Sudah bertahun tahun Mas imam memalsukan slip gaji, aku yang pada akhirnya tahu mulai sadar bahwa dia bukan hanya menyimpan rahasia tentang uang, tapi, lebih dari itu, ada alasan yang membuat dia harus membagi gajinya menjadi dua, wanita lain! Jangan lupa like, komen dan Vote ya teman teman ❤️
View More~Beginilah hidup. Kadang sibuk dan kadang bersikap seakan tidak ada beban apapun~
Pagi ini terasa begitu hangat bagi Crystal. Bukan karena dia sedang dipeluk sang kekasih. Itu karena dia masih bergemul dengan selimut tebalnya yang enggan membiarkannya bangun
Seandainya dia bisa terbangun dan merasa hangat karena sedang berada dalam pelukan sang suami. Crystal berguling dan merasa geli dengan pemikirannya sendiri.
“Mommy, tolong anakmu yang jomblo ini!” teriak Crystal seperti orang aneh. Anggap saja dia memang terbiasa seperti itu.
Crystal menyampirkan selimut tebal miliknya dan duduk termenung di ranjang berukuran queen yang selalu menjadi tempat ternyaman baginya.
“Ahh, indahnya hari libur!” Ujar Crystal. Kali ini dia tidak berteriak, melainkan hanya tersenyum lebar. Cepat sekali perasaannya berubah.
Saat Crystal hendak beranjak dari Kasur, dia malah mendengar suara klakson mobil yang tidak asing lagi ditelinganya.
“Kampret. Lagi?”
Baru saja dia merasa senang karena hari libur. Tapi ternyata, keadaan memang tidak berpihak kepadanya. Tunggu saja sebentar lagi, sampai si pengganggu itu datang mengganggunya.
“Crystal!” Teriak seseorang yang membuat Cristal kembali berpura-pura terlelap. Tuhkan. Baru saja Crystal membicarakannya.
“Lo kok masih tidur aja sih? Temenin gue lari pagi yuk!” ajak orang itu
Crystal masih saja berpura-pura tidur di kasurnya. Biarkan pria itu berbicara Panjang lebar. Karena Crystal sedang malas sekali untuk pergi berolahraga pagi ini
“Ketahuan banget boongnya!”
“Gue guyur pake a-“
Sebelum Fian menyelesaikan kata-katanya, Crystal langsung bergegas bangun. Pernah sekali Fian berkata seperti itu, dan langsung mengguyur Crystal tanpa memberi aba-aba. Menyebalkan memang
Crystal menatap Fian yang sedang berdiri sembari meletakan kedua tangannya di pinggang. “Gue nggak mau lari pagi ogeb!” jelas Crystal
Namun bukannya mendengarkan perkataan Crystal, Fian justru menariknya serta mendorongnya agar pergi masuk ke kamar mandi
“Udah cepetan. Gue tunggu. Lima menit doang nggak lebih!” ucap Fian lalu keluar dari kamar Crystal Dia memang tipikal orang yang pemaksa. Dan Crystal tetap saja menurutinya.
Tak lama kemudian..
“Ayo buruan!” ajak Crystal yang sudah siap dengan pakaian olahraganya. Walau wajahnya masih berusaha meminta Fian untuk tidak mengajaknya
“Nah gitu dong!” kata Fian sembari memberi dua acungan jempolnya pada Crystal. “Ini muka kok jelek banget. Gimana mau sold out kalau modelan kayak gini!” sambung Fian yang menarik-narik pipi Crystal
“Kampret emang. Harusnya gue kunci itu pintu.” Kata Crystal kesal sambal menatap Fian dengan sinis
Padahal harusnya Crystal mengunci pintu saja tadi. Bukannya malah berpura-pura tidur. Baiklah, mari lakukan itu lain kali. Biar saja pria menyebalkan itu berteriak hingga akhirnya berolahraga sendirian.
. . .
“Woi Fian!” teriak Crystal saat melihat Fian yang sedang bersandar di samping mobilnya. Dia sedang berada di sebelah mobilnya entah melakukan apa
“Lo ngapain di sini?” tanya Crystal langsung
Fian yang sedang melakukan sesuatu di ponselnya itupun menatap Crystal yang berdiri di depannya
“gue lagi nungguin jodoh. Kali aja dapet!” jawab Fian seadanya.
Crystal menatap pria itu dan langsung tertawa. “Lo kalau cari jodoh jangan di sini. Di kantin sana banyak tuh!” kata Crystal
“Lo pikir makanan apa? Bisa dicari di kantin.” Balas Fian
“Lo beneran mau nunggu jodoh di sini?” tanya Crystal lagi. Mereka sedang berada di parkiran kantor. Jadi itu bukan tempat yang tepat untuknya mencari jodoh
“Nggak juga. Gue lagi nunggu info dari atasan baru.” Jelas Fian
Crystal merasa penasaran dengan ucapan Fian barusan. Saat dia akan bertanya lagi, seseorang malah menghampirinya dan membahas terkait urusan mereka yang harus segera diselesaikan
“Bentar gue tanya lagi.” Ucap Crystal sebelum pergi meninggalkan Fian yang tak lama juga masuk ke kantor.
Mendengar ucapan Mas Hamdan yang sangat lugas tentu saja ibu mertua merasa tidak enak kepada calon menantunya yang kini menangis tersedu dan putus asa ibu mertua segera bangkit dan mencegah mas hamdan melanjutkan perkataannya sambil mendekati Haifa dan merangkul wanita itu."Cukup Hamdan, cukup!""Ibu, biarlah Haifa tahu kenyataan sebenarnya agar dia tersadarkan dan bisa membuka hatinya untuk cinta yang baru. Wanita itu adalah wanita yang cantik dan sukses, dia bisa dapatkan laki-laki manapun yang dia inginkan.""Sudah cukup Mas, Kamu sudah menikah jantungku dengan kalimat-kalimatmu ucap wanita itu sambil merangkum tangisannya yang melolong sedih kedua anak kami yang baru saja pulang sekolah juga kaget melihat drama yang terjadi di ruang tamu. Mereka memandang kami dengan kernyitan dahi yang begitu heran."Ada apa Bunda?""Pergilah ke dalam.""Gak bisa Bund, kami juga berhak tahu," jawab Erwin."Ini masalah kami berempat, pergilah ke dalam," tegasku.Setelah memastikan anak-anak be
“Mas, aku sungguh minta maaaf atas apa yang terjadi Mas, situasinya memanas, Yanti mulai melawan ibu dan menyerang mental beliau, Yanti mulai menunjukkan taring dan keberaniannya untuk mendominasi di dalam rumah ini. Aku sungguh tidak menyangkanya Mas," ujar Haifa yang segera saja ingin mendapatkan pembelaan, dengan panik dan memasang wajah polos dia berusaha untuk mendapatkan kepercayaan Mas Hamdan.Dia pikir suamiku akan percaya semudah itu padanya. "Aku dengar percakaan kalian dari luar.'“Tapi itu hanya sebagian kan Mas? kau pasti tidak dengar dengan detil dari awal?” ucap haifa yang terus be rusaha meracuni pikiran suamiku.Sekuat apapun dia berusaha untuk meyakinkan mas hamdan wanita itu tetap dijauhi, jangankan mau disentuh, dihampiri daja suamiku langsung menjauh menjaga jaraknya.“Mas kamu kok hindarin aku?”“Kita ini bukan mahram! jaga sikapmu, kau bersikap seperti anak kecil di hadapan ibu dan istriku, apa kautak sadar?”“Saya masih tunangannya Mas…" Ada bola bening yang t
"Apa?!"Kedua wanita itu kompak berteriak dengan mata terbelalak Haifa sendiri sampai berdiri dari tempat duduknya sambil menatapku dengan tatapan melotot.""Apa kau yang menghasut Hamdan untuk memutuskan semua ini, Yanti?""Sudah ku bilang aku tidak berminat ikut campur, tapi aku hanya akan berdiri sesuai dengan batasan dan tugasku. Aku mengikuti apa saja kehendak mertua dan suami .... tapi semenjak mengetahui bahwa suamiku sendiri tidak setuju dengan sandiwara yang kalian buat dan pernikahan settingan ini, aku jadi punya kekuatan untuk membela Mas Hamdan," jawabku."Kau pikir kau hebat? kau pikir pengaruhmu telah mengubah Hamdan sepenuhnya dan membuat dia tidak akan mendengarkan orang tuanya, hah?" Ibu berteriak, tapi setelahnya Dia terpaksa mendudukkan diri karena akhirnya wanita itu tersengal-sengal capek dengan emosinya sendiri.Sebenarnya aku sama sekali tidak mempengaruhi Mas Hamdan tapi prinsip dan kemampuan lelaki itulah yang membuat dia akhirnya mengambil keputusan untuk men
"Oh iya? sok jago sekali kamu ingin menunjukkan dominasi dan betapa hebatnya kau di rumah ini, padahal kamu hanya orang datangan yang tidak pernah tahu apa-apa," ucap Ibu Syaimah sambil mengacungkan jemarinya ke wajahku."Saya memang orang datang dengan ibu namun saya terikat secara emosional dan secara hukum dengan keluarga ibu. Hamdan adalah suamiku dan ibu adalah mertuaku di mana aku harus memperlakukannya dengan pantas sebagai orang tua. Jadi harusnya Ibu pun memperlakukan aku seperti anak.""Dirimu jadi anakku? Sejak kapan? Sejak kapan kau punya pemikiran seperti itu. Selama ini hanya aku yang bersikap baik padamu, sementara kau, acuh tak acuh saja, kadang aku melihat bahwa kau tidak pernah tulus dalam mengurusiku!"Astagfirullah, tega-teganya Ibu mengatakan hal demikian padahal aku selalu tulus mengurusnya, penuh cinta kasih menyiapkan makanannya dan selalu memberinya perhatian yang pantas ia dapatkan. Tega-teganya Ibu mengatakan itu di hadapan Haifa dan mempermalukanku."Jadi
"Saya pergi dulu, permisi ya Pak, Bu, saya minta maaf dan memohon perngertiannya."Klik.Akhirnya ponsel pun di matikan, dan aku tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Aku paham betul posisi mas Hamdan yang telah dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian dan ketenangan dirinya untuk bicara pada keluarga yang emosional itu. Nampaknya mereka semua sangat tidak terima dengan keputusan Mas Hamdan dan merasa kecewa sekali serta tidak mampu menyembunyikan kemarahannya.Sekarang setelah suamiku mengumpulkan keberanian untuk menemui keluarga Haifa maka aku sendiri juga akan bertindak untuk menyelesaikan masalah yang ada di rumah ini. Masalah itu harus diperselesaikan bersama tidak boleh hanya di bebankan pada satu bahu saja.Segera kurapikan diriku dan jilbabku lalu turun ke ruang tamu di mana Ibu dan Haifa masih sibuk berbincang dan membicarakan masa depan mereka.Aku ketuk pintu sambil mengumpulkan nafas, aku tarik dalam-dalam nafas lalu membuangnya, kemudian mendorong pintu dan masuk
"Tapi Nak Hamdan, sudah terlanjur bahagia dengan pertunangan itu, semua keluarga juga sama, terutama Nenek Haifa yang kini sakit sakitan, kami khawatir mengetahuinya cucu dicampakkan Ibuku akan sangat syok dan kena serangan jantung.""Saya bisa memaklumi itu, tapi tidak bisa memaksakan keadaan, kalaupun saya tetap berpura-pura jadi tunangan Haifa maka itu akan melahirkan kebohongan demi kebohongan berikutnya. Saya bukan tipe orang yang suka berbohong dan bersandiwara."Tiba-tiba dari seberang sana aku bisa mendengar ibunda Haifa menangis terisak dengan kesedihannya. Di sisi lain di rumah ini Haikal dan ibu mertua sedang tertawa-tawa di ruang tamu khusus wanita. Mereka bersenda gurau layaknya ibu dan anak, sementara diri ini dan Mas Hamdan berada di tengah-tengah kegalauan dan kebingungan itu."Ibu tolong maafkan saya ya, saya mau pergi dulu," ucap Mas Hamdan."Baiklah, Nak Hamdan. Jika itu keputusanmu, maka kami akan pasrah, tapi tolong, jika ibumu mengharapkan Haifa jadi menantunya,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments