tak terbayang Kan bagi nur Akan Di peristri oleh putra kyai, Gus naufal. Salah satu pewaris pesantren. Yang ia juga belajar Di sana, pesantren Al khudory. tapi, Gus Naufal sendiri sudah memiliki istri Yang terbaring koma Di rumah sakit selama satu tahun lebih, Dan sebenar nya Yg nur cintai adalah Gus Adnan, adik Dari Gus Naufal, bukan calon suami nya. suatu hari, neng Zahra terbangun Dari tidur panjang nya, Dan mulai Dari sanalah kehidupan rumah tangga nur mengalami cobaan berat, Dari fitnah keji hingga isu perselingkuhan dengan Gus Adnan. akankah semua nya berakhir dengan bahagia? atau justru sudah tidak layak Di pertahankan Dan berakhir perpisahan? lantas, berhasil kah nur melahirkan generasi penerus pesantren? atau malah justru ia yg Akan tersingkir Kan?
Lihat lebih banyakKenapa kau bisa tidur Di kasur ini!" seru Gus naufal pertama Kali membuka mata melihat gadis bertubuh Kurus Dan berwajah teduh tidur Di samping nya.
mendengar seruan Gus naufal gadis itupun membuka kelopak Mata Dan perlahan Beringsut bangun lalu menundukan kepala tepat Di depan Gus naufal. dia merasa serba Salah dengan apa Yang barusan ia lakukan, hanya dengan menundukan kepala, gadis itu bisa sedikit menyembunyikan wajah ketakutan nya."maaf Kan saya Gus. semalam njenengan demam tinggi, saya hanya berusaha mengobati hingga saya tak sengaja tidur Di sini." parau gadis itu dengan tetap menundukan kepala. dia merasa bersalah karena telah melanggar perintah agar tak tidur seranjang dengan suami nya.ekor Mata Gus naufal menangkap Kain Di Sisi Kanan nya. masih sedikit basah Kala dirinya menyentuhkan tangan nya ke Sisi Kain. berarti gadis ini memang sedang tak berbohong.gadis itu segera berdiri, usai melihat tatapan Gus naufal yang seolah sedang mengusir nya Dari kasur tempat biasa dia terpekur sendiri meratapi nasib nya. buliran Kristal take sengaja jatuh hingga dia segera mengusap dengan ujung jilbab nya."sudah enakan, Gus?" hanya untuk berucap beberapa saja, dia harus menggenggam baju tengah nya karena merasa takut."sudah" ucap naufal dengan berlalu begitu saja Di depan gadis itu. gadis Yang bernama , Zulaikha nuralifiyah sabbath, cepat cepat membalikan tubuhnya mengarah di mana naufal Akan melangkah."apa saya perlu Keramas, Gus?" kejar nur, Yang baru saja naufal nikahi sebulan Yang lalu.naufal membalikan badan, lalu balik bertanya "apa umik sudah datang?"nur menggeleng "Belum, gus!"naufal kembali melangkah, bukan tak ingin menerus Kan ucapan nya, melain Kan dia sudah yakin bila istri nya itu sudah mengerti jawaban apa Yang naufal kehendaki."seperti nya Aku sudah tau jawaban nya." lirih nur sambil meremas kedua Sisi baju nya, dengan harapan bila Cara itu Akan sedikit mengurangi Rasa sakit Yang ia tanggung."Terserah. Ya, terserah. itu pasti jawaban Gus naufal seperti Hari Hari biasa."nur sendiri adalah seorang santriwati Yang taat Dan patuh terhadap keluarga kyainya, termasuk saat sang putra kyai alias suami nur sendiri, meminta dirinya untuk sering sering Keramas sebelum subuh tiba. memang, naufal tak mengatakan apa alasan nya.namun, hati kecil nur sekuat tenaga selalu berhusnudzon bila itu adalah Salah satu bentuk perhatian naufal terhadap kebersihan tubuh nur, meski dasar Sisi hati lain nur mengatakan jika suaminya berusaha mengelabui umik Nya sendiri. Keramas berarti sudah pernah terjadi sesuatu Di Dalam kamar itu , hal Yang sangat Di harap Kan oleh umik Nya Gus naufal sendiri demi terperoleh keturunan. meski sesuatu itu tak pernah terjadi Dan pada kenyataan nya tak pernah ada gelombang hasrat Yang mampu mengantar Kan tubuh kedua nya ke puncak birahi Dalam satu Bulan ini.nur melangkah perlahan menuju sajadah suaminya berada. dengan Mata berkaca kaca, nur dengan lihai menyulap atas dasar lantai menjadi musholla sederhana. hanya perlu karpet suci serta sajadah Di atas nya.nur tak bisa menahan nya lagi Kala membuka sajadah Dan tampak lah foto seseorang perempuan Di balik sajadah itu. terpampang secara jelas Di depan Mata nur Yang mulai menitik Kan air mata. dialah zahra, istri pertama Gus Naufal.wajah Yang cantik dengan bibir Indah bagaikan delima Yang terbelah, senyum mempesona dengan lesung pipi, membuat siapa saja Yang melihat nya Akan langsung jatuh cinta kepada Zahra. nur menata foto Zahra dengan Apik, lalu meletak Kan tasbih suami nya Di atas foto itu."Ternyata Dalam sujud mu, Gus. kau hanya mengingat neng Zahra saja Dan tak pernah sekali pun menganggap wanita seperti Ku ini ada Dalam hidup mu. meski berulang Kali saya berusaha menampakkan diri, tapi sepertinya kesia siaan belaka Yang Ku dapat. ada atau tidak ada nya diri Ku, hanya neng Zahra saja Yang kau anggap ada. sekerdil itu kah Aku? hingga engkau tak sudi menyematkan foto Ku Di hadapan tuhan mu juga? atau sebesar apa cinta mu kepada neng Zahra, hingga menengok pada ku saja engkau tak sudi. Gus.""meski tak ada cinta Di antara kita, pantas kah ketidak adilan tersemat padaku? meski Dalam selembar foto mu saja."nur tergugu Di atas sajadah, sambil mulut nya tak berhenti mengucap istighfar. entah perasaan apa Yang sedang ia rasakan sekarang, cemburu, marah, atau justru meratapi nasib?.seharus nya, bila dia tak ingat Akan Indah nya barokah nya ilmu, andai dia juga tak ingat bila jasa jasa bu nyai Dan Pak kyailah Yang mampu mengantar Kan seorang nur menjadi lulusan santri dgn hafalan Al Qur'an terbaik diantara teman teman nya, Dan andai juga nur tak ingat, karena kebaikan hati bu nyai Yang sekarang menjadi mertua nya, pasti lah dia hanya seperti keledai Yang tak tahu arah jalan, hanya bisa mengikuti arus kehidupan Tanpa tahu mana Yang halal Dan mana Yang haram. bila tak ingat itu semua, nur ingin sekali menolak pada Malam itu. Di mana permulaan kisah poligami itu terjadi."nur, kau santri Yang sudah mengabdi cukup lama Dan paling dekat dengan saya." ucapan halus ibu nyai halimah terjeda. sesaat beliau mengambil nafas untuk mengambil ritme ucapan setelah nya.nur, tetap menunduk, tak berani mendongak apalagi memotong ucapan. dia terduduk Di atas lantai Yang dingin seirama dengan udara dingin Di luar Sana."Tentu kau tahu betul apa kegelisahan Ku selama setahun ini?"sejujurnya nur tahu, karena beberapa Kali dia tak sengaja mendengar saat dia bersih bersih Di rumah kyai Dan bu nyai nya. tapi, nur lebih memilih menggeleng saja. adakala nya terkadang diam itu bijak Dari pada berbicara namun tak berbobot isinya.bu nyai halimah tersenyum, dengan lembut ia mengusap puncak kepala santri nya Yang tertutup jilbab putih, warna kesukaan nur."saya hanya manusia biasa seperti lainnya Yang tetap mengharap Kan seorang cucu, sedangkan Zahra sampai sekarang masih terbaring koma Di rumah sakit Dan tak tahu kapan Akan bangun. kau tentu sudah tahu, Kan, nur?"nur seketika mendongak, merasai ada suatu hal Yang Akan terjadi Malam itu. dia tersenyum Kala mengingat sepucuk Surat Yang telah ia terima untuk kesekian kalinya, sepucuk Surat Yang Akan selalu terselip diantara lembaran karya buku Muslim terkenal Dan Akan selalu nur ciumi dengan dada Yang berdebar debar.nur sudah tersenyum membayangkan nya bila isi Surat itu benar benar Di ungkap Kan oleh Gus adnan, putra bu nyai kepada umik Nya, Dan karena itulah nur sekarang Di panggil. Di Dalam hati nur, seakan ribuan bunga bermekaran. harum menyeruak ke seluruh penjuru, setelah sekian lama bunga bunga itu hanya mampu berkuncup saja."saya meminta mu untuk anakku, Naufal. setialah padanya Dalam ikatan suci Yang Di rahmati oleh Allah. menikah lah dengan nya, nduk!"serasa kilatan petir berkelebatan Di depan nur, hingga dia tak mampu untuk sekedar membela dirinya sendiri. apa mungkin impian Dan cinta nya Akan menguap begitu saja demi Rasa bakti diri nya terhadap bu nyai nya.Tanpa berkedip sedetik pun, nur menatap bu nyai dengan intens seolah mencari kejujuran Di Dalam Mata itu."barang kali, bu nyai sedang ingin bercanda dengan Ku," batin nur tetap ingin berprasangka baik.namun, Yang nur tangkap adalah keseriusan bukan candaan belaka."nur, bagaimana jawaban mu?"pertanyaan halimah seketika membuat bayang bayang Gus Adnan menari nari Dalam ingatan nur.mulai Dari awal mereka bertemu, mencuri curi pandang saat Di ndalem, berkirim pesan saat liburan pesantren tiba atau sepucuk Surat Yang selalu terselip diantara karya karya hebat sastrawan Muslim. semua berkelebatan Di ingatan Tanpa nur sadari kehadiran nya."Tapi..." nur tak mampu menerus Kan kata kata nya. semua Rasa Yang ingin ia hatur Kan tercekat begitu saja Di kerongkongan."Berpikirlah, Minta pendapat Dan istikhoroh Dulu nur. agar kau yakin dengan jawaban Kamu. jangan terburu buru mengambil tindakan. sebagai mana diriku melamar Kan naufal untuk diri mu. itupun saya lakukan dengan berbagai tahapan. in syaa Allah kau tak Akan pernah di kecewa Kan oleh Allah."Brakk!suara dobrakan pintu seketika membuyar Kan lamunan nur. segera ia mengusap air Mata nya dengan ujung jilbab Yang selalu ia kenakan. meski Di Dalam kamar sekalipun, berdua dengan Gus Naufal.suara dobrakan terdengar lebih jelas, dengan Di ikuti suara seseorang mengerang dengan Kesal."Tunggu sebentar!"Memendam cinta sangat menyakitkan, namun juga mengasyikkan."Keluarga dari pasien!" Suara dari belakang seketika membuat gadis berlesung pipi itu mengalihkan pandangan.Dia urung melanjutkan niatnya, memilih berjalan berat ke arah perawat. "Saya Zulaikha nuralifiyah sabbath ." Tuturnya. "Istri pasien," tambah nya seraya menepuk nepuk dada nya lembut.Wanita berbaju hijau tua itu mengarahkan tangannya ke bagian yang tak jauh dari nurberdiri. "Silahkan kebagian administrasi, untuk mendaftarkan pasien ke ruang inap."Kening gadis berlesung pipi itu berkerut, "Ru-ruang inap?" Tanyanya dengan bibir bergetar, sebagai nurmaju ke posisi yang lebih dekat ke arah perawat muda itu. "Apa suami saya sangat parah? Dia kenapa?" nurmelirik sebentar gus Naufal yang masih terbaring kaku. "Bukankah lukanya sudah di obati?"Perawat yang masih nampak muda, mengangguk cepat. "Benar, tapi__"Belum sempat perawat menjelaskan, nursudah mengejar lagi. "Suami saya kenapa suster?"Gus adnanyang masih terpaku di
"Berhenti, Zahra!""Diam di tempat mu!""Viona, bawa dia kembali ke kamarnya!" Suara dari lelaki dibelakang hijab biru, tak menyurutkan niatnya untuk trs berjalan tertatih tatih menggunakan tongkatnya, ia trs berjalan meski berat hingga hampir sampai ke ambang pintu.Cengkraman tangan kekar terasa memanas di tangannya. "Mau kemana kamu?" Lalu lelaki bertubuh atletis itu menengok ke belakang, menghadap gadis manis nan seksi itu mematung, memegangi bahu kursi. "kenapa kamu diam saja, Vi!" Sentak nya dengan nada penuh amarah.Gadis dengan manik mata indah nya menutup bibir ranumnya rapat. "Lepasin, sakit, mas!" Rengek nya diantara buliran air mata yang merembes di pipi mulusnya."Nggak!" Sentaknya. "Kamu nggak boleh samperin lelaki brengsek itu!""Dia suamiku!" Sanggah wanita itu tak terima. "Kamu jahat! Apa yang kamu lakukan padanya?"Dia membuang muka, memiringkan kepala lalu melirik ke belakang. "Cepet ke sini! Atau ku suruh sopir pulangin kamu!"Viona menegang, tak ada pilihan lain s
Lelaki dengan berbaju wayang di dada sedang melajukan mobil melatik merahnya di antara guyuran hujan yang begitu deras. Hingga terpaksa lelaki berjambang tipis itu menepikan mobilnya diantara pepohonan yang tumbuh.Nampak, angin seolah sedang mempermainkan mereka. Meliukkan ke kanan dan ke kiri lalu merontokkan beberapa dedaunannya.Gus Naufal membuka jendela, lalu memandang langit hitam yang seolah blm selesai menuntaskan semua isinya. Lelaki dengan perawakan tegap itu menjulurkan sedikit tangannya, rasa sesak yang diberikan gadis berlesung pipi, membuat pikirannya tak fokus pada kemudi."nur, benar tentang hujan ini." Ucapnya masih dengan pandangan yang sama. Sesaat dia terdiam dengan pikiran yang terus menari nari, Lalu dengan resah lelaki itu menyandarkan kepalanya ke bahu kursi belakang, sambil matanya terpejam. "Selama ini dia menderita bersamaku. Tapi, kenapa harus Adnan yang harus menjadi tempat nya berkeluh? Tak adakah orang lain selain dia?"Matanya terpejam, inginnya mengha
Ahmad Naufal Yusuf."Astaghfirullahal'adzim." Lelaki dengan atasan batik bergambar wayang di dadanya, dan beroutfit sarung itu menepuk jidatnya perlahan, begitu melihat ponselnya yang hampir mati dan kontak mobil yang sama sekali belum ia masukkan ke dalam saku baju paling depan.Baru saja lelaki berjambang tipis itu menyelesaikan kegiatan mengajar nya, dan berniat untuk melesak ke rumah Zahra untuk berusaha menjemput wanita bermata indah itu. Namun, semua gagal karena kecerobohan nya. Dia butuh charger untuk segera mengecas ponsel tang tinggal beberapa persen itu.Lelaki berjambang tipis itu memutuskan lewat jalan pintas yang cepat terhubung, memutuskan segera masuk lewat pintu belakang rumah agar cepat sampai, dan biasanya memang jarang di kunci saat pagi hari, demi memudahkan santri ndalem yang memang biasa bertugas membersihkan rumah masuk ke dalam.Langkah lelaki itu baru saja sampai ke pintu Belakang rumah sederhana milik Zulaikha nuralifiyah sabbath. Rumah yang dahulu penuh den
Wajah yang tak begitu asing bagi Felix bramaji tercetak jelas saat dia memalingkan wajahnya ke belakang. Wajah yang dahulu ia sayangi seperti saudara nya sendiri, kali ini malah membuatnya semakin risih. Namun, dia mencoba bertahan atas nama hutang Budi.Felix menghadapkan wajahnya ke depan, lalu serta Merta dia membuang nafas jengah secara perlahan dari mulutnya."Kamu jahat banget sih!" Wanita itu memukul mukul punggung Felix dengan sekenanya. "Kenapa jarang banget hubungin aku. Di chat nggak di bales, di email juga nggak pernah ada balesan. Apalagi di telpon."Felix memejamkan mata. Mengatur emosi yang sesaat hampir saja mendominasi otaknya. "Aku sibuk Vi! Kerjaan ku banyak banget!"Gadis manis dengan tahi lalat kecil di bagian kelopak mata nya itu, nampak memanyunkan bibir, lalu ia bersedekap tak terima. "Itu kan salah satu rumah sakit, calon mertua kamu, bilang aja gitu!" Usulnya kekanakan."biar mereka nggak mempekerjakan calon mantu bos mereka seenaknya."Viona, nama gadis itu.
Jam dinding berdecak secara beraturan, seiring dengan langkah seorang gadis yang bergerak seringan kapas menghampiri sang pemilik hati.Dengan gusar gadis pemilik bibir terbelah laksana buah delima itu mensejajari lelakinya. Dalam keterbatasan nya dia berusaha menyiapkan air hangat serta kain bersih guna mengobati luka di sudut bibir manusia yang mana Allah letakkan syurga dalam Ridho nya itu.Wanita yang sudah mengganti hijabnya dengan warna maroon berusaha duduk sejajar dengan sang suami.Luka di kaki dan tangannya sudah cukup membaik, meski dia belum yakin meski dirinya bisa berjalan nyaman tak bersandar menggunakan tongkat. Beruntung, Kiya, adik pantinya, telah mengembalikan tongkat itu, tak berselang lama dengan kepergian Gus naufal.Entah keberanian dari mana, gadis sang pemilik senyum indah itu menarik dagu suaminya, perlahan ia dekatkan ke wajah, dekat dan semakin dekat hingga nafas mereka satu sama lain pun bisa mereka rasakan masing masing di kulit wajah masing masing, teras
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen