Demi menyelamatkan kebangkrutan keluarganya, Elena memilih untuk menyerahkan kesuciannya yang sudah dia jaga selama ini pada pria asing. Namun siapa sangka, Elena justru berakhir dengan Damian Falcone--salah satu cucu dari orang terkaya di negeri--yang tengah mabuk berat setelah dikhianati kekasih. Elena terpaksa menjadi maid di mansion pria itu untuk menjadi sebatas penghangat ranjangnya. Saat cinta mulai tumbuh, Damian kembali menegaskan status Elena dan disaat dia terpuruk, kakak laki-laki Damian, Elion Falcone datang ke dalam hidupnya, memberinya pilihan sulit dintara dua pewaris utama Keluarga Falcone itu
Lihat lebih banyak“Tunggu kau masih perawan?” Suara berat seorang pria yang tengah telanjang itu membuat wanita yang ada dibawahnya menegang.
Elena, wanita itu menutup matanya sembari mengangguk ragu. Dia memang masih perawan dan terpaksa menjual dirinya untuk menyelamatkan papanya dari rentenir.
“T-tunggu…t-tuan akan pergi?” Elena terkejut ketika pria itu bangkit dan malah memungut pakaiannya. Apa dia melakukan kesalahan?
Elena mendadak menjadi ketakutan. Jika dia gagal memuaskan pelanggan utama sekaligus pertamanya ini maka Mami Lily, ketua mucikari di club ini tidak akan mau membayar Elena.
Pria itu membelakangi Elena. Otot otot punggungnya terpampang di dalam cahaya remang remang ruangan itu. “Aku tidak bermain dengan seorang perawan.” Kata kata itu keluar dari bibir pria itu.
Elena terdiam, bagaimana bisa pria ini langsung tahu?
Dengan tangan bergetar Elena bangkit dan berlutut di hadapan pria itu. Memohon dengan nada yang sangat lirih. “T-tuan aku mohon jangan pergi. Jika tuan pergi aku tidak akan dibayar sama sekali sementara aku perlu uang yang banyak untuk—
“Untuk apa?” Pria itu mencengkeram erat dagu Elena dengan sorot mata yang memerah menahan amarah. “Apa semua wanita akan melalukan apapun demi uang hah? Sebegitu rendah dirimu hingga kau melakukan ini?” sinis pria itu.
Elena tidak tahu kenapa pria ini menjadi begitu marah. Tetapi melihat dari sorot matanya sepertinya memang ada sesuatu.
Mami Lily mengatakan pria ini adalah adalah pelanggan baru dan paling VVIP di clubnya. Kata wanita itu, pria ini ditinggal oleh tunangannya keluar negeri dan membatalkan pernikahannya. Semenjak itu pria ini mulai rutin mengunjungi club ini untuk menyalurkan rasa emosinya.
Semua wanita di mata pria ini sama. Rendah, dan hanya memikirkan tentang uang saja. Termasuk Elena yang langsung membuat emosinya tersulut.
“Y-ya…..aku memang tidak berarti,” jawab Elena, sorot matanya penuh dengan kesedihan dan penderitaan yang dalam. Tidak ada yang tahu seberapa banyak rasa sakit yang sudah Elena alami hingga berakhir di tempat ini.
“Tuan tidak perlu berpikir sampai sejauh itu, aku memang melakukannya demi uang karena uang bisa melakukan segalanya,” lirih Elena.
Pria itu terkekeh dengan penuh ketidakpercayaan. Dia tidak habis pikir kenapa semua wanita berubah menjadi rendahan seperti ini. Uang bisa melakukan segalanya katanya? Bahkan seluruh uang yang dia miliki tidak bisa mengobati rasa sakit yang dia alami.
Lalu kenapa wanita ini dengan entengnya mengatakan uang bisa melakukan segalanya?
“Baiklah, kau sendiri yang memberikan harga untuk tubuhmu ini. Aku tidak akan segan kalau begitu!” ucap pria itu sebelum akhirnya mulai mengangkat tubuh mungil Elena dan melemparnya keatas kasur dengan sangat kasar.
Elena terperajat kaget ketika pria itu mulai melancarkan aksinya. Walau sangat frustasi memikirkan bagaiamna caranya mendapatkan uang cepat, tidak bisa dipungkiri betapa ketakutannya Elena saat ini.
Ini adalah pertamakalinya dia melakukan hal hal seperti ini. Elena selalu percaya bahwa tubuhnya hanya untuk cintanya dimasa depan namun itu hanya harapan untu orang yang punya masa depan, tidak seperti Elena yang memang ditakdirkan untuk menderita.
Jadi apa gunanya harga diri? Apa itu masa depan? Elena tidak mengenal semua itu.
Pria itu menyadari kekakuan wanita dibawahnya ini. Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan. “Aku membayarmu mahal, seharusnya kau yang melayaniku,” ucap pria itu kini mengubah posisinya menempatkan Elena diatasnya.
“Cepat, puaskan aku!” titah pria itu. Dari temaran cahaya di ruangan ini Elena dapat melihat garis wajah tampan pria ini. Sorot matanya yang memikat dan tubuhnya yang begitu atletis membuat siapa saja bisa berlutut untuk memuaskannya.
Tetapi Elena pengecualian. Dia bukanlah profesional disini.
Elena terdiam sembari menelan ludahnya ketika pria itu melepas seluruh pakaiannya dan sesuatu yang besar dan keras terasa menusuk paha bawahnya. “T-tuan maafkan aku….ini benar benar pertama kalinya bagiku,” cicit Elena.
Melihat keluguan wanita ini membuat pria itu tidak sabaran. Dia langsung membalik tubuh seksi Elena dan mengungkungnya di bawahnya. “Baiklah, jika di tengah jalan kau merintih dan ingin berhenti jangan salahkan aku.” Pria itu berucap kemudian langsung menyambar Elena lagi.
Pria itu mulai melakukan pemanasan lagi dan menyentuh semua bagian sensitif wanita itu dan mencium setiap inci tubuh molek Elena.
“Ahh…” Erangan demi erangan keluar dari bibir seksinya dan pria itu tanpa ragu memaut bibirnya dan menciumnya dengan brutal.
Elena bahkan tidak punya kesempatan untuk bernapas sebelum pria itu memposisikan tubuhnya dan langsung menghantamnya dengan keras.
“Arghh….” Elena merintih kesakitan. Rasanya ada sesuatu yang robek dibawah sana dan rasanya sangat perih.
“Ahhh ini sakit,” cicitnya.
“Setelah ini tidak akan sakit lagi.” Setelah mengucapkan itu, pria itu langsung mempercepat tempo permainannya. Dia benar menggila karena tubuh Elena sangat molek bak gitar spanyol.
“Ahh….Thalia….kau sangat nikmat.”
Deg!
Kesadaran Elena langsung terkumpul saat dia mendengar pria yang sedang menganggahi tubuhnya ini mendesahkan nama seorang wanita. Apa itu nama tunangannya yang kabur itu?
Namun Elena mengabaikannya. Dia tidak peduli walau pria ini membayangkan wanita lain saat bersamanya karena yang terpenting baginya adalah uang. Hingga di akhir permainan keduanya sama sama terkulai lemas diatas tempat tidur itu.
Elena meraskan perih di area sensitifnya karena permainan pria ini. Namun, tidak dapat dia pungkiri dia sudah mendapatkan kenikmatan tiada tara.
Pria itu langsung bangkit saat keduanya sudah selesai. Dia berlalu menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya dan kembali beberapa menit kemudian.
Elena sudah selesai memakai seluruh pakaiannya dan berniat menunggu hanya untuk mengucapkan pamit pada pria ini karena dia adalah salah satu pelanggan dengan sumbangsih terbanyak di club ini.
“T-tuan karena sudah selesai aku akan pergi,” ucap Elena tanpa berani menatap mata pria itu. Dengan langkah gontai karena sakit di area sensitifnya Elena berjalan hendak keluar.
“Siapa yang mengizinkanmu pergi?”
Elena terdiam, langkahnya terhenti.
Dengan langkah panjang dan pasti pria itu mengangkat tubuh Elena lagi dan hendak membawanya menuju ke kamar mandi. “Kita harus melakukan ronde kedua, sayang.”
Deg!
Elena benar benar kehabisan kata kata. Jadi belum selesai setelah semua tenaga yang habis?
Tepat saat Damian hendak membawa Elena ke kamar mandi, pintu didobrak dengan paksa dari luar dan suara langkah kaki mendekat ke arah ruangan.
“DAMIAN! APA YANG KAU LAKUKAN?”
“Kakek…”
Apa? Kakek? Elena benar benar tidak paham apa yang sedang terjadi.
“Elena! Elena! Elena! Kau benar-benar membuatku gila!” Damian mengacak-acak rambutnya dengan frustasi sembari berjalan mondar mandir di sekitar villa privatnya itu.Raut wajahnya benar-benar sudah tidak bisa dikontrol saking kesalnya dia saat ini. Setelah semua drama itu dan niatnya untuk menghukum wanita nakal itu namun bisa-bisanya kakaknya malah membiarkan Elena tinggal dikamarnya.Benar-benar diluar dugaan.“Mantra apa yang sebenarnya kau pakai Elena!” geram Damian, kali ini dia sudah berkacak pinggang dan berjalan kesana kemari.Sebelum akhirnya, Rico datang dengan bersusah payah memasuki area belakang villa Damian itu. “TUAN! Bantu saya ini berat!” keluh Rico sambil menyeret sebuah tangga lipat setelah mencarinya hampir 15 menit di area gudang kompleks villa luas itu.Damian langsung membantu Rico dan terlihat lega ketika tangga itu datang sementara Rico yang napasnya masih terngeh-engah hanya bisa menatap majikannya itu dengan wajah kebingungan. “Tuan….untuk apa tangga ini?” ta
“Apa yang sedang terjadi disini?” Damian keluar dari persembunyiannya dan langsung berbicara dengan Elion yang wajahnya memerah di depan villanya.Elion terkejut melihat kedatangan Damian yang tadinya sudah kembali ke kamarnya bersama dengan Rico pula.Elion berdehem pelan untuk menetralkan detak jantungnya yang tidak karuan. DIa masih belum bisa melupakan apa yang dia lihat tadi dan dia tahu itu salah tetapi Elion benar-benar kelepasan dan tidak bisa menahan dirinya.Melihat Damian datang lagi, Elion yakin teriakan Elena tadi terdengar sampai villa Damian disana. Jadinya, mau tidak mau Elion harus mengatakan yang sebenarnya pada adiknya ini.“Damian…didalam—Damian langsung hendak menerobos masuk ke dalam namun Elion langsung menahan tubuh Damian. “Kak, aku tahu siapa yang ada didalam,” ucap Damian dengan nada dinginnya.Elion menatap adiknya itu terkejut, apa yang terjadi sebenarnya Elion benar-benar merasa tidak ada kejadian yang benar terjadi hari ini. Mulai dari Alaska yang sakit
Damian berjalan dengan langkah seribu menuju ke villanya yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari villa Elion tadi. Wajahnya pias saking kesalnya dan parahnya lagi Damian hanya bisa bungkam melihat semua itu.Dan siapa yang bersalah dari semua ini? Tentu saja wanita licik itu.Damian tidak mungkin mengamuk pada Elion dengan mengatakan Elena ada disana tengah berusaha menggodanya karena itu juga akan secara tidak langsung membeberkan hubungan rahasia mereka. Namun Damian tidak bisa diam saja melihat permainan wanita itu semakin berani.Niatnya untuk melampiaskan hasratnya dengan Elena berujung menjadi tragedi seperti ini.Damian berlari menaiki tangga dan segera menuju ke area balkonnya dan betapa terkejutnya ketika dia sudah tidak melihat Elena ada di area kolam berenang itu. Damian sudah berusaha melihat ke berbagai sudut tetapi Elena sudah menghilang.Apa yang terjadi sekarang?Dengan langkah seribu, Damian kembali berlari mendekat ke arah villa Elion tadi untuk memantau situasi.
Damian benar-benar tidak paham mantra apa yang sudah Elena berikan padanya sehingga setiap melihat wanita itu Damian langsung tefokus pandangannta tidak bisa berpaling kemanapun.Damian membasahi bibirnya ketika melihat tubuh molek Elena yang biasanya memang dia impikan setiap malam dan bahkan setelah puas bermain dengan wanita itu dipesawat Damian menginginkan lebih.Pikirannya berselancar dengan sangat liar sembari matanya menatap dari balkon itu Elena yang tengah berenang kesana kemari dengan warna atasan putih transparan itu sehingga saat terkena air, putting payudaranya tercetak jelas disana.Sial!Sesuatu dibawah sana semakin mengeras dan rasanya sudah sangat sesak. Malam-malam begini dimana ia harusnya istirahat tetapi malah melihat pemandangan ini. Siapa yang mau melewatkannya?Namun, entah kenapa Damian sangat betah memandangi Elena. Walau dari kejauhan, dia bisa melihat jelas dan yakin 100 persen Elena tidak akan sadar Damian memandanginya dari sini.Menyesap minuman mahalnya
Malam harinya, Elena kembali ke kamar Alaska dan duduk di tepi ranjang anak laki-laki itu untuk menjaganya. Beberapa menit yang lalu, Elena sudah selesai memberinya makan dan obat dan kini Alaska sudah tertidur pulas.Elena begerak mengecek dahi Alaska dan panasnya sudah mulai mereda karena obatnya kemungkinan sudah bereaksi. Elena memperhatikan lekat-lekat wajah Alaska yang terlihat sangat damai saat tertidur. Jika ia perhatikan, Alaska adalah photocopy dari papanya sendiri.Dari bentuk hidung, dan tatapan matanya yang tajam sama persis seperti Elion bahkan sikap tegasnya pun sudah sangat terlihat sejak kecil. Darah keluarga Falcone mengalir sangat deras didalam diri Alaska, tidak ada mirip-miripnya samasekali dengan mamanya, Isabella.Hingga, hampir satu jam Elena berada disana dan Elion belum juga kunjung kembali. Elena menunggu pria itu dan cukup khawatir memikirkan kelanjutan masalahnya. Kemungkinan besar Elion masih bertengkar dengan mantan istrinya itu.Elena sebenarna cukup her
“Nyonya, putra anda sedang demam. Pastikan dia meminum obat ini 3 kali setelah makan dan biarkan dia istirahat dulu malam ini.”Ucapan dokter itu membuat Damian menatapnya tajam. Sementara Elena yang masih khawatir dengan Alaska mengabaikan ucapan dokter itu yang lagi-lagi mengira Elenalah ibu dari Alaska padahal dia hanya seorang maid.Apakah seragam merahnya kurang jelas? Hingga Isabella juga salah mengiranya hingga menamparnya tadi padahal sebelumnya mereka sudah sempat bertemu saat Isabella mengantar Alaska ke mansion mungkin dia tidak ingat saking cepatnya.“Dokter, terimakasih ban—“Dia seorang maid, bukan ibu dari anak itu!” sergah Damian dengan suara beratnya. Dokter itu terkejut bukan main dan langsung menunduk.“Tuan, mohon maafkan saya. Nona ini terlihat sangat cantik hingga saya salah mengira,” ucap dokter itu jujur membuat Damian lagi-lagi menghela napasnya kasar.Ada apa dengan se
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen