Si Tomboy Hanny dan ayam

Si Tomboy Hanny dan ayam

Oleh:  Hanny Gadry  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
14Bab
1.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Hanny sang gadis ceria dan ayam kesayangannya si Jack, bermain dalam keseharian di alam pedesaan yang asri. Apakah Hanny bisa merubah dirinya menjadi feminim atau tetap menjadi Hanny yang tomboy.

Lihat lebih banyak
Si Tomboy Hanny dan ayam Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Hanny Gadry
Novelnya lucu, teenlite ... Next ya Thor ...
2021-11-09 07:55:40
0
14 Bab
Pagi Hanny
"Hanny!" Abah berteriak dari dapur.Ambu tergopoh-gopoh masuk dari pintu belakang setelah membuang sampah."Ada apa, Abah?" Ambu gemetaran."Itu anak kamu kemana, Pagi-pagi sudah ngelayap?" Abah membetulkan kumisnya yang hanya berapa lembar."Loh, dia lagi turun ke bawah rumah Dodi, katanya mau ngawinin si Jack." Ambu mengambil pisang un
Baca selengkapnya
Sekolah
Si Jack berkokok itu berarti hari sudah pukul empat pagi."Hanny, bangun ... ayo sholat!" Ambu berteriak dan aku memicingkan mata."Ambu, Abah sudah bangun?" Aku ingin memeluk Ambu namun ditepisnya."Sudah atuh, kan Abah mau ke masjid sholat berjamaah." Ambu membuka jendela. Hawa dingin langsung masuk ke dalam kamar. Udara pedesaan yang masih asri juga hawa sisa hujan semalam membuat pagi ini sungguh terasa beda."Ambu, si Jack kedinginan nggak ya?" Aku turun dari ranjang dan melipat selimut yang semalam dipakai."Ya enggak atuh, kan dia itu hewan yang ada bulunya, kenapa, kamu mau bawa dia tidur sama kamu?" Ambu memencet hidungku sedangkan aku hanya tertawa."Sudah sholat sana!" Ambu memintaku segera sholat."Iya, Ambu, ya sudah aku mau mandi dan sholat." segera aku bergegas ke kamar mandi.***Selesai sholat langsung menyiapkan buku sekolah yang masih berserak di atas meja belajar. Hari Senin memang hari yang sangat ti
Baca selengkapnya
Pulang Sekolah
Aku dan my lovely friend mendengar lonceng sekolah berbunyi langsung berhamburan keluar kelas untuk beristirahat. "Gila si Hanny dan Dewi berani pura-pura sakit buat istirahat di UKS." Jamal memencet hidungku. "Pegel Mal, kaki aku berdiri upacara." Aku menjawabnya sambil menarik tangan Rita untuk bergandengan menuju kantin. "Sekali-kali aku mau ah, kayak kalian." Acop membuatku tertawa terpingkal-pingkal. "Mana mungkin mereka percaya, Cop ma lu, secara kulit lu tuh Ireng, pasti kuat kalo kena matahari." Dewi tertawa. "Iiih, kalian jahat bawa-bawa warna kulit." Acop nyengir kuda. "Lagian lu mau pake acara pura-pura pingsan." Dadang mengacak-acak rambut Acop yang kribo. Sampai di kantin langsung ngantri dan mengambil gorengan lalu duduk di bangku. "Awas lu ya pada bayar nggak bener." Jamal melotot ke arah kami. "Siapa yang suka begitu, Mal?" tanya Acop. "Si Dadang, Hanny, lu juga Cop, makan tiga bayar dua.
Baca selengkapnya
Time To Rest
Azan berkumandang dan sebelum sholat magrib aku mandi terlebih dahulu. Dinginnya air membuat aku bergidik kedinginan. Selesai mandi dan keluar kamar mandi aku melihat Ambu akan menunaikan sholat. "Ambu, bareng sama Hanny sholatnya." Ambu melihat ke arahku dan senyumannya terlihat sangat bersahaja. "Iya, ayo bareng buru, Nak."  Segera aku masuk ke dalam kamar dan mengambil peralatan sholat. Aku menggelar sajadah di kamar Ambu dengan sinar lampu yang temaram. "Ambu, Hanny komat dulu." "Iya, hayu buruan." Ambu membetulkan sajadah yang dipakainya. Suasana husyuk ketika sholat membuatku merasa lebih dekat dengan Sang Mahapencipta. Selesai sholat dan berdoa aku mencium tangan Ambu dengan takzim. "Ambu, tadi di sekolah teman-teman ngajak mau naik gunung Sabtu ini. Abah mengizinkan tidak ya?" Aku takut Ambu tidak setuju dan hanya bisa menundukkan kepala. "Tanya Abah aja atuh nanti. Tapi Ambu rasa sih, Abah kamu tid
Baca selengkapnya
Purnama
PurnamaEnam sahabat menikmati malam minggu dengan bahagia. Jamal mengambil gitar kemudian memainkan melodi, semua menikmati termasuk Abah dan Ambu malam itu. Setelah Jamal bermain gitar dengan sepuluh lagu request kami, aku akhirnya mengambil gitar dan mulai bermain gitar. Tentu saja Abah dan Ambu saling berpandangan.“Hanny, kamu bias main gitar?” Abah bertanya.“Bisa dong, Abah.” Aku menjawab sambil mulai menarik nafas.“Kapan kamu belajar gitar? Abah nggak pernah lihat.” Abah masih penasaran.“Yey, Abah, coba dengar ya.” Aku dengan muka serius memegang gitar dan mengambil posisi untuk memainkannya.  Melihat itu semua memandangku.JreeengSemua bertepuk tangan. Aku menarik suara, “Tek kotek kotek kotek kotek … induk ayam turun berkotek.” Baru mulai nyanyi semua langsung bersorak.HuuuAku tertawa karena tidak sesuai ekspektasi mereka saat bermain
Baca selengkapnya
Minggu Si Jack Hilang
Setelah shalat shubuh kami izin untuk lari pagi. Hawa gunung yang dingin membuat kami bersemangat karena udaranya sangat segar. "May, Cape." Aku menggapai tangan jamal. "Kayaknya sudah enam kilo ini kita lari." Jamal mengenggam tanganku sedang yang lain sudah di depan. "Hilih masa preman kalah sih." Rita melihatku dan tertawa. "Si Tomboy Hanny laper itu." Dewi berkata sambil ngos-ngosan. "Iya dong, apa kabar dunia kita belum sarapan ini." Aku tertawa mendengar ledekan mereka. "Hayu, cepet kita nyari bubur ayam Mang Herman." Acop berlari mendahului. Triiing Mendengar kata bubur ayam membuat aku bersemangat. Aromanya yang wangi bawang goreng, seledri, kuah ayam, kerupuk, kacang goreng tambah sambal dua sendok. Aku berlari mendahului mereka. "Haaahaaa, katanya tadi cape, denger bubur ayam langsung mabur, Hanny." Dadang tertawa melihatku yang berada di depan mereka. "Alhamdulillah waras." Jamal pun tertawa.
Baca selengkapnya
Wajar Dong
Kembali menuju rumah dengan hati gembira. Sepanjang perjalanan banyak yang menatapku aneh menenteng si Jack."Han, kamu dari mana nenteng si Jack?" tanya Irpan sahabat kecilku dulu."Dari rumah Kang Sule, Pan, ternyata si Jack mau sama ayam Kang Sule."Irpan adalah sahabatku yang sering ken flu tengan dua garis hijau biasanya keluar dari hidungnya."Ih, kamu nggak malu apa, bawa-bawa ayam di ketiak?" Irpan mengelap ingus yang keluar dari hidungnya dengan tissue."Wew, nggak malu atuh, Pan, kamu kan tahu, cita-cita aku menjadi juragan ayam terkenal." Aku melangkah pergi darinya karena merasakan mual melihat garis dua hijau yang keluar dari hidung si Irpan..Sampai di rumah akupun langsung memasukkan si Jack ke dalam kandang. Abah dan Ambu masih duduk di teras rumas."Kamu ketemu di mana sama si Jack, Han?" Abah bertanya sambil menyeruput kopi.Aku menghampiri mereka dan duduk di tengah-tengah mereka."Kamu cuci ta
Baca selengkapnya
Sahabat Dan Cinta 1
Malam beranjak, setelah shalat isya aku mengambil buku dan membacanya sambil tiduran di kasur. Ambu tiba-tiba masuk. "Eh, anak Ambu tidaK boleh lo, baca sambil rebahan." Ambu mencoba meraih buku tapi aku menahannya. "Ih, Ambu, lagi enak ini. Pegal kalo duduk terus." Aku menggeser tidurku agar Ambu bisa duduk di sebelahku. "Han, kamu mau minum susu?" Ambu menawarkan susu padaku. "Nggak, ah, Ambu, Hanny malas minum susu soalnya suka seret tenggorokan." Aku menolaknya dan terus membaca. "Han, Ambu tidur dulu atuh, kamu baca jangan terlalu larut." "Iya, Ambu, ini karena besok mau ulangan bahasa Indonesia juga PPKn. Pusing Hanny, soalnya hampir mirip biasanya jawabannya. lieur." Aku menggaruk kepala dan Ambu tertawa. "Ya udah atuh. Tapi dulu mah Ambu sekolah kalau menjawab soal ulangan pasti sekenanya sesuai peeling." Ambu memberikan saran. "Asik kalo gitu Ambu. Hanny, besok juga ngikutin gaya Ambu ah."  "Jangan
Baca selengkapnya
Sahabat Dan Cinta 2
Pagipun menjelang, setelah shalat subuh aku segera menyiapkan buku yang menjadi mata pelajaran hari ini."Hanny, ayo makan dulu." Abah berteriak ketika aku akan keluar melihat si Jack."Iya, Bah, bentar ... liat si Jack dulu." Aku melangkah keluar dan aku melihat si Jack sedang makan makanan yang masih hangat."Aduh, Jack kamu sudah makan? aku aja belum." Aku mendekatinya dan mengelus punggungnya.kok ... kok ... kokSi Jack seakan memberitahu bahwa nikmatnya sarapan pagi dia."Hey, jack, aku mau ujian nanti. Kamu doain yah, nanti biar aku bawa nyari cewek. Kalo kamu nggak doain aku bakal bawa kamu ke si Mita."Aku tertawa mendengar si Jack yang tampak tersedak dan langsung minum."Han, Hanny ... buru sarapan ini, nanti keburu siang." Ambu berteriak dari dalam rumah."Iya, Ambu, sebentar."Sekali lagi aku mengelus si Jack dan kemudian masuk ke dalam rumah."Ambu, Abah, hari ini Hanny ujian. Min
Baca selengkapnya
Istirahat
Kami terus berjalan ke arah kantin Pak Udin. Begitu sampai kantin istrinya Pak Udin sudah mengenal kami enam sekawan. "Eh, kalian. Mau duduk dimana?" Katanya mempersilahkan kami untuk duduk. Jamal menarikku untuk duduk di pojok kantin. Dewi, Rita, Acop dan Dadang merasa aneh dengan tingkah Jamal. "Mal, tumben lu baik ma Hanny, kena angin apa?" Kata Dadang sambil tertawa. "Angin mamiri dia, Dang, atau Hanny kasih sogokan agar dia bisa nyontek." Acop menimpali ucapan Dadang. "Hu'uh, kamu, kasih berapa si Jamal?" Rita melirik aku. "Mana ada aku kasih, yang aku bilang sama dia. semoga amal ibadahnya di terima di sisi_NYA." Sssttt Jamal menarik rambutku, "Emang aku mati apa, Han?"  Kami semua tertawa terbahak-bahak. Suara kami seakan menjadi magnet bagi teman yang lain. "Si Hanny, kalo nggak nyontek dari kamu, gimana yah, Mal?" Dewi melihat ke arah Jamal. "Paling dia pulangnya marah-marah, nggak
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status