Share

Perjanjian Nalaa

Author: Ree Ichi
last update Huling Na-update: 2025-05-05 23:23:33

Tubuh tinggi itu hanya diam dengan tatapan tajam dan sulit diartikan, tidak ada yang bisa Nalaa lakukan selain merutuki kecerobohannya. Lian melempar jas mahalnya ke wajah ketakutan Nalaa yang kini terlihat pucat pasi.

"Cuci sampai wangi jangan ada noda sekecil apapun, atau nyawamu taruhannya."

Perkataan itu membuat Nalaa semakin merinding dan takut jika ucapan dari laki-laki yang dia tahu namanya adalah Lian itu menjadi kenyataan, dia tidak siap jika harus mati muda apalagi neneknya yang sedang sakit parah. Dengan nada gemetar dia menjawab lirih, "Baik, Tuan."

Nalaa memegang jas kotor itu dengan erat, dia berniat untuk pulang dan mencuci jas mahal tuan arogan itu di rumah saja, namun langkah kakinya berhenti saat Nalaa mendengar nada dingin, "Mau lari kemana?"

"Saya hanya ingin mencuci jas mahal Anda di rumah saya, Tuan."

"Cuci saja di mansion saya, saya membutuhkan seorang pelayan yang mengurus pakaian kerja saya dan semua keperluan saya dalam jangka waktu satu bulan,' tegas Lian dengan wajah datarnya tanpa melihat bagaimana reaksi Nalaa kepadanya.

"T-tapi Tuan, saya masih harus kuliah dan juga kerja paruh waktu di cafe ini," sahut Nalaa dengan suara lembut takut jika lawan bicaranya ini tersinggung.

"Tinggal bilang resign dari cafe ini tapi jangan pernah mencoba untuk menghentikan kuliahmu itu."

"T-tapi, Tuan!"

"Saya tidak menerima sebuah bantahan!"

"Baik, Tuan."

Liam memerintah Nalaa untuk masuk ke dalam mobilnya, menuju mansion megah yang terukir sebuah burung elang yang terbuat dari emas berkialu. Nalaa hanya mengucap kagum dari dalam hati, wanita cantik itu takut jika ucapannya akan menjadikan boomerang untuk dirinya sendiri. Setelah mobil mewah itu berhenti di sebuah lapangan yang luas, Lian meminta Nalaa untuk mengikutinya dan mencuci jas mahalnya di sebuah kamar mandi.

"Cuci jas saya di sini."

Nalaa hanya pasrah dan mencuci pakaian mahal Lian, sementara laki-laki itu duduk dengan angkuh di Sofanya sembari melihat pekerjaan yang kini sudah tersusun rapi berkat pekerjaan Gio yang sangat cekatan.

Tak berapa lama pelayan masuk dengan membawa troli makanan untuk diberikan kepada Lian, dan saat itu juga Nalaa juga sudah berhasil mencuci jas mahal Lian dengan baik dan bersih.

"Tuan maaf, saya harus segera pulang, Nenek saya membutuhkan saya sekarang."

Tidak ada jawaban dari Lian, Nalaa yang bingung hanya mematung di depan pintu kamar mandi, namun seakan Gio paham dengan maksud tatapan Lian, laki-laki itu pun menghampiri Nalaa dan memberitahu jika pekerjaan hari ini selesai, namun Nalaa harus menandatangani perjanjian kerja di mansion Lian dan tidak bolrh menentang.

"Nona bisa ikut saya sebentar untuk tanda tangan kontrak dan menerima gaji pertama Anda?" tutur Gio yang hanya fokus pada berkas sesekali melihat gelagat canggung wanita yang ada di depannya.

"Gaji? Saya baru tadi kerja dan mencuci baju Tuan Anda , dan sekarang sudah diberikan gaji?" sahut Nalaa dengan perasaan bingung namun juga senang.

"Iya, ini yang dilakukan boleh Tuan Lian untuk mensejahterakan pekerjanya," sahut Gio dengan santai.

"Beliau baik sekali, tetapi kenapa dia dipanggil kejam?"

"Itu bukan urusan Anda 'kan, Nona! Jangan ikut campur masalah orang lain."

"Baik Pak, Saya mengerti."

Nalaa membaca surat itu lalu membubuhkan tanda tangannya dengan suka rela.

"Terima kasih, Nona semoga Anda tidak mati muda setelah bekerja dengan Tuan Lian."

Jantung Nalaa berdetak cepat, dia tidak ingin berurusan dengan Lian tetapi kenapa seakan takdir ingin menyatukan mereka.

"A-Apa yang Anda katakan, Tuan?"

"Suatu saat nanti Anda akan mengerti, Nona."

"Dan ini........" Gio menggantung ucapannya kepada Nalaa, laki-laki itu menyodorkan surat perjanjian lain kepada Nalaa.

"Apa ini Pak?"

"Nona baca saja dan Nona tingal tanda tangani berkas tersebut," ujar Gio santai.

Nalaa menerima lembaran surat lain dan netra coklatnya terbelalak dengan ketika yang ada di dalam surat perjanjian tersebut.

"Tuan, Anda tidak sedang bercanda bukan,! Apakah saya harus menjadi bagian dari kehidupan Tuan Lian?"

"JIka anda mau silahkan tanda tangan di dalam sana, dan penawaran ini tidak datang dua kali, Nona, Anda bisa segera memberikan uang kepada pihak rumah sakit untuk mengoperasi Nenek Anda yang kini sedang kritis di rumah sakit 'kan?"

"Bagaimana saya tahu itu adalah keahlian kami, Nona. Anda tinggal memilih yang mana?"

Denganntangan gemetar dan hati yang sangat kacau, Nala memgang bolpoin dan memulai membubuhkan coretan tanggannya dengan suka rela demi Neneknya yang sangat dia sayangi.

Dalam hati Nalaa, dia mengutuk dua laki-laki yang tidak berperasaan itu dengan umpatan kebencian.

"Saya sudah menandatangi kontarak tersebut Tuan, apakah Nenek saya bisa diobati sekarang?"tanya Nalaa dengan sedikit ragu.

Gio memegang ponsel dan menghubungi pihak rumah sakit, memberi tahu mereka jika Neneknya Nalaa harus diberikan pengobatab yang terbaik.

wanita cantik itu tersenyum lega setelah mendengar ucaapan Gio, "Terima kasih Tuan!"

"Tugas Anda belum selesai, Nona, bukankah Anda ditugaskan untuk menjadi pengasuh pribadi Tuan Lian mulai sekarang?"

Wanita cantik itub terkejut, "Tuan aanda jangan berbohong, saya bahkan tidaaaa membaca surat perjanjian itu tadi," keluh Nalaa dengan nada panik.

"Nona kelihatannya sedikit lelah, Nona baca ulang dan melihat ada di nomor berapa perkataan saya tadi di ketik."

Wanita cantik itu membaca ulang surat perjanjiannya dan seketika netranya membulat tidak percaya dengan huruf bold hitam yang ada di bagian akhir perjanjian.

"Ini jebakan kalian bukan?"

"Nona mau membatalkan koontrak, saya bisa menghentikan pengobatan nenek anda Nona."

Nalaa gamang dia terlanjur menandatangani perjanjian itu.

DEngan wajah lesu, wanita cantik itu akhirnya menyerah kepada Gio, baginya kebahagiaanya tidak sebanding dengan kesehatan neneknya.

Nalaa berdiri dan menunduk hormat kepada Gio sebelum akhirnya salah seorang pelayan yang sedari tadi berdiri di luar pintu membantu Nalaa menuju kamaarnya.

"Mari Nona, saya antar Nona ke kamar dan memberikan seragam kerja kepada annda untuk dipakai sekarang juga, Nona."

"Seragam kerja?" tanya Nalaa dengan wajah terkejut.

"Iya, Nona seragam kerja, di mansion ini ada beberapa pengasuh , ART dan beberapa pekerjaan lain, namun warna seragaaaam nereka berbeda, dan saya ditugaskan oleh Tuan Lian untuk memebrikan Anda seragam khusus, karena Anda hanya khusus melayani Tuan Lian dari membuka mata hingga Tuan kembali terlelap dalam tidurnya saat malam hari tiba."

"Baiklah, Bibi--Bibi siapa kalau boleeeeh nalaa tahu."

"Panggil saja Bi Yuni," sahut ramah wanita paruh baya tersebut kepada Nalaa.

"Nama saya Nalaa BI."

"Non Nalaa cepat ganti pakaian di dalam kamar, Nanti Tuan Lian menunggu dan bisa marah."

Nalaa hanya mengangguk kaku, dia melihat tampilan dirinya di depan kaca, "apa benar ini baju pengasuh......"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Melisa

    Lian menegakkan tubuhnya setelah hampir tersungkur karena bertabrakan dengan seseorang. Matanya menajam saat mengenali sosok yang kini berdiri dengan raut wajah kaget-dan kemudian berubah menjadi sumringah. "Lian?" suara lembut itu menyapa, namun matanya berbinar penuh harapan. Lian mengangguk pelan, "Melisa..." Wanita muda itu tertawa kecil, rambut cokelat gelapnya terselip rapi di bawah topi dokter. Jas putihnya menunjukkan jabatan, dan name tag yang menggantung dari saku dada menunjukkan gelar lengkapnya, Dr. Melisa Anastasya, Sp.JP. "Aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini!" ujar Melisa sambil meraih lengan Lian dengan akrab. "Kamu masih sama. Dingin, misterius, dan... luar biasa tampan." Lian hanya mengangkat alis, malas menanggapi pujian itu. "Kamu bekerja di sini?" "Ya, aku pindah beberapa bulan lalu. Salah satu dokter jantung termuda yang ditugaskan di rumah sakit ini. Kebetulan pasien baruku adalah seorang nenek manis." Melisa tersenyum, lalu menambahkan dengan su

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Calon Istri

    Tubuh Lian langsung membeku ketika mendengar suara pengacara keluarganya yang ada di ambang pintu dengan wajah yang tidak bisa dibaca. Nalaa yang melihat hal itupun segera mengerti, "Sayang! Bukankah kamu sedang ada pekerjaan hari ini? Nanti pekerjaan kamu bisa terbengkalai jika kamu ada di sini dengan aku?" tutur lembut Nalaa membuat laki-laki yang memakai jas tersebut langsung bersandiwara. "Aku tidak ingin melihat kamu kesepian sayang, dan beginilah aku kalau sudah menyayangi seseorang apalagi orang itu adalah calon istriku!" "Iya tapi kan......" "Ehmmmm, apa saya mengganggu kalian?" sapa Mr.Taufan dengan nada ramah kepada Nalaa dan juga Lian. "Tidak menggangu sama sekali, Tuan!" sahut wanita cantik itu dengan senyum lembut dan manis. "Anda sangat cantik dan juga sopan, Nona hingga mampu meluluhkan gunung Everest yang selalu beku seperti Tuan Muda, tapi ekspresi dinginnya yang berkata manis tidak pernah bisa berubah," kekehen kecil keluar dari bibir pria paruh baya ters

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Meminta Bantuan Nalaa

    Notifikasi yang baru saja masuk membuat Lian membeku beberapa detik. Laki-laki itu menatap layar ponselnya dengan tatapan tajam--sebuah pesan dari Pengacara keluarga Ganeswara, Mr. Taufan. ["Tuan Muda, sesuai wasiat almarhum Ayah Anda, kami diharapkan bertemu dengan calon pendamping Anda dalam waktu dua hari ke depan. Harap informasikan waktu dan tempat. Ini menyangkut pembebasan saham terakhir dan warisan utama Mahkota Ganeswara."] Lian mengusap wajahnya kasar, bibirnya terkatup rapat seakan menahan sumpah serapah yang nyaris keluar. Satu sisi otaknya ingin mengabaikan semua ini. Namun sisi lainnya tahu betul--warisan utama Mahkota Ganeswara bukan sekadar simbol, itu kekuatan, pengaruh, dan tahta. "Calon istri?" gumam Lian lirih sambil berdiri pelan. Pandangannya menyapu ruangan kerja miliknya yang masih kacau karena insiden sebelumnya. Dia terdiam, napasnya mulai berat. Dan wajah Nalaa--wanita yang hampir dia bunuh--muncul begitu saja tanpa permisi di dalam pikirannya. "Tidak.

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Hampir Mati

    Lian menjulurkan tangannya di tepat di leher wanita cantik itu. "T-Tuan s-saya bisa mati," ucap Nalaa dengan nada yang terdengar rendah. "Mati atau bukan itu bukan urusanku, kamu lancang sudah menumpahkan kopi pada dokumen penting saya, dan ini balasan untuk orang yang tidak tahu diri." Nalaa merasa tidak punya berat badan dan sangat ringan. "T-Tuan b-bukan saya yang mengotori me..jam Tu...aann." Pandangan Nalaa mulai mengabur begitu juga dengan gerakan wanita itu yang mulai melemah, Giok datang karena mendengar keributan yang terjadi di ruangan kerja Lian. Melihat pemandangan itu laki-laki yang usianya sama seperti Lian pun segera mencegah atasan sekaligus temannya itu untuk menghentikan cekikan di leher pengasuh barunya. "Lepaskan dia, Tuan Lian dia bisa mati dan Tuan akan kena masalah lebih besar lagi," ujar Gio dengan nada tegas memberitahu tindakan atasannya tersebut. Lian melepaskan cekikan di leher Nalaa hingga wanita itu hampir saja terjatuh membentur lantai jika Gio

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Harus lebih sabar

    Ketukan pelan terdengar dari balik pintu."Non Nalaa, Tuan Lian menunggu di ruang kerjanya," suara Bi Yuni lembut namun tegas.Nalaa masih berdiri kaku di depan cermin besar dalam kamar yang mewah namun asing baginya. Seragam abu tua yang dikenakan melekat pas di tubuhnya, terlalu pas. Lehernya terasa sesak, dan dada sesak bukan karena ukuran pakaian itu--melainkan karena rasa takut yang mengendap dalam benaknya. Nalaa kini resmi menjadi pengasuh pribadi pria paling menakutkan yang pernah dirinya temui yaitu Lian--sosok yang dirumorkan kejam.Dengan langkah ragu, Nalaa keluar dari kamar. Setiap jengkal lorong di mansion itu seperti lorong penjara mewah baginya. Nalaa mengikuti arah yang Bi Yuni tunjukkan, hingga sampai di sebuah pintu besar berukir emas."Masuklah," ucap Bi Yuni pelan, sebelum pergi meninggalkannya sendiri.Dengan tangan gemetar, Nalaa mengetuk pelan."Masuk." Suara dingin itu sudah berapa kali dia dengan sehari ini berulang kali, dan membuat Nalaa takut jika membuat

  • Adilkah Jika Hanya Aku Yang Terluka   Perjanjian Nalaa

    Tubuh tinggi itu hanya diam dengan tatapan tajam dan sulit diartikan, tidak ada yang bisa Nalaa lakukan selain merutuki kecerobohannya. Lian melempar jas mahalnya ke wajah ketakutan Nalaa yang kini terlihat pucat pasi."Cuci sampai wangi jangan ada noda sekecil apapun, atau nyawamu taruhannya."Perkataan itu membuat Nalaa semakin merinding dan takut jika ucapan dari laki-laki yang dia tahu namanya adalah Lian itu menjadi kenyataan, dia tidak siap jika harus mati muda apalagi neneknya yang sedang sakit parah. Dengan nada gemetar dia menjawab lirih, "Baik, Tuan." Nalaa memegang jas kotor itu dengan erat, dia berniat untuk pulang dan mencuci jas mahal tuan arogan itu di rumah saja, namun langkah kakinya berhenti saat Nalaa mendengar nada dingin, "Mau lari kemana?""Saya hanya ingin mencuci jas mahal Anda di rumah saya, Tuan.""Cuci saja di mansion saya, saya membutuhkan seorang pelayan yang mengurus pakaian kerja saya dan semua keperluan saya dalam jangka waktu satu bulan,' tegas Lian

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status