Broken Home Or Posesif Man

Broken Home Or Posesif Man

Oleh:  YL  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
1 Peringkat
19Bab
1.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Manakah yang membuatmu tidak nyaman? Pertanyaan ini muncul begitu saja. Tidak adanya keharmonisan keluarga sehingga dirimu hidup bebas atau justru terlalu diikat? Keluarga yang tak utuh sudah biasa Ia rasakan. Namun hal itu masih saja terasa menyakitkan. Kekerasan yang diterima sudah biasa saat bersama keluarga yang sebenarnya, hal itu terjadi entah mengapa. Lalu bagaimana jika akhirnya ia justru terikat akan suatu pernikahan yang tidak pernah ia inginkan. Terlebih menghadapi pria yang posesif. Sebagian cerita ini diambil dari kisah nyata. Penasaran? Ikuti kisahnya yuk!! Oleh YL

Lihat lebih banyak
Broken Home Or Posesif Man Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Hoki Gustavia
Sedih banget kisahnya. Keluarga yang berantakan. Next Kak
2021-09-11 16:26:49
0
19 Bab
1. Perjodohan Singkat
Mengingat Aya Sharma membuat Lucy selalu tersenyum. Fikirannya terus terbayang oleh sosoknya sejak pulang tadi. Lucy mengingatnya ketika ia baru saja mendapat pukulan wajah. Tak hanya itu, ia juga baru saja menerima pukulan telak berupa perjodoan yang tak pernah ia harapkan.***Bagi Lucy, Aya adalah sosok teman terbaik yang Lucy miliki. Ia memandangi kepergian Aya yang membawa sepedanya setelah mengantar Lucy pulang. Gadis ini tersenyum dengan manisnya.“Masih ada hari esok," pikirnya melihat Aya buru-buru pergi. Dengan langkah pasti ia menuntun sepedanya memasuki halaman rumahnya. Terlihat di situ sudah ada mobil besar namun nampaknya Lucy tidak terlalu memperhatikan.Dengan pakaian seragam putih abu-abu yang dikenakannya, Lucy langsung saja masuk. Dilihatnya ada tamu di situ. Terlihat sang Ayah dan sang ibu tengah mengobrol dengan 3 orang lainnya. Satu orang pemuda gagah dengan dua orang yang lebih tua.Setelah ia akan segera ke kamar, sang ibu tiba-tiba saja meman
Baca selengkapnya
2. Penolakan
“Kenapa aku bisa melupakanmu yah?" tanya gadis itu dengan mata kosong memandang ke arah depan.“Itulah yang aku suka," terang pria itu tanpa berfikir dengan panjang.Lucy kembali mengerutkan kening, “Apa maksudmu?" tanya Lucy kali ini menoleh ke arah Bian. “Kamu tidak tahu? Sejak tabrakan itu aku selalu ... Em ... Mikirkan kamu ." Pria itu menjelaskan dengan penuh artian berupa pernyataan dalam dari pria itu. Tiba-tiba saja Lucy tertawa sumbang dan mengejek setelah mendengar pernyataan dari dian. “Apa ada yang salah dengan ungkapan ku?" tanya pria itu dengan wajah polos. Ia tak mengerti ketika ditertawakan. Tidak pernah rasanya Bian diperlakukan seperti ini. Bahkan mereka selalu berkata cinta tanpa mengungkapkannya terlebih dahulu, namun kali ini justru lain.Lucy menggelengkan kepalanya, “Itu wajar. Suka sama seseorang itu wajar, tetapi sepertinya aku tidak pantas untuk disukai."“Kenapa begitu?" tanya pria itu semakin penasaran terhadap Lucy.
Baca selengkapnya
3. Tersakiti
Bahkan Lucy sudah bersiap ini ketika tangan kekar itu akan kembali melayangkan sebuah pukulan. Bahkan bagi Lucy hal ini sudah biasa.Pada akhirnya pipi Lucy memerah dan merasakan sebuah nyeri. Ia kali ini  tersungkur akibat pukulan yang terlalu keras. Bahkan kamarnya pun terkunci dengan rapat. Kedua orang tuanya kali ini langsung saja pergi meninggalkan Lucy sendirian. “Sebenarnya kenapa aku jadi seperti ini? Kenapa mereka tidak menyayangiku? Apa aku ini bukan anaknya?"  tanya Lucy dengan mengusap salah satu pipinya yang sangat kesakitan.  Ingatannya kembali mengarah kepada temannya yang selama ini sangat sayang padanya dan selalu melindunginya, yaitu Aya. Setiap masalah yang Lucy terima selalu ingat Aya.'. Jika kamu sedih, ingatlah aku. Aku akan selalu melindungimu Lucy.' bayangan itu terngiang di fikiran Lucy ketika matanya terpejam untuk beberapa waktu.Tanpa terasa ketika ia melihat jam di dinding saat itu waktu sudah sore. Lucy langsun
Baca selengkapnya
4. Pacar Ibu
  (Aya Sharma)  "Semoga Suichi cepat sembuh," gumamnya mengingat bagaimana sahabatnya yang kecelakaan karena dirinya.  Aksi kejaran bersama preman pemabuk itu nyatanya berujung maut.  Gadis berseragam putih abu yang kini sudah kotor itu melambatkan langkah kakinya ketika melihat mobil mewah perparkir di depan rumah kedua orang Tuanya.“Pasti pacar ibu lagi." Aya berdecak dengan mata memutar malas.Dengan santai Aya menuju ke pintu yang terbuka dengan lebar.Suara cekikikan manja bisa ia dengar, "makasih ya mas ini bagus sekali. Seorang wanita cantik memegangi liontin kalung di lehernya.“Mas? Huwek ... aku ingin muntah," batin Aya menutup mulutnya dengan jijik ketika pria yang bersama dengan ibunya itu lebih muda.“Sama-sama sayang."Aya mendecih pelan membuat pandangan mereka mengarah kepada siapa yang datang. Dengan wajah datar tanpa menyapa, Aya berjalan melewati mereka. Aya pura-pura tidak melihat dan mengangg
Baca selengkapnya
6. Perhatian ART
Setelah mengaambil benda untuk meredakan panas yang diderita Aya saat ini, Mbok Sumi segera kembali ke kamar sang Nona untuk diobatinya. Tak lupa juga ia bawakan obat penurun panas.Namun langkahnya dicegah oleh matian, “Buat apa itu? Siapa yang sakit?" tanya wanita itu memandangi mangkuk kecil berisi kain dibawa oleh pembantunya.“Non Aya, Nyonya. Beliau badannya panas," jelas wanita itu dengan raut khawatir. Kekhawatirannya lebih mencerminkan jika Mbok Sumi yang merupakan seorang ibu disini.“Oh ... " Marian justru hanya ber oh ria saja. Ia lebih memperdulikan dengan bingkisan di tangannya dan mendahului langkah Mbok Sumi.Mbok Sumi membuka mulutnya. Ia fikir setelah mengatakan jika Aya sakit maka Marian akan khawatir juga, tetapi ia salah kaprah.Mbok Sumi hanya bisa berkata di dalam hati, "kasihan non Aya. Sakit saja Nyonya tidak khawatir. Apa karena non Aya bukan anak kandung Nyonya. Tapi setidaknya luangkan lah waktu untuk putrinya. Sedikit saja. Bukan hanya mel
Baca selengkapnya
7. Semangat Untuk Merokok Di Kantin
 Keesokan harinya, Aya nampaknya sudah merasa lebih baik. Mbok Sumi seperti biasa sudah membukakan gorden jendela kamarnya sehingga mentari pagi membuat Aya merasa kurang nyaman dalam mimpinya.Aya pun terpaksa membuka matanya.“Maaf non ... soalnya ini sudah siang. Meskipun non sedang sakit tetapi tidak baik kalau tidak terkena cahaya matahari pagi," terang wanita itu alakadarnya.Aya beringsut duduk, “Aku sudah merasa baikan kok, Mbok. Kayaknya udah nggak pusing lagi. Aku mau berangkat sekolah hari ini," terang Aya agak semangat.Bukan semangat belajar, Aya lebih suka nongkrong di belakang kantin sembari membuang banyak puntung rokok dengan beberapa teman pria.“Saya akan menyiapkan seragamnya, Non. Kemarin saya sudah ijinkan kalau non Aya tidak hadir," jelas wanita itu.“Makasih, Mbok. Nggak diijinin juga gak papa. Udah gak ada pelajaran lagi. Sekarang tinggal nunggu kelulusan saja," terang Aya.“Owh begitu to."“Ya sudah ... Aku mau mandi." Aya langs
Baca selengkapnya
8. Broken Home 2
Tanpa menjawab pertanyaan panik dari Aya, Lusi langsung saja memeluk Aya dengan eratnya. Luka pedihnya seketika hengkang ketika Aya datang.“Mereka jahat sekali padaku. Aku tidak diperbolehkan untuk sekolah lagi," jelas wanita itu dengan suara parau.Aya bisa merasakan jika bahu wanita itu bergetar dengan tangisannya yang luruh.Diusapnya rambut Lusi dengan lembut. Ia merasa trenyuh dengan keadaan wanita yang umurnya setahun lebih muda ketimbang dirinya.Setelah agak tenang, Aya berkata, "kalau begitu kamu turuti saja apa kemauan mereka. Daripada kamu dipukuli seperti ini," ucap sharna dengan lirih. Ia tidak tega Lusi dipukuli seperti ini. Sudah sejak dulu, tetapi Lusi tetap memaksakan diri untuk sekolah.Aya kini melepas pelukan dari Lusi. Hiks ... hiks ... hiks ...Tangisan Lusi semakin menjadi. Jujur saja Aya bingung dengan tangisan dari adik kelasnya itu. Ia segera mengusap air mata Lusi.“Kamu tenang dulu ya. Aku akan mengobati lukamu," ucap Aya se
Baca selengkapnya
9. Jeruk Makan Jeruk
Glek...“Jeruk makan jeruk dong," batin Aya dengan mata membola lebar karena terkejut.“Aku mencintai Kakak karena cuman Kak Aya yang selama ini perduli padaku. Tidak ada orang yang mau menyayangiku," lanjut gadis itu menundukkan kepalanya tidak berani menatap wanita yang selalu melindunginya.“Aku sayang sama kamu seperti adikku. Anggap saja kamu adalah adikku." Aya menjawab ujaran hati seorang Lusi. “Tidak Kak. Kakak salah, aku mencintai Kakak lebih. Seperti cinta seorang suami kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Aku ingin selalu bersama dengan Kak Aya." Wanita itu masih mengungkapkan perasaannya.Aya bisa menangkap fikiran dari temannya itu. Teman wanita yang mencintai Aya. Aya menggelengkan kepalanya, “Jangan begitu. Kita harus ingat bentuk dan wujud kita," terang Aya mencoba untuk membuat wanita itu mengerti. Wanita itu menggelengkan kepalanya dengan keras, “Jika Kak Aya tidak bisa  membalas cintaku, lalu apa gunanya aku hidup. Ti
Baca selengkapnya
10. 17 Tahun
“Aku sudah dewasa. 17 tahun loh. Kalian harus ingat itu! Sebentar lagi aku ulang tahun," seloroh Aya. Ia mengerucutkan bibirnya ketika mendadak jadi malas. Ia pun kembali duduk dengan sedikit mengerti dengan apa yang dimaksud mereka. Tentu ia tidak bodoh dalam menerka tontonan apa yang sedang mereka pandang itu.Kini Aya tidak lagi penasaran. Ia lebih memilih bermain kartu dengan ketiga pria lainnya. Sampai tepat selesai bermain, suara orang datang membuat mereka menoleh.Sementara Aya justru sudah ada agak jauh dari para teman lelakinya sembari memejamkan mata dengan menikmati isapan demi isapan.“Eh … Suichi? Dimana dia? Biasanya dia selalu bareng kamu. Lengkat kaya perangko?” tanya Gerald ketika ingat dengan Suichi yang tidak menampakan batang hidungnya.“Haha … kali aja dia lagi di perpus. Dia sangat rajin sekali,” celetuk yang lain.Aya menghela nafas dengan panjang ketika mengingat keadaan temannya sekarang,
Baca selengkapnya
11. Perhatian Lebih Dari Teman
Dengan khawatir Lusi berbisik, "Kak Aya terluka."Lusi menunjuk luka itu sehingga sang empunya memandang bawah pundak yang berdarah. Bahkan darah itu menempel pada seragam putih yang ia kenakan.Melihat luka itu, Aya meringis. Ia menyadari rasa nyeri itu ketika Lusi memberitahukan lukanya.Lusi langsung saja menaikan roknya dan mengeluarkan benda tajam yang tadi ia bawa. Hal yang membuat Aya terkejut adalah ketika Lusi merobek rok seragam sekolahnya.“Lusi apa yang kamu lakukan?" tanya Aya langsung saja menghentikan tangan Lusi.Namun Lusi segera menepisnya, “Luka Kakak bisa infeksi.” Gadis itu menjawab sembari menyelesaikan sobekan pada seragamnya. Kemudian mengarahkannya ke luka Aya. Namun sebelumnya ia membersihkan cairan merah dengan tisu terlebih dahulu.Setelah selesai, pakaian Lusi saat ini sudah tidak utuh lagi seperti yang tadi. Aya yang melihatnya menjadi kurang enak. Ia langsung saja membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status