Didunia startup teknologi yang kompetitif, Adrian Hartanto, CEO NextWave, dikenal sebagai pemimpin yang ambisius, perfeksionis, dan sulit didekati. Hidupnya hanya tentang pekerjaan, sampai suatu hari dia merekrut Kirana Aulia, seorang project manager dengan gaya kerja yang kreatif namun sering melawan arus. Keduanya segera terjebak dalam dinamika yang penuh ketegangan. Kirana yang berjiwa bebas sering kali menantang Adrian dengan ide-idenya, sementara Adrian merasa harus mempertahankan otoritasnya. Namun, dalam tekanan proyek besar yang menentukan masa depan perusahaan, kedekatan di antara mereka mulai tumbuh, mengungkapkan sisi-sisi tersembunyi yang masing-masing tak pernah tunjukkan sebelumnya. Ketika batas profesional dan pribadi mulai kabur, hubungan mereka menjadi bahan gosip di kantor. Adrian harus memilih antara mempertahankan reputasinya atau mengejar sesuatu yang akhirnya membuatnya merasa hidup. Di sisi lain, Kirana menghadapi dilema: berpegang pada prinsipnya atau mengikuti perasaan yang tak bisa ia pungkiri. Namun, ketika rahasia besar Kirana tentang masa lalunya yang berkaitan dengan NextWave terungkap, mereka harus menghadapi konsekuensi yang dapat mengguncang segalanya
Lihat lebih banyakAdrian Hartanto, CEO NextWave, duduk di ruang rapat kaca dengan ekspresi dingin. Dia baru saja menyelesaikan presentasi strategi pertumbuhan perusahaan untuk kuartal berikutnya, dan ruangan itu penuh dengan keheningan tegang. Para manajer senior mengangguk, mencatat setiap detail, terlalu takut untuk mempertanyakan idenya. Adrian selalu perfeksionis, seorang pemimpin yang tidak pernah menerima kegagalan sebagai jawaban.
Namun, di balik tatapan tajamnya, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. NextWave, startup yang ia dirikan dari nol, sedang menghadapi tekanan besar. Sebuah proyek besar—peluncuran platform teknologi baru yang diharapkan akan menjadi titik balik perusahaan—sedang tertunda, dan ini bisa memengaruhi reputasi mereka di pasar. Dia tahu bahwa dia membutuhkan orang baru untuk memimpin proyek ini, seseorang yang bisa berpikir di luar kebiasaan dan tidak takut mengambil risiko. Di saat itulah, ia mendengar ketukan di pintu. Sekretarisnya, Laila, masuk dengan membawa berkas. “Pak Adrian, kandidat untuk posisi project manager sudah siap diwawancarai. Jadwal pertama adalah Kirana Aulia,” kata Laila sambil meletakkan map di mejanya. Adrian hanya mengangguk tanpa berkata apa-apa. Dia mengambil map itu, sekilas membaca latar belakang Kirana—lulusan universitas ternama, pengalaman kerja di beberapa perusahaan teknologi besar, tetapi yang menarik adalah catatan pendek di bagian referensi: “Gaya kerja tidak konvensional, terkadang sulit dikendalikan.” Dia mendengus pelan. “Lihat saja nanti,” gumamnya. Tidak butuh waktu lama sebelum pintu terbuka lagi, dan Kirana masuk. Wanita itu berbeda dari yang dia bayangkan. Rambutnya digulung rapi, tetapi ada kilauan percaya diri di matanya yang langsung menarik perhatian Adrian. “Selamat pagi, Pak Adrian,” sapa Kirana dengan senyum kecil. Adrian memandangnya tanpa ekspresi, lalu mengisyaratkan dia untuk duduk. “Kirana, saya harap Anda tahu bahwa posisi ini sangat penting. Saya tidak butuh orang biasa. Apa yang membuat Anda yakin Anda cocok untuk memimpin proyek terbesar NextWave?” Alih-alih terlihat gugup, Kirana tersenyum lebih lebar. “Karena saya bukan orang biasa, Pak. Saya mungkin tidak bekerja seperti kebanyakan orang, tapi saya tahu cara menyelesaikan masalah dengan hasil yang lebih baik.” Adrian terdiam sejenak, memperhatikan caranya menjawab. Ada sesuatu tentang wanita ini yang membuatnya penasaran, tetapi dia menutupinya dengan nada dingin. “Kita akan lihat itu nanti. Saya punya standar tinggi, Kirana. Jika Anda gagal memenuhinya, saya tidak segan-segan mengganti Anda,” kata Adrian dengan nada tegas. “Dan saya punya standar tinggi untuk diri saya sendiri, Pak,” jawab Kirana tanpa ragu. Keheningan menyelimuti ruangan untuk beberapa detik sebelum Adrian mengakhiri wawancara. Dalam pikirannya, dia tahu wanita ini akan membawa tantangan baru ke dalam hidupnya—tetapi juga kesempatan untuk mengubah arah perusahaan. Adrian menyandarkan tubuhnya ke kursi, memperhatikan Kirana yang tetap tenang meski atmosfir ruangan terasa seperti ujian. “Jadi, Kirana,” katanya, nada suaranya rendah namun penuh otoritas, “beri saya contoh situasi di mana Anda menggunakan pendekatan tidak biasa untuk menyelesaikan masalah.” Kirana menatapnya sejenak, kemudian tersenyum. “Baik, saya punya satu cerita menarik. Di tempat kerja saya sebelumnya, tim saya bertanggung jawab atas peluncuran aplikasi baru. Semua orang panik karena proyek tersebut tidak berjalan sesuai jadwal. Saya perhatikan masalahnya bukan pada teknologinya, tetapi pada tim yang terlalu terpaku pada metode lama.” Adrian mengangkat alis, sedikit tertarik. “Lalu apa yang Anda lakukan?” “Saya mengubah pendekatan. Alih-alih menekankan pada target angka, saya membagi proyek menjadi bagian kecil dan memberikan kebebasan kepada setiap anggota tim untuk mengeksplorasi ide-ide mereka. Dalam waktu singkat, kami tidak hanya menyelesaikan proyek tepat waktu, tetapi juga menciptakan fitur tambahan yang akhirnya meningkatkan daya tarik produk,” jelas Kirana dengan penuh percaya diri. Adrian mengangguk pelan. Cara bicaranya menunjukkan bahwa dia tidak hanya punya pengalaman, tetapi juga keberanian untuk mengambil risiko. Namun, pikirannya tetap kritis. Dalam dunia startup, kesalahan sekecil apa pun bisa berarti kehancuran. “Kreatif,” komentarnya singkat. “Tapi saya harap Anda paham, di sini tidak ada ruang untuk kegagalan. Kebebasan tidak berarti kebingungan.” “Saya paham, Pak,” balas Kirana cepat. “Tapi saya percaya bahwa fleksibilitas adalah kunci untuk bertahan di industri ini. Tentu saja, dengan tanggung jawab yang jelas.” Mata mereka saling menatap, seolah mengukur satu sama lain. Kirana tahu dia menghadapi seseorang yang sulit dipuaskan, tetapi itu justru memicunya untuk membuktikan bahwa dirinya pantas berada di posisi ini. Adrian akhirnya mengalihkan pandangannya ke berkas di mejanya. “Baiklah. Saya akan memutuskan setelah melihat performa Anda selama masa percobaan. Jika saya merasa Anda tidak memenuhi ekspektasi, Anda tahu akibatnya.” Kirana hanya tersenyum kecil. “Saya yakin kita tidak akan sampai ke titik itu, Pak Adrian.” Adrian mengangguk tanpa berkata apa-apa lagi. Saat Kirana berdiri dan meninggalkan ruangan, dia sempat berhenti sejenak di pintu, menoleh kembali. “Terima kasih atas kesempatannya, Pak. Saya tidak akan mengecewakan Anda.” Begitu pintu tertutup, Adrian membiarkan dirinya tersenyum kecil, hampir tak terlihat. Wanita itu menarik—tidak hanya dari cara bicaranya, tetapi dari keyakinan yang terpancar darinya. Namun, dia juga tahu, keyakinan seperti itu bisa menjadi pedang bermata dua. Adrian menghela napas dan menatap map kandidat lain yang tersisa di mejanya. Tanpa membuka map tersebut, ia mendorongnya ke tepi meja. Rasanya, dia sudah menemukan orang yang tepat untuk pekerjaan itu. Tapi hanya waktu yang akan membuktikan apakah keputusannya adalah langkah maju—atau kesalahan besar.Setelah sukses memantapkan program Kampung Mandiri, Kirana dan Adrian mulai menyadari pentingnya membangun struktur komunitas yang lebih kokoh. Mereka memutuskan untuk membentuk dewan desa mandiri di setiap desa binaan, yang terdiri dari perwakilan masyarakat, tokoh adat, dan generasi muda.“Kita butuh sistem yang bisa berjalan bahkan tanpa kehadiran kita,” ujar Adrian dalam pertemuan bersama para pemimpin komunitas. “Desa-desa ini harus mampu mengelola dirinya sendiri.”Kirana menambahkan, “Kita hanya menanam benih, tapi akarnya harus tumbuh dari kekuatan komunitas itu sendiri.”Dewan desa ini bertugas mengawasi program-program yang sedang berjalan, memastikan pembagian sumber daya yang adil, dan memberikan pelatihan kepemimpinan bagi anggota baru. Dengan adanya dewan ini, desa-desa binaan menjadi lebih mandiri dalam mengambil keputusan dan menjalankan program mereka.Selain itu, Kirana dan Adrian mulai memperkenalkan konsep keberlanjutan da
Setelah keberhasilan Kampung Mandiri di desa percontohan, Kirana dan Adrian mulai menerima undangan dari desa-desa lain yang ingin mengadopsi konsep serupa. Mereka membentuk tim penggerak yang bertugas untuk melatih pemimpin lokal dan memastikan setiap program disesuaikan dengan kebutuhan unik setiap desa.“Kita harus memastikan bahwa setiap desa memiliki kemandirian dalam menjalankan program ini,” kata Adrian dalam sebuah rapat dengan timnya. “Bukan hanya menyalin apa yang sudah kita lakukan, tetapi menciptakan solusi yang benar-benar relevan bagi mereka.”Untuk itu, Kirana dan Adrian memperkenalkan konsep Jembatan Komunitas, sebuah program di mana desa-desa yang telah sukses menjadi mentor bagi desa-desa baru. Program ini memungkinkan pengetahuan dan pengalaman mengalir dari satu komunitas ke komunitas lain, memperkuat rasa solidaritas di antara mereka.“Dengan begini, setiap desa bisa saling mendukung,” jelas Kirana. “Dan kita menciptakan jaringan yang saling menguatkan.”Adrian, y
Setelah sukses dengan berbagai inisiatif, Kirana dan Adrian memutuskan untuk melangkah lebih jauh. Mereka meluncurkan proyek baru yang mereka beri nama “Kampung Mandiri.” Proyek ini bertujuan untuk menciptakan komunitas yang sepenuhnya mandiri dalam hal ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. “Kita ingin setiap desa bisa menjadi pusat perubahan,” jelas Adrian kepada timnya. “Bukan hanya menjadi penerima bantuan, tetapi juga penggerak bagi desa-desa di sekitarnya.” Sebagai langkah awal, mereka memilih tiga desa percontohan yang memiliki potensi besar namun menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Setiap desa diberikan kesempatan untuk menentukan prioritas mereka sendiri, apakah itu pengembangan usaha lokal, pendidikan, atau pelestarian lingkungan. “Kampung Mandiri ini bukan tentang kita,” kata Kirana dalam pertemuan dengan para pemimpin desa. “Tapi tentang bagaimana kalian, sebagai komunitas, mengambil kendali atas masa depan kalian sendiri.”
Setelah keberhasilan konferensi pertama Ruang Harapan, Kirana dan Adrian memutuskan untuk memfokuskan tahun berikutnya pada memperkuat jaringan antar komunitas. Mereka percaya bahwa berbagi pengalaman dan praktik terbaik antara desa-desa yang tergabung dalam program akan mempercepat kemajuan secara kolektif.“Kita harus membuat mereka merasa bahwa mereka tidak sendiri,” kata Adrian saat diskusi dengan tim. “Jika satu desa menemukan cara yang berhasil, desa lain juga bisa belajar darinya.”Mereka memulai inisiatif ini dengan mengadakan program pertukaran antar komunitas. Dalam program ini, warga dari satu desa akan mengunjungi desa lain untuk mempelajari cara kerja program mereka. Sebagai contoh, petani kopi dari Desa Asa mengunjungi petani kakao di Desa Citra untuk mempelajari teknik fermentasi yang lebih efisien.Pak Darman, salah satu petani kopi, merasa terinspirasi setelah kunjungan tersebut. “Saya pikir saya sudah tahu segalanya tentang kopi. Tapi ter
Setelah berhasil membangun kolaborasi antar-desa dan memperkenalkan program pendidikan digital, Kirana dan Adrian menyadari bahwa fokus berikutnya adalah memastikan ketahanan komunitas dalam menghadapi perubahan global yang terus berkembang. Salah satu tantangan terbesar adalah perubahan iklim, yang mulai memengaruhi pola panen, sumber air, dan kestabilan ekonomi desa.“Kita harus mempersiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian,” ujar Adrian dalam rapat bersama tim Ruang Harapan. “Ketahanan komunitas adalah kunci.”Langkah awal yang mereka ambil adalah memperkenalkan program pertanian berkelanjutan. Dengan menggandeng para ahli, mereka mengadakan pelatihan tentang penggunaan teknologi ramah lingkungan, seperti irigasi tetes, kompos organik, dan tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca ekstrem.Pak Budi, seorang petani kopi di Desa Asa, menjadi salah satu peserta pertama. “Awalnya saya ragu, tetapi setelah mencoba, saya melihat
Setelah melihat dampak signifikan dari program Ruang Harapan di Desa Asa, Kirana dan Adrian mulai merancang langkah untuk menjangkau desa-desa yang lebih terpencil. Mereka sadar bahwa perjalanan ini tidak akan mudah. Infrastruktur yang minim, akses komunikasi yang sulit, dan jarak yang jauh menjadi tantangan besar. Namun, tekad mereka untuk membawa perubahan lebih luas terus membara.“Kita harus percaya bahwa di setiap desa, selalu ada potensi tersembunyi,” kata Adrian saat mempresentasikan rencana ekspansi mereka kepada tim.Desa pertama yang mereka tuju adalah Desa Langkat, yang terletak di perbukitan dengan akses jalan yang rusak parah. Perjalanan ke desa itu memakan waktu hampir sepuluh jam, tetapi setibanya di sana, mereka disambut dengan antusias oleh para warga yang telah mendengar kisah sukses Desa Asa.“Selamat datang di Desa Langkat,” kata seorang pemuda bernama Arga, yang kemudian menjadi perwakilan komunitas setempat. “Kami sudah menunggu kesempatan ini.”Kirana tersenyum.
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen