Mr. Rahasia

Mr. Rahasia

By:  Kysera  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
8
1 rating
14Chapters
2.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Warning !!! Bijaklah dalam memilih bacaan. Beberapa bab dalam cerita ini mengandung unsur 21+ "Aku mencintaimu, Paman. Kenapa kau tega mencampakkan ku dan memilih dia? Apa salahku?" Aleeya Lucia William. "Dia istri ku yang menghilang sembilan tahun yang lalu." Adrian Kawena Willson.

View More
Mr. Rahasia Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
GameBOY
Adreya = Adrian–Aleeya atau Adrela = Adrian–Aleeya
2022-04-03 20:16:29
0
14 Chapters
1. Prolog
    "Saya terima nikah dan kawinnya Aleeya Lucia William binti Carson William dengan maskawin tersebut, tunai."     "Bagaimana para saksi, sah?"     "Sah!"     Ucapan itu selalu terngiang dalam kepala seorang gadis manis, Aleeya Lucia William berusia dua puluh tahun. Kejadian mengenaskan beberapa jam lalu, telah merenggut nyawa sang ayah sekaligus berakhirnya status lajangnya. Di depannya seorang pria maskulin dengan tubuh proporsional sedang berbincang dengan beberapa pria dengan tubuh serupa. Pria itu adalah Adrian Kawena Willson, Agen Khusus berusia tiga puluh tahun yang baru saja sah menjadi suaminya.     "Permisi, Dok. Pimpinan rumah sakit meminta Anda untuk ke ruangannya." Seorang suster muda berparas cantik menghampiri Aleeya yang tengah duduk di depan ruangan.     "Baik, Sus terima kasih." Aleeya menatap lembut suster.     "Sama-sama, Dok." Suster berlalu men
Read more
2. Perhatian Kecil
    Adrian mengguncang pelan tubuh Aleeya yang baru saja ia letakkan di kasur. Betapa terkejutnya ia ketika menemukan gadis itu tergeletak di depan pintu kamar mandi. Tidak ada yang tahu sudah berapa lama Aleeya tidak sadarkan diri, karena ia sedang bekerja dan tidak ada seorang pun di apartemennya.     Seminggu yang lalu Adrian membawa Aleeya ke apartemen miliknya usai pemakaman. Seminggu yang lalu juga ia tidak lagi berbicara dengan Aleeya. Gadis itu selalu menutup diri dan tampak uring-uringan. Adrian yang tidak ingin ambil pusing membiarkannya begitu saja dan tetap menyiapkan kebutuhan Aleeya.     "Aleeya, bangun! Aleeya bangun, Sayang!" pekik Adrian sambil menepuk lembut pipi Aleeya. Raut wajahnya tampak khawatir, karena gadis itu belum membuka matanya. Sayang? Yah, Adrian biasa menggunakan panggilan itu bahkan sebelum mereka menikah. Adrian sudah menganggap Aleeya seperti kepona
Read more
3. Wanita Rahasia
    Seorang pria berbalut kaos tipis dan celana pendek sedang berkutat di dapur. Gerakannya cekatan dan terampil. Di atas meja sudah terhidang jenis makanan yang dapat menggelitik penciuman dan membangkitkan selera makan. Sesekali ia melirik lorong kecil yang terdapat dua pintu saling berhadapan. Krek! Suara pintu terbuka menjadi perhatian pria yang sedang memindahkan hidangan ke meja makan minimalis.     "Aleeya, kemarilah kita makan," pinta pria itu pada gadis yang baru saja keluar dari kamarnya.     Gadis berpiama itu mendekat dengan senyum yang mengembang. "Paman memasak semua ini?" tanya Aleeya tampak kagum. Adrian mengangguk dan menampilkan senyum. Aleeya merasa malu dan minder, karena selama ini ia hanya bisa memasak air dan mi instan.     "Duduk!"    Aleeya terkejut ketika Adrian sudah menarik kursi untuknya. "Makasih,
Read more
4. Pengakuan Dave
    Aleeya sedang berdiri di depan cermin yang memperlihatkan pantulan dirinya secara menyeluruh. Ia tampak cantik menggunakan kemeja berwarna merah muda dan rok sepan pendek berwarna putih. Rambut panjangnya ia biarkan terurai. Tidak lupa riasan tipis pada wajah agar terkesan natural.     "Aku sudah tidak sabar bertemu dengan Dave," gumam Aleeya, tersenyum. Ia sangat merindukan kekasihnya. Sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu. Dave juga tidak pernah menghubungi atau membalas pesan-pesan Aleeya.     Tok! Tok! Tok!     Aleeya membuang nafas pelan sambil melirik ke pintu yang di ketuk. Ia berjalan santai menuju pintu sambil menenteng hand bag sewarna dengan baju. Krek! Pintu terbuka setelah Aleeya menurunkan handel.     "Aku sudah membuat sarapan. Kamu makan dulu, baru kita berangkat," pinta Adrian yang sudah rapi dengan se
Read more
5. Kemarahan Adrian
     Aleeya mendorong tubuh Dave. Kali ini Dave menuruti Aleeya, ia tidak lagi menahan Aleeya berada dalam dekapan.      "Paman …." Aleeya memutar tubuh yang masih terkejut. "Pulang!" tegas Adrian.       Adrian menjadi saksi perseteruan antara Aleeya dan Dave. Susah payah ia menahan emosi untuk tidak menghajar Dave saat ini juga. Padahal ia bisa saja melakukan tindakan di luar batas pada Dave, jika saja tidak ada Aleeya. Tidak sia-sia ia mencari keberadaan Aleeya untuk mengantarkan barang milik Aleeya yang tertinggal.      "Kemari!" pinta Adrian yang masih berdiri tegap di ambang pintu dengan kedua tangan ia masukan dalam saku celana.      Aleeya menunduk, perlahan ia berjalan menuju Adrian. Sadar tidak memiliki alasan untuk tetap berada di sini dan Adrian satu-satunya tempat ia kembali untuk melanjutkan hidup.      "Aleeya …," lirih Dave. Panggilan itu m
Read more
6. Teror
     Orang-orang berlari dengan histeris, saat menyadari diri mereka dalam bahaya.      "Paman," bisik Aleeya sambil mendongak menatap Adrian yang sedang mendekapnya.      Adrian memutar tubuh mereka, sehingga tubuh Aleeya berada tepat di pintu bagasi mobil yang memiliki desain cukup besar untuk berlindung. Adrian tahu, serangan itu berasal dari gedung rumah sakit yang berada tepat di belakang mereka, namun tidak tahu pasti di mana posisi penyerang itu.      "Aleeya, apa kau takut?" tanya Adrian sambil membawa tubuh mereka untuk merunduk.       Dor !      Dor !      Adrian menggerakan tangannya pada beberapa orang yang juga berada di balik mobil, berdekatan dengan dirinya. Adrian memberi isyarat agar mereka yang terjebak di halaman parkir untuk terus menunduk dan tetap tenang.      "Aleeya," panggil Adria
Read more
7. Memulai lembaran baru
   Di kursi mobil dengan pintu terbuka, Aleeya duduk melamun. Pikirannya benar-benar kacau setelah kejadian barusan. Antara memikirkan Dave yang telah mengkhianatinya dan Adrian yang sedang mempertaruhkan nyawa di dalam gedung rumah sakit. "Aleeya …"    Aleeya tersentak ketika Dave menghampirinya dengan wajah penuh luka. Bahkan di kemeja yang ia gunakan terdapat bercak darah akibat pertarungan tadi pagi. "Kak, Dave. Ngapain ke sini?" tanya Aleeya dengan suara bergetar. "Apa kamu baik-baik saja? Aku mengkhawatirkan mu," jawab Deve dengan menjaga jarak dari Aleeya. "Mendingan kakak pergi deh. Aleeya gak mau ngeliat Kak Dave lagi!" Emosi Aleeya mulai memuncak. "Aku cuma mau memastikan kondisi kamu, Aleeya," balas Dave. "Pergi!" bentak Aleeya menahan air mata. Dave yang sadar Aleeya akan menangis, memajukan diri mendekati Aleeya. "Maaf, Tuan, lebih baik anda pergi. Tidak aman berada disini. Hanya orang-o
Read more
8. Setelah dua bulan
"Uncle, aku hanya jalan-jalan ke Mall, kau tidak usah mencemaskan ku.""....""Aku sudah mengerjakan pekerjaan rumah.""….""Kan aku sudah bilang, aku tidak mau pakai jasa pembantu. Aku ingin mandiri."….""Aku senang melakukannya. Dengan begitu aku punya kegiatan saat di apartment.""….""Terserah uncle saja asal tidak menganggu pekerjaan uncle.""….""Oke … baiklah.""Byeee …." Aleeya memutuskan sambungan telepon. Ia sudah terbiasa dengan Adrian yang selalu menelepon di saat mereka tidak bersama. Padahal, Adrian hanya pergi bekerja di pagi hari dan pulang ketika sore.     Setelah dua bulan berlalu, hubungan Adrian dan Aleeya semakin membaik. Gadis itu mulai belajar banyak hal, mulai dari membereskan apartment, memasak, dan berbelanja, meskipun masih banyak
Read more
9. Ajakan bulan madu
Adrian mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru resto untuk mencari keberadaan seseorang. ”Uncle.” Suara familiar menarik perhatian Adrian. Adrian kebingungan, menatap seorang gadis yang melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu berambut hitam sebahu dengan poni tipis menutupi kening. Ia menggunakan dress tanpa lengan berwarna putih dengan corak bunga-bunga. Adrian sempat terpana dengan sosok itu sampai bayangan Aleeya menyadarkannya. Adrian dengan cepat mengalihkan tatapan ke ponsel. Ia tidak ingin tergoda dan terjerumus ke hal yang salah. Hubungan dirinya dengan Aleeya baru saja membaik. Dan mereka baru saja memulainya dari awal. Bahkan untuk kontak fisik pun mereka belum pernah melakukan. Ia menunggu sampai Aleeya siap. ”Uncle!” Adrian di kejutkan oleh gadis yang melambai padanya tadi. Kin
Read more
10. Pelukan hangat Adrian
Sudah larut malam, Adrian masih sibuk berkutat di depan laptop. Beberapa kali ia menguap dan mengabaikan rasa ngantuknya. Ia harus menyelesaikan beberapa tugas sebelum meninggalkan pekerjaannya untuk mengajak Aleeya bulan madu. Bukan tanpa alasan Adrian mengajak Aleeya bulan madu, ia melakukan itu agar Aleeya kembali ceria dan bisa segera melupakan masa lalu gadis itu. Ia juga tidak mengharapkan lebih dari Aleeya sebagai seorang istri.Tok !Tok !Tok !”Masuk,” ucap Adrian ketika pintu kamarnya di ketuk.Dari balik pintu Aleeya muncul dan menyeringai masuk ke dalam kamar Adrian. Kejadian langka karena ini pertama kalinya Aleeya memasuki kamar Adrian setelah berbulan-bulan tinggal bersama.”Ada apa Aleeya? Kok kamu belum tidur?” tanya Adrian menatap heran Aleeya.”Nggak bisa tidur,” jawab Aleeya sambil melihat-lihat isi kamar Adrian yang maskulin.”Mau saya bantu?” kali ini pertanyaan Adrian berhasil menarik per
Read more
DMCA.com Protection Status