Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua

Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua

Oleh:  Pemanis Aksara  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 Peringkat
49Bab
3.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Setiap laki-laki datang meminang Winda, Bu Nadya selalu meminta mahar jutaan rupiah. Akhirnya, dia perawan tua. Mau sampai kapan derita ini berakhir? Akankah selamanya Winda bertahan atau tidak? Cerita ini diangkat dari kisah nyata dibumbui fiksi.

Lihat lebih banyak
Minta Mahar Jutaan Rupiah, Akhirnya Perawan Tua Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Eka Satria
semangat kakak...
2022-01-16 22:40:17
1
user avatar
BlackJoe
Jangan kelamaan updatenya, thor. Semangat,
2022-01-16 22:24:50
1
49 Bab
Part 01: Lamaran Ditolak
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 01: Lamaran Ditolak!"Bagaimana lamaran anakku?" tanya Bu Aida dengan nada sedikit grogi."Anak ibu punya harta apa? Bekerja pun di tempat biasa saja. Sanggupkah membayar mahar tiga ratus juta?" balas Bu Nadya membuat suasana hati Bu Aida panas. "Setelah menikah dengan anak gadisku, anakmu harus memberi uang bulanan kepadaku minimal sepuluh juta," sambungnya dengan memaksa.Mendengar penuturan Bu Nadya, Haris langsung berdiri dan menarik tangan ibunya untuk beranjak pergi dari tempat itu. Namun, Bu Aida masih mematung dan tidak mau mengindahkan kode yang diberikan anaknya."Sebaiknya kita pergi saja dari rumah ini, Bu. Pantas saja banyak pria yang mundur perlahan. Ternyata Bu Nadya minta mahar tiga ratus juta," ucap Haris.Suasana hening. Namun, wajah Bu Nadya memerah. "Kalau tidak sanggup memberi mahar sesuai yang aku minta, j
Baca selengkapnya
Part 02: Cekcok Masalah Mahar
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 02: Cekcok Masalah MaharPagi hari sangat cerah menyapa bumi. Namun, tidak seperti perasaan yang dialami Winda. Dia beranjak dari atas ranjang menuju halaman rumah yang dihiasi penuh bunga. Langkah kakinya diayunkan perlahan, hingga sampai ke taman depan rumah. Hanya bunga inilah tempatnya menghibur diri.Bu Nadya sedang sibuk bersih-bersih teras rumah. Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil. Dia berhenti sejenak dan melihat mobil yang sudah parkir di halaman rumah.Di sudut halaman rumah, Winda memperhatikan gerak-gerik mereka yang baru saja keluar dari dalam mobil. Sementara dia sengaja sembunyi di antara bunga-bunga yang baru saja disiram."Selamat datang calon menantu dan calon besan," ucap Bu Nadya dengan senyum sumringah.Senyum Bu Nadya dibalas oleh Bu Aura.  Pria yang membuntuti Bu Aura tersenyum tipis sambil menangkupkan kedua tangan sejajar dengan dada."Mari, silakan
Baca selengkapnya
Part 03: Tangan Winda Terkilir
Jangan Larang Aku Menikah! Part 03: Tangan Winda Terkilir   Wajah Bu Nadya berubah merah dan tidak terima atas hinaan Bu Aura. "Pergi kalian dari sini! Aku tidak sudih mempunyai besan yang tidak ada akhlak!" Amuk Bu Nadya sembari menunjuk pintu keluar. Dadanya bergemuruh akibat mendengar hinaan Bu Aura. "Nggak usah pun ibu mengusir kami, aku dan anakku tahu jalan pulang. Semoga saja Winda perawan tua seumur hidup," ucap Bu Aura. Sumpah serapah terlontar dari sudut tepi bibirnya. Mereka beranjak pergi dan tidak menoleh ke arah belakang. Bu Nadya memegangi dadanya yang sesak, asma yang dideritanya mendadak kambuh di waktu yang tidak tepat.  "Bang Anton, tunggu!" teriak Winda sambil mengejar membuntutinya. "Mau apa lagi kamu, Winda? Ibu tidak sudi punya calon menantu seperti kamu! Apalagi punya calon besan seperti benalu," jawab Bu Aura dengan judes sambil terus melangkah cepat. Winda terkejut mendeng
Baca selengkapnya
Part 04: Winda Berniat Kawin Lari
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 03: Winda Berniat Kawin LariPak Zainuddin melarang Bu Nadya pergi ke kamar mandi."Bapak."Pak Zainuddin tidak menghiraukan apa yang dikatakan istrinya."Kasihan Winda, Bu. Nanti takut masa suburnya habis dan susah mendapat keturunan!" nasihatnya kepada Bu Nadya.Tiba-tiba, bola mata Winda berembun. Dia tidak kuasa lagi menahan buliran air mata yang sudah meronta seketika perlahan luruh tanpa pamit. Winda tersaruk pilu dan termangu, mendengar ucapan Pak Zainuddin."Bapak! Tidak boleh begitu. Apa tidak capek membesarkan dan mencari nafkah untuk merawat dan membesarkan Winda mulai dari kandungan sampai sekarang? Lagi pula tidak usah bapak ikut campur masalah mahar yang ibu ajukan."Aku hanya diam seribu bahasa mendengar perdebatan antara bapak dan ibu. 'Ya Allah, bukakanlah hati ibuku agar tidak
Baca selengkapnya
Part 05: Tertangkap Basah
 Jangan Larang Aku Menikah!Part 05: Tertangkap Basah "Apa kamu bilang?""Maaf, Pak. Aku sudah tidak tahan menahan cemoohan dan hinaan orang di luar sana. Apalagi aku pergi ke warung belanja bahan sayuran."Flash back satu hari yang lalu."Winda! Sepertinya kamu sangat nyaman hidup sendiri tanpa ada pendamping sama sekali," tegur Bu Wati sedang memilih sayur untuk diolah pagi ini.Winda baru saja sampai di warung, sudah dapat cemoohan. Mendengar hinaan yang dia terima membuat hatinya tersaruk pilu."Mana ada yang berani melamarnya, ibunya selalu meminta mahar lima ratus juta," balas Bu Sarah sembari mengukir senyum mengejek.Tetangga sekitar rumah selalu menghina dan tidak ada sama sekali memikirkan perasaan Winda."Seandainya pun ada uangku lima ratus juta dan aku punya anak laki-laki. Aku nggak bakalan mau mempunyai menantu dan besan seperti Bu Nadya," sahut Bu Nisma.Bu Sarah da
Baca selengkapnya
Part 06: Ahmad Bingung Istilah Tanam Saham
Jangan Larang Aku Menikah!Part 06: Ahmad Bingung Tanam Saham"Astagfirulloh! Segitunya kah ibu kepada aku dan bapak!" ucap Winda terkejut sehingga vas bunga yang ada di sudut ruang tamu luruh ke lantai karena tersenggolnya."Astagfirullah! Kenapa vas bunga bisa tersenggol dan pakai jatuh segala lagi," ucap Winda sambil menepuk jidat.Bu Nadya melangkah menuju asal suara itu. Winda beranjak pergi agar tidak ketahuan menguping pembicaraan kedua orangtuanya."Mau lari ke mana kamu, Winda?" ucap Bu Nadya menghalangi langkahnya.Langkah kakinya terhenti. Dia berdiri gemetar dan matanya sengaja dipejamkan untuk menghilangkan rasa takut dalam dirinya."Mampuslah, Aku. Bisa kena marah sepuluh ayat ini karena ketahuan menguping," ucapnya lirih."Apa yang kamu lakukan di sini?" seru Bu Nadya dengan mata menyalang dan wajah memerah."Ti-tidak
Baca selengkapnya
Part 07: Nikah Lari
Jangan Larang Aku Menikah! Part 07: Nikah Lari "Ayo, Bang. Buktikan kalau Abang benar-benar serius." Winda memaksa. Sementara Bu Nadya masih sesak karena asma-nya.  "Sudah biarkan saja bapak yang menangani ibu, Bang. Jangan sia-sia 'kan kesempatan ini!" ucap Winda. Ahmad masih saja mematung dan tidak mau bergerak sama sekali. "Apakah adek sudah siap untuk menjadi istri, Abang?" tanya Ahmad dengan sorot mata yang tajam. "Ahmad! Cepat kalian pergi lari dari kampung ini. Jangan banyak tanya lagi. Bapak yakin, Winda sudah siap lahir dan batin untuk membina rumah tangga bersamamu." Restu dari Pak Zainuddin sudah ada. Sementara Ahmad belum yakin kalau Winda sudah siap. Itu sebabnya dia masih mematung. "Bang! Ayo kita pergi!" Winda terus memaksa Ahmad. Winda tidak sabar untuk kawin lari. Itu sebabnya dia memaksa Ahmad kabur dari kampung ini. Ahmad melangkah gontai mengham
Baca selengkapnya
Part 08: Dilema
Jangan Larang Aku Menikah!     Part 08: Dilema   Winda melangkah menuju kamar untuk packing, tidak mungkin dia pergi tanpa ada bekal pakaian sepasang pun. Sementara uang tidak ada sama sekali di tangannya untuk beli baju. Maka dari itu, Winda secara paksa, mau tidak mau harus bawa beberapa pakaian. Tidak butuh waktu lama, usai sudah semua baju dimasukkan ke dalam tas. Winda menyusul Ahmad yang sudah di atas motor dari tadi. Dia langsung naik dan Ahmad men-stater motor bututnya. Winda kelihatan canggung menunggangi motor yang akan membawanya pergi tidak tahu pergi ke mana.  "Maaf, Dek! Karena kita belum sah. Maka tolong jaga jarak." Winda terkejut mendengar ucapan Ahmad. Keadaan seperti ini masih saja menjaga kesuciannya. Dia hanya bisa mengulas senyum, Ahmad terkesima melihat senyumnya jelas kelihatan dari kaca spion. "I-iya, Bang." Sebuah klak
Baca selengkapnya
Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy
Jangan Larang Aku Menikah!     Part 08: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy     Jangan Larang Aku Menikah! Part 09: Bertamu Ke Rumah Tante Lusy   "Oh, itu." Hanya oh yang diutarakan, Winda. Pikirnya melayang dan tidak tahu ke mana arahnya. "Maksudnya apa, Dek!" Winda salah tingkah, tidak tahu ingin berkata apa dan menjelaskannya kepada Ahmad. Sementara raut wajahnya Ahmad memaksa Winda untuk menjawab pertanyaannya. "Itu ajaran sesat yang sangat dimurkai oleh Allah, Bang." Ahmad bergeming dan otaknya traveling memikirkan apa yang diucapkan Winda. "Abang tidak tahu apa maksudnya, Dek! Abang harap jangan bertele-tele," ucapnya penuh penasaran. Ahmad menghembuskan napas kasar dan merasa menggigil. Udara panas kini berubah menjadi dingin.  "Maksud tanam saham itu ... K
Baca selengkapnya
Part 10: Salah Sangka
Jangan Larang Aku Menikah!     Part 08: Salah Sangka   Ahmad menatap Winda, perasaannya baru saja di depannya. Ternyata Winda sudah jauh. Dia naik ke atas motor dan menghidupkan motor bututnya. "Winda ... Winda ... Tolong maafkan aku!" panggil Ahmad sambil mengendarai motornya. Winda tidak perduli apa yang di katakan Ahmad. Perasaannya sudah terluka, akibat perkataan Ahmad. Ahmad memarkirkan motor bututnya di pinggir jalan, lalu dia turun dan menangkap lengan Winda. "Winda! Maaf kan abang, Dek! Aku nggak ada niat mau melakukan tanam saham duluan. Mungkin bukan aku yang ngomong tadi, Dek!" Winda tergugu dan jiwanya nelangsa. Ia berpikir memilih Ahmad akan menjaga dirinya, ternyata sangat bertolak belakang dengan apa yang ia harapkan. Pikirnya nanar dan hatinya kosong, tidak tahu hendak berbuat apa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status