Rawai Tingkis merupakan korban dalam percobaan gila para ilmuan Negri Indra Pura untuk menciptakan mesin pembunuh tanpa emosi. Bocah itu harus menerima serangkaian penyiksaan selama dua tahun, hanya untuk melihat apakah tubuhnya mampu beradaptasi dan jiwanya cukup kuat untuk bertahan. Penggunaan darah Roh Suci yang terbelenggu ratusan tahun lamanya, merupakan puncak dari percobaan itu, yang dikenal sebagai Percobaan Kelas S. Ketika semua anak mati pada puncak percobaan Kelas S, jasad mereka dibuang ke sungai, tapi secara tak terduga Rawai Tingkis mampu bertahan. Dia ditemukan oleh Tabib Rabiah yang merupakan ahli pedang bebas, tapi Rawai Tingkis memaksanya untuk menjadi seorang guru. Saat guru dan desanya dihancurkan oleh pembunuh bayaran, Rawai Tingkis akhirnya menyadari bahwa dia bukan satu-satunya manusia yang memiliki Roh Suci, pada akhirnya dia menyatakan musuh bagi semua Satria Roh Suci yang berada di jalur hitam.
View More“Berapa ratus anak-anak lagi yang akan mati tahun ini?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Rawai Tingkis dengan nada yang bergetar. "Pulau ini adalah penjara dan neraka, semuanya akan mati pada akhirnya."
Ya, ini adalah Pulau Tengkorak merupakan pusat penelitian terbesar di Kerajaan Indrapura, untuk menciptakan mesin pembunuh. Anak-anak dilatih dengan serangkaian prosedur mengerikan oleh ilmuan Kerajaan, sehingga menghasilkan pembunuh paling ditakuti yang tidak memiliki emosi.Puluhan hingga ratusan anak mati hanya karena penelitian gila para ilmuan di pulau tersebut. Anak-anak malang yang dibesarkan mulai dari usia 7 tahun ini, diambil dari jalanan, atau yang sengaja dijual oleh panti asuhan jalur hitam, dan tidak terkecuali Rawai Tingkis. Anak berusia 9 tahun yang telah tinggal di sini selama lebih dari 2 tahun lamanya.2 tahun yang lalu, lebih dari 100 anak-anak didatangkan ke pulau tengkorak, tapi kemudian yang bertahan hingga hari ini hanya tersisa beberapa orang saja. Rawai Tingkis salah satunya.Hari ini, Rawai Tingkis berdiri di atas tembok bangunan besar yang dijadikan pusat penelitian dan berkumpulnya ilmuan dari penjuru negri. Dia menatap kapal besar yang semakin mendekati pulau. Di dalamnya ada banyak anak-anak yang akan dijadikan objek penelitian.Tepat di alisnya, ada sayatan pedang yang dia terima dengan sengaja dari salah satu pelatihnya.Bukan hanya itu, tepat pada bahunya ada sebuah tanda tengkorak yang dia terima tepat ketika menginjakkan kaki di pulau ini.Logam panas harus dia rasakan saat orang-orang dewasa di sini menciptakan tanda tersebut. Ingatan itu terasa baru kemarin sore dialami oleh Rawai Tingkis, bahkan kadang kala dia masih merasakan gatal pada bagian tanda tengkoraknya.Dari kejauhan Rawai Tingkis mulai melihat beberapa anak-anak kecil digiring keluar dari dalam kapal. Wajah mereka sama persih dengan wajahnya ketika dia datang ke pulau Tengkorak ini. Menyedihkkan, ketakutan dan penuh dengan air mata.Namun tiba-tiba, Rawai Tingkis menemukan wajah seorang gadis kecil yang begitu cantik, dengan mata besar dan bibir tipis.“Dia tidak seperti anak-anak malang di sana, dia seperti bangsawan kerajaan, gadis kaya sepertinya datang ke sini, apa yang akan dilakukannya?”Rawai Tingkis menyeringaikan giginya, tidak begitu senang melihat bangsawan datang ke sini, karena terakhir kali yang dia ingat, kedatangan mereka malah menimbulkan banyak kematian bagi teman-temannya.Apa lagi melihat kedatangan gadis kecil itu, paling mencolok dari semua anak-anak yang datang ke sini, membuat Rawai Tingkis merasa jengkel.“Rawai Tingkis, aku sudah melarangmu berada di sana!” seorang petugas keamanan berteriak dari bawah, meminta agar Rawai Tingkis lekas turun dari atas tembok, jika tidak maka akan ada beberapa siksaan yang akan dialami oleh Rawai Tingkis.Dengan senyum aneh, Rawai Tingkis mengikuti perkataan petugas tersebut, lalu kembali lagi ke kamarnya bergabung bersama dengan anak-anak yang lain.“Bangsawan datang lagi?” tanya salah satu bocah berbadan besar yang duduk di atas meja seraya memainkan belati.“Mereka akan melakukan sesuatu terhadap kita,” timpal Rawai Tingkis, “ada banyak anak-anak datang ke sini, dan pada akhirnya mereka semua akan berakhir sama dengan yang lainnya.”Ucapan Rawai Tingkis menghentikan putaran belati di telapak tangan bocah bertubuh besar, dia menatap Rawai Tingkis dengan ekspresi sedikit ketakutan.Ya, semuanya juga tahu jika bangsawan kerajaan datang ke sini, maka hal-hal yang mengancam nyawa mereka akan menjadi tontonan bagi mereka.Tidak jarang jika anak-anak ini diberin perintah untuk bertarung sampai mati, hanya untuk memastikan siapa yang paling kuat diantara anak-anak yang ada, atau mereka sengaja dijatuhkan dari jurang yang dibawahnya mengalir sungai yang dangkal, hanya untuk memastikan apakah anak-anak ini memiliki kemampuan untuk bertahan hidup dalam situasi yang sulit.Bagaimana anak-anak akan selamat, jika metode dan prosedur yang mereka lakukan sangat gila dan berbahaya. Orang dewasa belum tentu bisa melakukan hal itu, apa lagi anak-anak dibawah belasan tahun.“Aku tidak ingin mati ...” terdengar suara rengekan dari bocah yang ada di sebelah Bocah Bertubuh Besar.“Menurutmu siapa yang ingin mati di sini?” tanya bocah yang lain, yang kemudian dikenal bernama Ronggo. “Dari 100 anak yang datang 2 tahun yang lalu, kini hanya tertinggal 10 orang saja, dan kemungkinan kita semua akan mati di sini, benarkan Rawai Tingkis?”“Ya, kita akan mati di sini jika tidak berbuat sesuatu,” ucap Rawai Tingkis. “Namun, aku akan keluar dari pulau ini, apapun yang terjadi, aku akan keluar.”“Jika kau keluar maka aku pasti akan keluar lebih dahulu,” timpal Ronggo, “aku jauh lebih kuat dari kalian semua.”Rawai Tingkis tidak membantah hal tersebut, karena dari sisi usia Ronggo memang lebih tua dari dirinya, lebih dari itu Ronggo memiliki tubuh yang lebih besar dari rata-rata anak seusia mereka.Namun, semuanya pada akhirnya sama saja, tidak ada satupun dari anak-anak di sini yang lolos dari siksaan para ilmuan gila.Hanya saja, Ronggo dan Rawai Tingkis merupakan dua bocah yang memiliki ketahan tubuh jauh di atas rata-rata.Berbeda dengan Rawai Tingkis, latar belakang Ronggo memang buruk. Dia putra berandalan kota. Mencuri adalah hal biasa yang dilakukan oleh Ronggo, darah dan air mata merupakan pemandangan sehari-hari yang dilihat oleh bocah lelaki tersebut selama tinggal di lingkungan para bandit. Karena itu, sifat Ronggo terkesan lebih kejam dibandingkan Rawai Tingkis, dia juga lebih sombong dan angkuh.Setelah berbincang-bincang beberapa saat, Rawai Tingkis memutuskan untuk kembali menyelinap keluar dari kamar sempit ini, tapi sebelum itu Ronggo berkata kepada dirinya, "Bagaimana jika mereka membuat pertarungan sampai mati antara kita berdua?”“Kau tidak akan mengampuniku, tapi aku juga tidak akan menyerah,” jawab Rawai Tingkis, “dari semua anak-anak di sini, mereka tahu hanya kau dan aku yang memiliki potensi paling besar. Namun, siapa yang tahu mengenai hidup dan mati?”Rawai Tingkis tersenyum penuh arti, lantas pergi meninggalkan kamar ini. Ya, dibandingkan semua anak-anak, Rawai Tingkis merupakan bocah yang kepalanya dipenuhi oleh rasa penasaran.Dia akan keluar dari kamar untuk mencari jawaban dari banyaknya pertanyaan di kepalanya, meskipun harus dibayar dengan deruan cambuk di sekujur tubuhnya, dia tidak peduli.Mendapati perlakukan kejam selama dua tahun lamanya, membuat Rawai Tingkis menjadi begitu akrab dengan rasa sakit dan perih. Mungkin perasaanya sudah mati, hatinya mendingin dan emosinya telah pergi meninggalkan jiwanya, atau! Entahlah?Setelah mengendap-endap beberapa lama, pada akhirnya Rawai Tingkis tiba di ruang kerja utama para ilmuan.Di sana sudah ada seorang pria berusia 35 tahun atau mungkin 40 tahun, dengan pakaian mewah dan mahkota kecil di kepalanya. Di belakang pria itu ada lusinan penjaga lengkap dengan pakaian perangnya. Tombak di tangan mereka berkilat saat terkenca cahaya lentera di dalam ruangan ini.Tepat di sebelah pria tersebut, gadis kecil yang dilihat oleh Rawai Tingkis barusan sedang mengamati banyak benda yang Rawai Tingkis tidak tahu benda-benda apa namanya.Namun seingat Rawai Tingkis, cairan yang berada di botol kaca di hadapan gadis kecil itu, adalah racun ular berbisa. Seingat Rawai Tingkis sudah lebih dari 9 kali, dia diberi racun tersebut dengan cara di suntikan menggunakan duri bulu landak.Suntikan pertama membuat Rawai Tingkis kehilangan kesadaran selama 7 hari, dan di anggap mati, tapi pada akhirnya dia masih hidup.Hingga suntikan ke sembilan, Rawai Tingkis dapat dikatakan sudah kebal dengan segala bisa ular dan mungkin pula semua racun.“Putra Mahkota, bagaimana kabarmu ...?” Yang berbicara barusan adalah pria botak gendut, dengan pakaian serba putih dan merupakan pimpinan dari para ilmuan di tempat ini.“Tidak perlu basa basi,” timpal pria berpakaian mewah itu yang tak lain adalah Putra Mahkota dari Kerajaan Indra Pura. “Aku datang ke sini dengean ratusan anak seperti yang kau inginkan. Setelah ini, aku tidak akan menuruti permintaanmu lagi, ini adalah kesempatan terakhir untukmu, jika kau tidak berhasil memberiku mesin pembunuh seperti yang kau janjikan, aku akan menghentikan penelitian ini, dan tentu saja aku akan menghancurkan kehidupamu.”“E ...hem ...ja ...jangan khawatir Pangeran, kali ini aku tidak akan gagal, aku sedang melakukan penelitian terakhir, meski hanya satu anak saja yang bertahan, dia ...dia akan menjadi mesin pembunuh yang memiliki kekuatan setara dengan 20 orang dewasa.”“Ingat, aku tidak suka omong kosong, aku ingin pembuktian, jika gagal, kau tahu apa yang bisa aku lakukan kepada dirimu?”Di saat bersamaan, Rawai Tingkis menyernag Kelelawar Hitam dengan seluruh energi mistik yang dimilikinya.Kecepatannya masih tetap sama, tapi daya hancurnya menjadi sedikit berkurang, dan ini karena tubuhnya terlalu dibebani oleh teknik baru yang dimilikinya saat ini.Lima orang Manusia Murni mencoba melakukan sesuatu atas perintah Ki Langit Hitam untuk mengakhiri nyawa Kelelawar Hitam, tapi mereka bahkan tidak dapat mendekati pria jahat itu.Sekarang mereka tahu kekuatan Rawai Tingkis jauh lebih tinggi dibandingkan dengan mereka semua.Kesombongan mereka selama ini, akhirnya dijatuhkan oleh kenyataan yang memalukan.Bukan hanya lima orang itu, Putri Intan Kumala sendiri juga tidak mampu berhadapan langsung dengan Kelelawar Hitam.“Apa sekarang kalian menyadarinya?” tanya Ki Sundur Langit. “Rawai Tingkis mungkin tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain, tapi aku yakin, sekarang kalian mengakui kekuatannya!”Kelimanya langsung terdiam, tidak lagi menjawab ataupun berbuat sesuatu unt
Kedatangan Camar Putih membuat perubahan pada jalannya pertempuran antara Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam.Kedatangannya sama seperti kedatangan Ki Sundur Langit dan Ki Langit Hitam untuk membantu para Manusia Murni dalam mengalahkan Beruang Salju.Dua Satria Roh Suci kini menghadapi serangan demi serangan dari pihak Rawai Tingkis.Berkat kedatangan Camar Putih pula, Kelelawar Hitam untuk pertama kalinya setelah menggunakan Ulat Dari Neraka, terkena tebasan Rawai Tingkis.“Aku akan melindungimu!” ucap Camar Putih.“Baiklah, aku mengerti!” Rawai Tingkis melaju cepat ke arah Kelelawar Hitam, sementara Camar Putih bertugas menahan semua serangan bola mistik yang dilempar musuhnya.“Aku tidak akan membiarkan dirimu menguasai Benua ini,” ucap Camar Putih, sembari melepaskan beberapa serangan berbentuk sayap putih yang berputar seperti gasing.Boom.Setiap bola mistik diledakan sebelum menyentuh tubuh Rawai Tingkis dengan sayap-sayap putih tersebut.“Camar Putih, kau selalu menghalangi re
Ki Langit Hitam dan Ki Sundur Langit, memasang kuda-kuda sebelum kemudian mulai menyerang Beruang Salju.Dua larik cahaya keluar dari telapak tangan dua pria tua tersebut, melesat cepat ke arah Beruang Salju.Mendapati serangan itu, Beruang Salju terpaksa menangkis serangan lawan dengan teknik pertahanan dinding es miliknya.Boom.Ledakan kecil terjadi di atas istana es, menggetarkan bagian puncak dari bangunan es tersebut.Saat Beruang Salju berniat melakukan perlawanan, dua petinggi Padepokan Surya telah berada di depannya, dan melancarkan serangan pisik.Suah.Beruang Salju melesat ke samping, menghindari pukulan Ki Langit Hitam, di saat yang sama, Ki Sundur Langit menyapukan tendangan cepat ke arah wajah Petinggi Penjaga Dunia tersebut.Boom.Tubuh Beruang Salju melesat cepat, meninggalkan Istana Es, dan jatuh terhempas di permukaan tanah yang gersang.Dia bangkit, lalu melepaskan dua bole energi ke arah lawannya. Sayangnya, dua serangan itu dapat dihindari oleh Ki Sundur Langit d
Serangan besar yang dilakukan oleh Rawai Tingkis dan Kelelawar Hitam, telah menyebabkan banyak kerusakan di sekitar mereka berdua.Namun dua orang itu, masih menolak untuk menyerah, meskipun salah satunya mengalami luka yang cukup serius, yaitu Kelelawar Hitam.Kelelawar Hitam memiliki energi mistik yang berlimpah, membuat dia percaya dapat mengalahkan Rawai Tingkis dalam segala kondisi yang dialaminya saat ini.Andaipun hanya memiliki satu tangan dan satu mata saja, Kelelawar Hitam masih percaya dapat menumbangkan Rawai Tingkis.Di sisi lain, Rawai Tingkis memiliki pertahanan pisik yang lebih baik, berkat pengobatan yang dilakukan oleh Naga Kecil.Namun demikian, energi mistik yang dimiliki pemuda itu berada jauh di bawah Kelelawar Hitam.Dua Roh Suci yang ada pada tubuh Rawai Tingkis, terbilang berusia muda, apa lagi Naga Kecil yang baru saja lahir beberapa waktu yang lalu. Energi mistik ke dua Roh Suci ini masih digolongkan kelas menengah, dan tidak dapat disandingkan oleh Energi M
Tidak pernah dirasakan oleh Kelelawar Hitam sensasi dan juga pengalaman seperti ini saat menghadapi musuh-musuhnya, kecuali hari ini.Dia tidak pernah takut, tapi hari ini dia melihat siapa yang kuat, dan siapa yang menjadi penguasa dari kalangan Roh Suci.Namun perasaan itu segera ditepisnya, dia tidak ingin jatuh dalam perangkap Rawai Tingkis.Kelelawar Hitam mengira, ini hanyalah permainan ilusi saja, mungkin ada kekuatan lain yang dimiliki oleh Rawai Tingkis, untuk mengendalikan pikirannya.Namun sayangnya, dia memang melihat sisi lain dari Rawai Tingkis.Sementara itu, Beruang Salju merasakan gejolak kekuatan Rawai Tingkis, dan tidak bisa tinggal diam saat ini.“Ini akan gawat, aku harus membantunya,” ucap Beruang Salju.Pria itu menaikan satu telunjuknya ke langit, lalu energi dingin menggumpal di ujung telunjuknya.Tidak selang beberapa lama, sesuatu yang sangat menakjubkan muncul di langit.Putri Intan Kumala menatap ke langit, dan untuk sesaat wajahnya menjadi tegang, meskipu
Beruang Salju masih berusaha untuk menumbangkan Putri Intan Kumala, meskipun tadinya dia penuh dengan kepercayaan diri dapat mengalahkan Kumala, tapi kenyataanya dia butuh waktu lama untuk menjatuhkan gadis tersebut. Beruang Salju telah menggunakan segagala cara untuk menjatuhkan boneka gurita raksasa yang dikendalikan oleh Putri Intan Kumala, tapi sialnya dia tidak mampu melakukan itu. Setiap kali dia brhasil memotong satu bagian tangan gurita itu, maka ditempat yang sama, tangan lain akan tumbuh. Menghadapi persoalan semacam ini, membuat kepala Beruang Salju serasa akan pecah. Sejauh ini, dia telah menemukan banyak ide, dan menerapkannya, bahkan ide paling licik sekalipun telah dia gunakan. “Jika aku tahu sebelumnya kekuatan gadis ini, aku tidak akan memilih padang tandus sebagai lokasi pertemuan,” ucap Beruang Salju. Baru kini dia menyadari kesalahannya, dan keunggulan Putri Intan Kuamala. Dengan semua batu yang ada di padang tandus, menjadikan Putri Intan Kumala memiliki pa
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments