Perceraian yang Terindah

Perceraian yang Terindah

By:  Dwi Nella Mustika  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 ratings
38Chapters
12.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Ibarat pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat ada saatnya jatuh juga. Pun manusia, sepandai-pandainya menyimpan bangkai lambat laun akan tercium juga. Hal itulah yang terjadi di rumah tangga Laniara. Arfan tak lebih dari lelaki murahan pada umumnya. Perbuatan yang tak berperikemanusiaan itupun

View More
Perceraian yang Terindah Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Jack Acai
cerita yang sangat best,ada pengajaran yang baleh diamik dari cerita n
2024-01-14 20:46:32
1
user avatar
Rahwi
suka bgt🫶🏻...️
2024-01-03 11:27:37
2
user avatar
VIGIANI NURIKE
Karya yang menyentuh, bagus banget thor. Ditunggu updatenya selalu ya thor :)
2022-11-02 16:49:02
3
user avatar
Dwi Nella Mustika
Jangan lupa kasih nilai untuk bukuku ya, Readers ...
2022-11-02 11:59:33
2
38 Chapters
Part 1
PERCERAIAN YANG TERINDAHPart 1"Lan ... Mas bisa jelasin apa yang terjadi di kamar hotel tadi." Mas Arfan memegang tanganku. Namun, kulepaskan dengan pelan. Kancing baju kemeja merah maroon tampak terpasang tidak sesuai pada mestinya."Tidak perlu menjelaskan apa-apa lagi, Mas." Kutatap netranya yang memerah mungkin menyesal setelah aku memergokinya sedang 'bermain' di kamar hotel. Tak lupa kuukir senyum manis pada Mas Arfan - lelaki yang sudah lima tahun menikahiku, akan tetapi belum dikaruniai buah hati."Kamu serius, Lan? Kamu tidak marah sama Mas?" tanyanya penuh selidik, seolah tak yakin dengan jawabanku tadi. Dia memutar tubuhku hingga kini aku berhadapan dengan lelaki berambut hitam pekat nan ikal itu."Tidak, Mas," jawabku sigap tetap dengan mengukir senyum. Dan, kembali membersihkan meja makan lepas pakai tadi. "Mas, janji sama kamu, Lan. Mas akan berubah dan
Read more
Part 2
PERCERAIAN YANG TERINDAHPart 2PoV AuthorDi dalam mobil Laniara menangis sejadi-jadinya, berulang kali dia menjambak rambut lurusnya yang berwarna hitam pekat itu, lalu tertawa sembari menangis, "Hahaha, Mas ... Mas ... Salahku apa, Mas? Apa? Hah!" pekiknya sembari memukul stir mobil. Ini sungguh menyakitkan bagi Laniara, wajahnya sekarang kusut, mata sembab, dan ... rambutnya rontok berserakan di bagian pahanya. Kecantikannya semakin pudar bahkan tak sama sekali terlihat."Rasanya aku sudah cukup sabar menghadapi mama dan adikmu, bahkan banyak yang kukorbankan demi kamu dan keluargamu. Tapi nyatanya ini balasan kamu, Mas! Hah!" pekiknya histeris sembari memukul-mukul jok yang dia duduki.Lelaki yang sudah membersamainya selama ini tak setia seperti yang dia bayangkan. Walaupun beberapa bulan lalu Laniara sudah merasakan kejanggalan, akan tetapi dia berusaha untuk menepisnya karena
Read more
Part 3
PERCERAIAN YANG TERINDAHPart 3PoV Arfan"Mas, gimana nih, Lani sudah tahu semuanya," ucap Angel panik sembari mengambil potongan bajunya yang berserakan di lantai."Entahlah," jawabku pasrah dengan mengendikan bahu. Otakku masih belum stabil setelah dipergoki oleh Laniara tadi. Aku hanya kaget bukan cemas.Selepas Laniara pergi dengan kecepatan turbo aku langsung memakai atribut di tubuh yang penuh dengan keringat dingin dan mengambil kunci serep yang dibuang Laniara sebelum pergi serta tak lupa menutup pintu lalu menguncinya. Aku tidak ingin ada orang lain yang melihat tubuh Angel yang begitu memesona di mataku."Mas, kamu jangan diam aja. Gimana kalau semua rencana kita gagal," ujar wanita berambut pirang dengan body bak gitar spanyol yang masih sibuk memakaikan atribut ke tubuhnya.Aku menghela napas pelan lalu meminum seteguk kopi, "sudah, santai
Read more
Part 4
Part 4Kembali ke Laptop Dan ... Angel, wanita yang sudah aku anggap layaknya saudara sendiri rupanya bagaikan ular berkepala dua. Jika tahu akan seperti ini, mungkin aku tidak akan merekomendasikannya.Rasa empatiku pada Angel ternyata disalahgunakan. Aku terpaksa merekomendasikan Angel sebagai pengisi lowongan kerja di kantor Mas Arfan. Terlebih Mas Arfan memang membutuhkan sekretaris, dikarenakan sekretaris sebelumnya sudah resign pasca lahiran.Mahkota yang seharusnya disuguhkan di malam pertama pasca ijab kabul, akan tetapi Angel menyerahkannya sebelum ada ikatan suci. Wanita yang mempunyai dua lesung pipi itu hampit depresi, sempat kehilangan semangat dalam menjalani hidup, mengurung diri berbulan-bulan karena ditinggalkan calon suaminya.Atas dasar itulah aku merekomendasikan Angel, agar wanita yang bertalenta itu punya semangat hidup. Namun ... nyatanya sekarang dia salah satu pisau belati yang menusukku dari belakang.P
Read more
Part 5
PERCERAIAN YANG TERINDAHPart 5Aku mengatur napas setelah memarkir mobil di dalam garasi rumah yang kubeli sebelum menikah dengan Mas Arfan. Sederhana dan tidak begitu luas, akan tetapi ada rasa kebanggaan padaku di usia masih muda sudah diberikan kemampuan oleh Allah untuk berteduh.Alhamdulillah, aku sudah sedikit lebih tenang setelah mengonsumsi obat selepas makan tadi. Dadaku sudah tidak terasa sesak lagi, detak jantungku sudah terasa normal lagi. Selain obat, sepanjang jalan pulang tadi aku selalu beristighfar, agar semakin damai."Assalamu'alaikum.""Heh! Dari mana saja kamu, jam segini baru pulang? Tuh, rapikan meja makan! Gara-gara kamu terlambat pulang kami harus memesan makan online," sergah mama dengan mata yang menyalang sempurna ketika pintu utama terbuka lebar. Bukannya menjawab salamku terlebih dahulu. Namun, ini memang kebiasaan mama yang sudah bertahun-tahun.
Read more
Part 6
PoV Arfan"Mas, gimana di rumah? Laniara marah nggak?" tiba-tiba Angel menghampiriku yang tengah berjalan di lobi. Mengiringi jalanku di sisi sebelah kanan, jaraknya pun sangat dekat."Sssttttt ... nanti saja bahasnya. Kamu nggak liat karyawan pada liatin. Aku nggak mau memancing kecurigaan mereka. Jaga sikap, Ngel!" ujarku berbisik sembari terus berjalan tanpa menoleh ke Angel. Kondisi lobi kantor memang agak ramai, ya, wajar saja karena sudah menunjukkan pukul setengah delapan lewat ketika mataku tertuju pada sebuah jam besar yang menempel di dinding lobi."Ih ... kamu nyebelin deh, Mas," gerutu Angel lalu terdengar hentakan kakinya. Namun, tak kuhiraukan daripada mengundang segudang tanda tanya para pasang mata. Dia tertinggal di belakang karena aku berjalan dengan cepat.Aku pun sedikit heran mengapa para karyawan di lobi menatap aneh padaku. Hmm ... atau mungkin mereka terkesima melihat ketampananku, tapi aku tak mengacuhkan makanya mereka sakit hati. Ah ... bisa jadi. Ya iyalah,
Read more
Part 7
PoV Angel"Halo, Vita. Gimana, tawaran perihal kemarin? Lumayan lho, buat nambah uang saku kamu." tawarku saat telepon tersambung pada Vita. Aku memang tidak suka basa-basi untuk urusan kerjasama. Kalau tidak sesuai yang nggak masalah. Dan, aku bukan tipe pengemis bantuan.Beda di saat aku meminta direkomendasikan sama Laniara, sebenernya posisi Sekretaris bukan pekerjaannya yang kusukai, akan tetapi demi memiliki seseorang, aku akan melakukan apapun."Iya, aku mau. Tapi kalau nanti aku berhasil jangan lupa kasih lebih!" pinta Vita dari seberang sana."Beres mah kalau urusan itu. Jadi, gimana? Mau 'kan?" tanyaku memastikan."Nanti kalau Laniara curiga gimana? 'Kan semenjak dia resign aku nggak ada lagi komunikasi sama dia, Ngel.""Nggak bakalan curiga mah dia, walaupun secara otak dia pintar. Namun, Laniara itu secara bathin dia bodoh karena terlalu positif thingking pada semua orang. Percaya deh, sama aku. Nggak bakalan ketahuan kok.""Ya sudah, aku coba dulu. Nanti jam berapaan kamu
Read more
Part 8
PoV Arfan"Pak, tolong beri saya kesempatan. Bukan saya yang menggodanya, Pak. Angel sendiri yang menyerahkan diri pada saya, Pak!" sahutku penuh mengiba, kuatur sedemikian rupa dengan bersuara lirih. Tak peduli dianggap lelaki seperti apa, yang jelas, aku tidak ingin kehilangan jabatan sebagai Manager. Aku bertekuk lutut, berharap diberi kepercayaan lagi. Dan Pak Sanjaya menarik semua ucapannya."Mas! Kamu apa-apaan, sih. Kita ngelakuin atas dasar suka sama suka. Kamu saja yang lemah iman!" bentak Angel. Kutatap dia dengan tatapan nanar, lalu menyunggingkan ujung bibir ini padanya."Diam! 'Kan memang begitu adanya, kamu yang duluan menggoda saya, Angel!" telunjukku mengudara pada perempuan yang sudah menangis penuh isakan itu. Air matanya begitu deras membasahi pipi. Baru kali ini aku melihatnya menangis, akan tetapi sedikit pun aku tak luluh. Lebih baik kehilangan Angel, ketimbang kehilangan popuritasku.'Pak, saya mohon beribu mohon, Pak. Tolong beri lagi kesempatan pada saya. Kura
Read more
Bab 9
PoV Nina"Abis nelfonan sama siapa, Ma? Kok, senyum-senyum gitu?" tiba-tiba Ayudia masuk ke kamarku. Ya, lagian mana mungkin menantuku itu yang berani masuk ke dalam kamar ini."Ssssssttt ... jangan keras-keras nanyanya. Nanti kedengaran sama Laniara. Tutup pintunya! Ini nih, abis nelfonan sama si Angel-lah. Siapa lagi," sahutku sembari senyum-senyum menatap layar ponselku.Setelah menutup pintu Ayu pun berjalan mendekatiku, kini suaranya pun tidak sekeras tadi, "Angel? Bahas apaan kok sampai senyum-senyum gitu, Ma?" tanya Ayudia penasaran. Aku beranjak, lalu berdiri di depan meja riasku. Kini kami berhadapan."Ya ... seperti biasa lah, Yu. Mama basa-basi kapan diajakin shopping sama si Angel," jawabku semringah. Tentunya, diotakku sudah ada rentetan barang yang akan kubeli jika nanti."Yakin cuma itu aja, Ma. Mana mungkin Kak Angel mau ngasih cuma-cuma, Ma. Sebelumnya dia royal ke kita 'kan ada tujuan juga.""Ya ... apalagi kalau bukan masalah Lani. Mama cum
Read more
Bab 10
PoV ArfanBeberapa pasang mata mulai melihat aku dan Angel diseret oleh Pak Terno sepanjang korikor hingga kami sekarang berada di lift. Entah berapa pasang mata yang bersorak, memaki, serta mencaciku dan juga Angel.Aku malu, sungguh malu. Hanya bisa menutup kedua netra ini dengan kedua tanganku. Aku ingin bersuara untuk memohon, tapi takut Pak Terno akan melakukan hal lebih kejam dari ini. Begitu pun Angel, dia hanya terdiam, hanya isakan tangisnya yang terdengar. Lagian percuma juga dia meratapi, semua tidak akan kembali seperti semula."Seret keliling kantor Pak Terno, kapan perlu live streaming biar pada kapok pelaku penzina kayak mereka" sorak salah satu karyawan, aku tidak tahu siapa, yang jelas dia perempuan."Nanggung, sekalian aja adegan biar kami tonton rame-rame," ujar seorang pria."Hu ....""Bikin malu saja kalian.""Hoi ... ngaca dong ngaca.""Heran ya, zaman udah susah masih selingkuh-selingkuh, kayak udah banyak duit aja."Mereka
Read more
DMCA.com Protection Status