DILEMA DUA HATI

DILEMA DUA HATI

Oleh:  Rosa Rasyidin  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
8 Peringkat
195Bab
7.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Dendam masa lalu Gulaisha Amira pada Ivan telah membuat mata hatinya buta. Ragam cara ia tempuh untuk mencoba membunuh tentara itu. Salah satunya dengan menikahi saudara laki-laki Ivan. Namun, kehadiran putri kecil di antara mereka berdua terkadang membuat keduanya menjadi lebih dekat. Akankah mereka saling memaafkan? Lalu bagaimana dengan pernikahan Gulaisha dengan saudara Ivan?

Lihat lebih banyak
DILEMA DUA HATI Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Aray supardi
bintang 5 plus diamond. pokonya top recomnded banget.
2023-12-26 13:52:22
1
user avatar
cengoh
novel yang bagus banget saya suka saya suka
2023-12-15 07:10:06
1
user avatar
yenyen
keren banget jadi malu kalau sholat bolong bolong
2023-11-17 23:17:22
1
user avatar
Ummu Syarifah
Finally done. Author yang satu ini selalu keren. Pembaca dibawa kedalam alur cerita. Dengan spin-off 3 karakter tokoh wanita, cerita ini disajikan dengan manis. Sukses selalu. Terima kasih author. Lanjut ke karyamu yang lain.
2023-05-12 05:50:22
2
user avatar
Ummu Syarifah
Dari hutan larangan ku berlari ke negeri Syam. Semua karyamu sangat menarik. Lanjut kak author....
2023-03-27 20:43:04
1
user avatar
Adny Ummi
seru! lanjutttt
2023-02-03 20:33:28
1
user avatar
BayuAndira
lanjut thor
2023-02-03 19:36:36
0
user avatar
BayuAndira
keren banget thor.
2023-01-26 19:03:40
0
195 Bab
Lelaki Bengis
Bagian 1 Lelaki Bengis Lelaki berpakaian serba hitam bernama Ivan duduk di kursi agungnya. Ia membaca peta, di sana ada beberapa wilayah yang telah dilingkar dengan spidol merah. Pertanda wilayah itu harus segera ia bumi hanguskan umat islamnya. Salah satunya merupakan wilayah Hazakh, berbatasan langsung dengan negaranya, Balrus.“Sedikit lagi, setelah ini pangkatku akan naik dengan cepat. Aku akan mendapatkan banyak uang dan tunjangan berkali-kali lipat.” Ivan menyentuh dagunya yang licin. Tak ia izinkan beberapa helai janggut tumbuh di sana, sebab hal demikian terlarang di negaranya. Ponselnya berdering ketika ia tengah fokus pada strategi di depan laptopnya. Ia melirik sesaat, panggilan yang berasal dari istrinya tercinta. Lelaki itu mengabaikannya, ia tak punya waktu hanya sekedar basa-basi untuk menjawab pertanyaan yang sama setiap hari. Tak menyerah, ponselnya terus berkedip. Ivan lantas mereject panggilan dan hendak mematikan ponselnya. Namun, pesan masuk dari Sintia harus
Baca selengkapnya
Gulaisha Amira
Gadis berambut keriting bernama Gulaisha Amira itu mengemas perlengkapan kesehatannya. Ia baru saja memberikan obat pada penduduk di desa yang tak terlalu jauh dari rumahnya. Gu, ia kerap dipanggil demikian. Gadis itu ramah dan murah senyum dengan lesung pipinya. Tak sedikit pula lelaki yang mudah jatuh cinta padanya. Namun, ia pun termasuk gadis yang pemilih. Tak ingin menerima lamaran, sebab ia sedang melanjutkan jenjang pendidikan kedokterannya yang lebih tinggi.“Gu, cepat pergi dari sini wilayah perbatasan sedang digempur habis-habisan. Rumah kita pasti jadi sasaran?” Fani sahabat Gu datang tergesa-gesa. Ia baru saja mendapatkan laporan langsung dari saudaranya yang tinggal di dekat ribath. “Apa?” Oh, tidak keluargaku.” Gegas Gu berlari, kerudung ala kadar terlepas dan rambutnya terurai mengikuti arah angin. Gadis itu bersama Fani memasuki mobil putih fasilitas dari tempat mereka kuliah. “Apa saja berita yang kau dapat?” tanya Gu ketika mobil berjalan di antara rimbunan pepohon
Baca selengkapnya
Dendam Kesumat
Rambut Gu ditarik paksa oleh Ivan ke dalam kamar miliknya. Beberapa tentara wanita memandang atasannya dengan tatapan sarat makna. Mereka ingin berada di posisi Gu saat itu. Merupakan kehormatan jika bisa berada dalam situasi yang begitu mereka impikan. Namun, lelaki tersebut lebih memilih gadis muslim sebagai mangsanya. Bayangan wajah Sintia terlintas beberapa kali di benak Ivan, lalu lelaki berkepala plontos itu tepis secepat mungkin. Baginya tak ada masalah mencoba wanita lain seperti yang diutarakan oleh bawahannya di atas helikopter. Ia berhak sebagai pemimpin. Dan sudah biasa jika wanita selalu menjadi pelampiasan. Tentara bawahannya sudah sering melakukan itu. Lelaki berwajah bengis itu saja yang terlalu sayang dan menuruti perkataan istrinya. Ivan mengunci pintu kamar. Ia melempar Gu ke atas ranjang. Kamar di mana seumur hidup gadis itu jadikan tempat bernaung kini menjadi saksi bisu terenggut kehormatannya. Namun, gadis berambut keriting itu masih mencoba menyelamatkan diri
Baca selengkapnya
Akhir Kehidupan
Gu yang masih lemah diseret oleh Ivan dengan kasar, tubuhnya dililit selimut. Gadis itu dipecundangi habis-habisan usai kehormatannya direnggut paksa berkali-kali. Namun, ia kini tengah tak berdaya. Tak ada pula yang datang menolong. Gadis itu pun bertanya di dalam hati, ke mana Rabb-nya? Mengapa tak menolong hamban yang sedang ditimpa kezaliman? Ivan membawanya masuk Gu ke helikopter. Ia dipertontonkan bagaimana wilayah Hazakh telah hampir separuhnya dikuasai. Terbukti dari berkibarnya bendera negara tempat lelaki bengis itu mengabdi. Dari atas helikopter Gu melihat bagaimana sebagian wilayahnya dibumi hanguskan. Tak sedikit pula ia lihat eksekusi mati bagi yang berani memberontak. Hatinya hancur dan terluka entah untuk yang keberapa kalinya. Ia menjerit dan menangis sejadi-jadinya demi meluapkan perasaannya. “Lemah!” hardik Ivan. “Bedebah. Penghuni neraka jahanam!” Gadis itu berteriak ke wajah Ivan. “Turunkan helikopter ke dekat sungai deras. Biar dia rasakan dinginnya air sung
Baca selengkapnya
Musnah
Ivan turun dari helikopternya, tergesa-gesa ia berlari sembari menabrak kerumunan lainnya. Rumahnya telah hangus seperti yang digambarkan oleh bawahannya. Letak kediaman lelaki itu yang agak masuk ke dalam dan diantara dereten pohon pinus membuat orang-orang terlambat memanggil pemadam kebaran dan menolong. Ivan memperhatikan tiga jenazah di hadapannya, semuanya tertutup selimut putih. Ia buka perlahan-lahan sembari menguatkan hatinya. Sintia dan dua anaknya telah hangus di dalam rumahnya sendiri. Rumah yang ia bangun dengan susah payah. Lelaki itu kemudian pergi, tak kuat menahan pedih hati kehilangan orang-orang yang ia sayangi. Semua khayalannya tentang hidup mewah bergelimangan harta bersama keluarganya, musnah sudah. Ivan tak lagi punya tempat untuk pulang dan melepaskan lelah. *** Lelaki berwajah bengis itu memperhatikan sisa rumahnya. Ia berjalan ke arah rumah yang diberi garis batas keamanan. Foto-foto keluarganya hangus. Semua barang mahal yang ia beli pun lenyap tak bers
Baca selengkapnya
Guratan Masa Lalu
Mata abu-abu milik Ivan nyaris sama dengan mata milik anaknya yang hilang puluhan tahun lalu. Lelaki bernama Hamis itu mencari keberadaan putranya yang dibawa tentara musuh, saat wilayahnya diserang ia dan istrinya berhasil menyelamatkan diri sedangkan sang putra semata wayang berhasil ditangkap dan dibawa masuk ke dalam mobil. Tidak banyak orang di dunia ini yang memiliki mata berwarna abu-abu, hanya 1% dari total penduduk dunia. Namun, Hamis tak mau berharap banyak, sebab kebengisan sangat tergambar jelas di mata Ivan. “Akan kami apakan anak-anak itu? Pedulimu apa, Pak Tua? Lebih baik kau urus saja hidupmu sebentar lagi. Eksekusi matimu sudah ditetapkan sejak seminggu lalu. Aku sendiri yang akan mencabut nyawamu. Lalu kau temui bidadari-bidadari surga yang akan menyambutmu dengan tubuh gemulai. Dasar pemuja nafsu!” ketus Ivan sambil menenggelamkan kepalanya. Ia masih berusaha sekuat tenaga menepis bayangan Gu yang terus menuding dirinya. Lelaki berkepala plontos itu sudah kehilanga
Baca selengkapnya
Pesan Ayah
Ivan melirik, ia bisa melihat dengan kedua mata abu-abu itu, lelaki tua di sebelahnya sedang melantunkan ayat suci. Namun, tidak sedikit pun bibirnya bergerak untuk meminta Hamis berdiri. Ivan teramat lelah, rasa kehilangan dalam dirinya telah menciptakan duka luar biasa. “Apa ini yang dialami oleh mereka ketika aku merenggut kehidupan yang tengah mereka jalani?” gumam Ivan. Ia meringkuk lagi, membiarkan Hamis terus mengaji hingga lelaki bengis itu kembali terlelap. Kali ini ia benar-benar berharap agar Gu tak lagi mengganggu tidurnya. Dihantui terus-menerus itu bisa membuatnya nyaris gila. Hamis berhenti mengaji, ia benar-benar tak bisa menampik perasaan ketika gaya tidur Ivan mirip dengan Sarah—istri yang telah lama ia tinggalkan. Hamis sendiri tak tahu apa istrinya masih setia menunggu. Namun, jika wanita yang ia sayangi itu memutuskan menyerah lalu memilih menikah lagi pun, ia tak akan marah. Wajar, tidak hanya lelaki saja yang butuh pendamping. Perempuan pun demikian, butuh din
Baca selengkapnya
Persiapan
Ivan tinggal di kantornya selama belum jelas akan ia kemanakan dirinya sendiri. Hanya beberapa helai baju yang ia beli, tak banyak, sebab biasanya Sintia yang akan mengurus semua kebutuhannya. Mulai detik ini ia harus membiasakan diri untuk mempersiapakan semuanya sendirian. Entah sampai kapan. Ia menyesal, bukan karena banyaknya darah umat muslim tumpah di tangannya. Namun, karena mengkhianati kesetiaan sang istri padanya, hingga berakibat pada tewas seluruh anggota keluarga Ivan bahkan yang masih di dalam perut. Sesekali lelaki berkepala plontos itu mengunjungi penjara, ia sedang menghitung di mana tak sampai lima hari kemudian Hamis akan dieksekusi mati. Setiap kali Ivan mengunjungi lelaki tua itu, amarahnya mereda. Ia tak ingin memperlakuan Hamis dengan buruk, tapi tak juga terlalu baik. Ia tetap saja menghardik lelaki yang sudah puluhan tahun di dalam sana setiap kali Ivan dipanggil dengan kata Nak. Anehnya, Ivan masih suka berkunjung. Bahkan sampai di tiga hari menjelang ekseku
Baca selengkapnya
Eksekusi Mati
Hari yang ditunggu tiba. Ivan sudah bersiap dengan pakaian lengkap layaknya menghadapi seorang teroris dengan persenjataan tak kalah mematikan pula. Dua hari menjelang eksekusi mati ia bagai dikejar masa lalu yang sungguh tak ingin lelaki itu ketahui. Masa di mana ia masih dipanggil dengan nama Adhilzan. “Bawa keluar lelaki tua itu!” perintah Ivan pada bawahannya. Enam orang tentara memasuki penjara itu. Membuka kunci jeruji besi. Hamis baru saja menyudahi lantunan terakhir ayat sucinya. Ia senang sebab menghadapi kematian sesegera mungkin. Dan ia bahagia juga atas hadiah kecil yang diberikan Rabb padanya. Masa-masa indah dulu ketika baru saja menikah dengan Sarah, punya anak lelaki dan hidup saling melengkapi, semua terulang lagi dalam mimpinya. Sedikitnya hati Hamis tak terlalu merasa bersalah meninggalkan istrinya selama puluhan tahun. Enam orang tentara berpakaian hitam itu membawa tubuh ringkih Hamis. Bak penjahat yang sudah tak terampuni lagi kejahataannya. Padahal lelaki itu
Baca selengkapnya
Penyesalan
Ivan terbangun setelah tubuhnya diguyur dengan seember air dingin. Musim dingin telah masuk semakin menggigit, lelaki bertubuh tinggi itu tak diberikan pakaian yang layak, sudahlah tipis selimut pun banyak yang robek. Sejak kejadian penembakan brutal sebulan yang lalu. Ia dinyatakan bersalah oleh pengadilan militer. Terlalu banyak saksi hidup dan juga barang bukti beruma kamera CCTV. Ivan pun tak menyangkal sama sekali. Kini di hatinya hanya bercokol rasa sesal tiada tara. Sebab oleh perantara tangannya, sang ayah yang telah terpisah puluhan tahun lalu, tewas dengan cara mengenaskan. “Jangan terlalu lama tidur, kawan. Nanti juga kau pasti akan terlelap dalam peti mati lalu dibakar,” ucap Hendrik. Kini tak ada lagi penghalangnya demi meraih karir militer yang lebih tinggi. Pesaing yang ia anggap mumpuni telah dengan bodohnya menghancurkan semua yang sudah dibangun. “Pergi. Kau bukan temanku,” usir Ivan. Ia hanya meringkuk menahan dingin dalam ruangan gelap itu. Sendirian lelaki berke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status