkulit putih itu, menunjukkan yang
Read more
Barang haram
Ustaz Harun yang sedari tadi mendengarkan obrolan Amira dengan istrinya kini tiba-tiba berdiri dengan wajah murka lalu berkata kepada istrinya, “panggilkan Hamzah sekarang juga, anak kurang aj4r!”Amira yang masih berdiri terkaget, lututnya tiba-tiba melemah, “ada apa ini. Ya Allah?” batin Amira.Umi Rubiah masih bergeming, entah apa yang sedang beliau pikirkan.“Cepat, hubungi anak itu, suruh segera kemari!” titah Ustaz Harun lagi.Tanpa berpikir dua kali, wanita di sampingnya itu meraih tas yang terletak di atas meja di depannya, mencari nomor kontak, segera menghubungi anak tirinya itu.“Lagi di mana, Ham. Pulang sebentar ya!” Tutur sang ibu, setelah yakin panggilannya sudah terhubung dengan anak tirinya itu.Ya, Umi Rubiah merupakan istri kedua Ustaz Harun.Mereka menikah sekitar sepuluh tahun lalu, setelah Umi Murni-istri pertama- sang Ustaz meninggal karena k4nker payud4r4.Umi Rubiah merupakan sepupu Umi Murni, beliau juga alumni pondok pesantren tersebut.Setelah beberapa bul
Read more
Dijodohkan
“Kamu gantikan Abi, mengajar di kelas enam putra besok.” Pinta sang ayah sebelum meninggalkan ruang tamu.Sementara Hamzah masih dengan kebingungannya, Umi Rubiah ikut bangun dan menyusul sang suami ke kamar.“Abi mau bertemu orang tua siapa?” tanya Umi Rubiah seraya ikut duduk bersama suaminya dipinggir ranjang.“Saya rasa lebih baik Hamzah kita nikahkan saja, sudah beberapa kali ada yang menyampaikan jika Hamzah sering ke rumah seorang gadis, menurut kabar gadis itu bukanlah gadis baik-baik.” Tutur Ustaz Harun.“Gadis itu kehidupannya terlalu bebas, juga jarang menutup aurat, saya rasa gadis itu bukanlah gadis yang tepat untuk istri dan juga ibu untuk anak-anak Hamzah kelak.”Ustaz Harun menarik nafas, lalu melanjutkan.“Jika tidak segera kita nikahkan, saya takut terjadi sesuatu yang tidak kita inginkan, kucing mana yang tahan jika disodorkan ikan asin.”“Tapi anak siapa yang mau Abi jodohkan sama Hamzah?” tanya Umi Rubiah penasaran.“Saya rasa Amira gadis yang cocok kita jadikan
Read more
Bimbang
Amira tidak menyangka, bahwa hal penting yang akan disampaikan ayahnya ternyata tentang lamaran Hamzah, orang yang tidak pernah ia cintai, apakah yang harus ia jawab? “Jadi, maksud Ayah suruh Kakak pulang, mau memberi tau kalau Kakak udah ada yang lamar, tapi Ayah belum kasih jawaban, apa Kakak terima?” Tanya sang ayah akhirnya.Amira gugup, jantungnya berdetak cepat, ia tidak menyangka begitu cepat ada yang melamarnya.Gadis berusia sembilan belas tahun itu bimbang, terima atau tidak.Satu sisi Amira tidak yakin bisa mencintai Hamzah, satu sisi ia merasa tidak enak jika menolak lamaran Ustaz Harun, yaitu guru besarnya sekaligus pimpinan pondok pesantren tempat ia menimba ilmu selama empat tahun ini.“Kakak bimbang ya?” tanya sang ayah seakan paham isi hati Amira.Amira yang merasa wajahnya sudah sangat panas karena malu, hanya mengangguk saja.“Semua terserah Kakak. Kalau menurut Ayah, ya bagusnya terima aja, tidak sembarangan orang bisa menjadi menantunya Ustaz Harun.” Pak Hasan me
Read more
Sah
Tiba-tiba gawai yang sedari tadi disaku celana Hamzah bergetar, hati Hamzah yang sedang berbunga-bunga, tiba-tiba harus luntur ketika ia membaca pesan dari seseorang.“Bang, nanti malam jalan yuk, udah lama kita gak jumpa.”Hamzah membaca sekilas pesan dari Miska, gadis yang sudah dua tahun ini dekat dengannya.Sikap ramah hamzah membuat gadis berkulit hitam manis itu berharap lebih, walau Hamzah tidak terang-terangan menyatakan cinta padanya. Tetapi Miska sudah terlanjur menyukai Hamzah.Pria tegap dan berhidung bangir itu mengabaikan pesan dari Miska, menyambar handuk lalu masuk ke kamar mandi.***Hari minggu pun tiba, waktu yang begitu mendebarkan bagi gadis bernama Amira.Setelah mempersilahkan masuk para tamu yang datang, Bu Salma memberi tahu Amira yang sedang menyiapkan camilan dan minuman di dapur.Yang hadir Ustaz Harun sekeluarga, tentunya Hamzah juga ikut, dan dua orang adik dari almarhumah uminya Hamzah.Mereka berkumpul di ruang tamu sederhana rumah Pak Hasan, dengan dud
Read more
Halal
Setelah menyantap makan siang dan saling bercengkerama, akhirnya semua keluarga kembali ke rumah masing-masing.Di rumah tinggallah Hamzah dan keluarga Amira saja, karena Hamzah tidak diperbolehkan pulang oleh Ustaz Harun, baju dan keperluannya nanti akan diantar oleh santri ke rumah orang tua Amira.Pak Hasan menyuruh Amira membawa Hamzah ke kamar untuk beristirahat sekalian salat zuhur.“Amira, bawa Hamzah ke kamar, salat zuhur kalian sekalian istirahat.” Titah Pak Hasan sukses membuat jantung keduanya berdendang, membayangkan di dalam kamar berdua saja sudah merinding disko bagi Amira.“I-iya, Yah.” Jawab Amira tersendat karena malu.“Ciyye-ciyye....” Humaira menggoda kakaknya, sementara Imam, adik bungsunya Amira tidak peduli, remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah itu memang lebih kalem.Amira langsung saja berjalan, tak peduli dengan godaan sang adik, Hamzah mengikuti di belakang Amira walau tanpa diajak oleh sang pemilik kamar.Setelah keduanya berada di dalam kama
Read more
Kembali ke pesantren
Setelah Amira selesai belanja, ia keluar dari swalayan mendapati Hamzah sedang mengobrol dengan seorang wanita muda.Amira penasaran, siapakah dia?Kenapa rautnya seperti sedang emosi?“Apa, Abang udah nikah, aku gak percaya, Bang!” Ucap wanitaitu dengan nada sedikit meninggi.“Tapi itu kenyataannya, Mis!”“Tapi kenapa ....” Ucap wanita itu terputus.“Nah, itu dia orangnya.” Tunjuk Hamzah begitu Amira mendekat.Begitu gadis yang ditunjuk semakin dekat, Hamzah langsung meraih tangan sang gadis, menggenggam erat seolah mereka begitu saling mencintai dan enggan terpisahkan.Amira terkejut, aliran darahnya seketika terasa begitu cepat, bukan karena wanita di depan mereka itu, tetapi sentuhan tangan Hamzah seakan mengalirkan arus listrik, yang mampu membuatnya kesetrum dengan tekanan tinggi.Hamzah tampak biasa saja, menuntun Amira ke motor, memasang helmnya lalu berlalu dari hadapan wanita yang bernama Miska.Sedangkan Amira manut, ikut tanpa bertanya apa pun, tapi dalam hati ada banyak p
Read more
Bertemu mantan
Setelah suaminya pergi ke mesjid, Amira beranjak dari tempat tidur, ia mengendap-endap menuju pintu belakang, kembali ke asrama untuk bersiap-siap pergi kuliah, karena semua barang-barangnya masih di kamar lamanya.Usai bersiap-siap, gawai Amira berdering, Amira kembali terkaget ketika melihat 'Suamiku tampan' memanggil, seingatnya ia tidak pernah menyimpan nomor dengan nama tersebut“Apa jangan-jangan tadi malam dia mengutak-atik handphone ini ya. Ih, percaya diri banget ini orang.” Lirih Amira.Hingga panggilan kedua kalinya Amira baru menjawab.“Assalamu'alaikum.”“Wa ‘alaikumsalam.”“Katanya mau kuliah, ayo sarapan dulu sini.” Ujar Hamzah sesaat sebelum mematikan panggilan sepihak.Tidak sempat Amira mengajukan protes, panggilan sudah terputus, sehingga mau tidak mau dia harus masuk dan sarapan bersama.Begitu Amira muncul langsung di sapa oleh Umi Rubiah.“Amira, mau kuliah, ya. Ayo, sarapan dulu sini.”“Iya Umi.” Jawab Amira lirih.Ada rasa canggung yang amat sangat, mengingat d
Read more
Meminta Hak
“Lihat saja, cepat atau lambat kau akan kembali padaku, tidak akan tenang hidupmu bersama perempuan itu.”Pesan dari nomor tak dikenal berhasil membuat seorang Hamzah semakin frustrasi.Di tengah kekalutan pikiran, Hamzah tetap memaksa bekerja menggabungkan sejumlah angka di layar komputernya.“Hamzah, proyek dari PT. Manunggal deadline-nya besok, gimana perkembangannya, apa sudah selesai?”Seorang pria setengah baya bertanya sambil menduduki kursi disamping Hamzah.Hamzah yang tengah berusaha fokus, kaget dengan kehadiran pria yang merupakan bosnya.“Eh, ini lagi saya kerjakan, Bos. Nanti malam Insya Allah sudah siap.” Jawab Hamzah setelah menghentikan kegiatannya sejenak di layar komputer.“Oke, jika begitu kamu yang presentasi besok ya.”“Siap, Pak Bos.”“Ya sudah, amanlah ya.”Pak Bagas yang merupakan bos di PT. Angkasa Konsultan itu menepuk pundak Hamzah sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu.Suami dari Amira itu kembali berkutat di layar komputernya, akan tetapi semakin susah
Read more
Berbuka puasa
“Boleh aku minta hakku malam ini kan?”DegSerasa jantung seorang Amira lompat dari tempatnya.Degup jantungnya mulai bergenderang, aliran darah terasa semakin kencang, walau jauh-jauh hari ia sudah membayangkan akan ada hal seperti ini, tapi rasanya belum siap jika harus sekarang.Hamzah menunggu jawaban, matanya tak lepas dari wajah istrinya, memandang dalam sambil terus mendekat, membuat Amira reflek mundur hingga sudah mepet ke dinding belakang pintu.Lelaki itu terus saja melangkah hingga mengikis jarak di antara keduanya, Amira tak berani mengangkat wajahnya yang sudah merah itu, dalam benaknya menerka-nerka apa yang akan terjadi selanjutnya.Suasana semakin tegang, Hamzah bagai singa yang siap menerkam mangsa yang sudah di depan mata, sementara Amira bak buruan yang akan dimangsa dan tak ada celah untuk melarikan diri.“Wajahmu kenapa merah seperti tomat gini?” ucap Hamzah yang diiringi senyuman.Amira tertegun, lantas mengangkat wajahnya, menatap wajah suaminya.“Aku mau mandi
Read more
DMCA.com Protection Status