Seumur Hidup Terlalu Lama

Seumur Hidup Terlalu Lama

last updateHuling Na-update : 2025-08-14
By:  Suzy WiryantyIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Hindi Sapat ang Ratings
14Mga Kabanata
56views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

Rahuma tidak pernah menyangka dirinya yang akan dipilih Arya sebagai istri-alih-alih salah satu dari kedua kakaknya. Padahal, Uma baru saja lulus SMA dan menyimpan cita-cita besar untuk kuliah, demi mengangkat derajat keluarganya. Namun, mimpi itu harus dikubur dalam-dalam saat pernikahan datang tanpa cinta, tanpa pilihan. Tiga tahun berlalu, Uma menjalani hidup dalam diam dan luka. Hingga sebuah kebenaran pahit mengubah segalanya. Ia memilih pergi, membawa trauma yang membuatnya menutup hati rapat-rapat untuk semua pria. Sampai takdir mempertemukannya kembali dengan Gentala Hanenda-kakak kelasnya saat SMA yang kini menjadi dosennya. Pria yang perlahan menguji keyakinannya bahwa tidak semua laki-laki itu sama. "Semua laki-laki itu sama. Hanya beda cara menyakitinya saja." -Rahuma Kinanti "Itu karena kamu terus berhubungan dengan lelaki yang salah." -Gentala Hanenda

view more

Kabanata 1

1. Perjodohan.

"Uma! Kamu mau ke mana lagi sih? Cepat ke sini. Bantu Ibu menata kue-kue!" Bu Rahayu meneriaki putri bungsunya.

"Sebentar, Bu. Uma pakai jilbab dulu." Uma balas berteriak dari dalam kamar. Tangan mungilnya dengan cepat mengikat ujung jilbabnya.

"Lha, ngapain kamu dandan segala? Yang mau dipilih oleh Arya itu, kakak-kakakmu. Bukan anak piyik sepertimu," omel Bu Rahayu seraya menyusun hidangan.

"Iya, Uma tahu kok, Bu. Uma memakai jilbab bukan karena ingin dilihat Mas Arya, tapi Uma sedang menunggu paket. Keterangannya paket Uma sedang diantar ke alamat tujuan." Uma yang sudah keluar dari kamar dan berjilbab rapi memberi alasan pada sang ibu.

"Oh, ya sudah. Susun kue-kue ini dengan wadah-wadah yang cantik. Kita harus membuat keluarga Tjokro terkesan. Ibu mau melihat persiapan kakak-kakakmu dulu. Mereka harus tampil secantik mungkin." Bu Rahayu bergegas naik ke lantai dua. Ia harus menunjukkan kecantikan kedua putrinya yang paripurna. Acara perjodohan ini sudah mereka persiapkan sejak lama. Tepatnya sejak suaminya dan almarhum Pak Tjokro muda.

Dengan cekatan Uma menyusun kue-kue kering ke dalam toples-toples kaca kesayangan ibunya. Sambil bekerja matanya terus melirik pintu pagar. Ia sedang menunggu kedatangan Pak Kus— kurir pengantar paket di wilayahnya. Ia memesan buku-buku online untuk keperluan studinya. Buku-buku yang ia pesan adalah buku-buku UTBK yang berisi contoh-contoh soal untuk Persiapan masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Dari kejauhan, suara knalpot motor tua yang khas mulai terdengar. Senyum Uma merekah. Apa yang ia tunggu-tunggu sudah datang!

“Pak Kus!” seru Uma senang. Ia buru-buru meletakkan toples dan berlari kecil ke arah pagar.

Pak Kus melambai, senyumnya mengembang.

“Rahuma Kinanti!" Pak Kus mengeja nama penerima di paket. Uma tertawa. Pak Kus memang selalu memanggil nama lengkapnya.

“Pak Kus kok selalu memanggil nama lengkap saya sih?” ujar Uma sembari menerima paket.

"Soalnya nama kamu itu bagus sekali. Rahuma Kinanti. Artinya, kasih sayang yang abadi. Orang tuamu pintar sekali memberimu nama.” Pak Kus mengacungkan jempolnya.

Uma tertawa. Sembari mengucapkan terima kasih, ia menyelipkan selembar uang sepuluh ribuan ke tangan Pak Kus. Pak Kus gantian mengucapkan terima kasih dengan mata berbinar. Doa tulus ia panjatkan dalam hati. Semoga gadis remaja ini sukses menggapai cita-cintanya.

Tepat setelah Pak Kus berlalu, sebuah mobil mewah berwarna hitam, berhenti di depan pagar.

“Uma, buka pagar! Keluarga Tjokro datang!” teriak ibunya dari teras.

Uma mengepit paket di ketiak, lalu membuka pagar lebar-lebar. Mobil hitam mengilat perlahan memasuki halaman rumah yang sempit. Dari balik kaca gelap, terlihat tiga orang duduk di dalam mobil.

Setelah menutup pagar, Uma buru-buru masuk dan langsung ke kamarnya. Dengan tidak sabar ia membuka bungkus paket dan duduk di meja belajar. Sejurus kemudian ia sudah menekuni soal-soal tryout UTBK. Riuh suara tamu di ruang tamu tak dihiraukannya.

Namun, kesibukannya terusik saat terdengar suara ibunya memanggil.

“Uma, ini sebentar, Nak.”

Uma menutup bukunya dan berjalan menuju ruang tamu dengan langkah ragu. Begitu sampai, ia langsung merasakan aura yang tidak enak.

Di hadapannya, duduk Bu Mirna Hadi Tjokro—sosok yang tampak seperti ibu-ibu orang kaya di sinetron-sinetron: berkebaya anggun dengan kipas yang berdentang di tangan kiri, dan tas bermerek tersampir angkuh di siku. Ia melirik Uma sekilas, seperti menilai harga barang di etalase.

Di sebelahnya, Arya Hadi Tjokro— anak duduk dengan raut wajah bosan sambil bermain ponsel. Meski tampan rupawan, Arya tampak tidak sopan dan menyebalkan. Sementara Aryani, sang kakak, duduk anggun namun angkuh, tetap bersikap sang ibu versi muda.

Bu Rahayu tersenyum kikuk. “Ini Uma, anak bungsuku.”

Uma tersenyum sopan dan membungkuk, hendak menyalami tangan Bu Mirna.

Namun, wanita itu menarik tangannya dan terus mengipasi wajahnya. Uma tertegun, lalu pelan-pelan menarik tangannya kembali.

Hening sejenak, hingga akhirnya Arya membuka suara. Santai, tapi cukup keras untuk semua pendengaran.

“Aku pilih dia saja, Bu,” kata Arya sambil menunjuk Uma.

Suasana ruang tamu seketika membeku.

Uma membelalak. “Maaf, apa… maksudnya?” Uma mundur satu langkah.

Arya menatap sang ibu. Ia ingin ibunya saja yang menjelaskan. Ia malas terlibat dalam drama-drama seperti ini.

“Ayahmu dulu bilang bahwa semua anaknya boleh dipilih. Kamu juga anaknya bukan?” Bu Mirna akhirnya berbicara, suaranya datar namun mengintimidasi.

“Tapi aku masih SMA. Aku baru lulus sekolah dan ingin kuliah. Aku tidak berpikir soal pernikahan,” ucap Uma ngeri.

"Iya, Bu Mirna. Rahuma baru berusia 18 tahun. Masih kecil. Rauda dan Raima lebih siap. Mereka sudah dewasa. Rauda sudah berusia 25 tahun dan berprofesi sebagai seorang perawat. Sementara Raima 24 tahun dan saat ini bekerja di perusahaan asing. Mereka berdua lebih cocok menjadi pendamping Arya," Bu Rahayu menyela, suaranya penuh harap.

“Yang mau nikah itu Arya bukan aku,” potong Bu Mirna dingin. “Dan dia sudah memilih.”

Bu Mirna kemudian meletakkan kipas di pangkuan dan menatap langsung ke arah Bu Rahayu.

"Kalau Uma bersedia menikah, kami akan menanggung seluruh biaya operasi lewat suamimu—Anwar. Kami beri waktu tiga hari untuk berpikir. Jika kalian setuju, pernikahan bisa dilangsungkan sebulan kemudian. Semakin cepat kalian membuat keputusan, semakin cepat operasi dilakukan. Jadi Anwar tidak harus berlama-lama sakit menahannya."

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

Walang Komento
14 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status