Cinta Satu Malam dengan Berondong

Cinta Satu Malam dengan Berondong

By:  Sara Maureen  Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
220Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Badai Tanaka adalah salah satu anggota VIP Club, perkumpulan playboy nomor satu se-Jakarta yang berisi lelaki berkriteria TMJ—Tampan, Mapan, dan Jantan. Padma Hardjaja sangat anti terhadap lelaki yang sadar kalau dirinya tampan. Playboy adalah kriteria pertama pasangan yang masuk daftar hitamnya. Tapi sang ayah malah menjodohkannya dengan Badai, si playboy yang jumlah perempuannya sebanyak piagam prestasinya. Karena itu Padma memberikan empat syarat mutlak kalau lelaki itu berminat mengiakan perjodohan mereka. Padma yakin, Badai tak akan menyanggupinya. Namun Padma tidak tahu kalau Badai bisa melakukan apa pun, melebihi dari empat syarat yang ia berikan—termasuk membuat Padma jatuh cinta padanya.

View More
Cinta Satu Malam dengan Berondong Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
220 Chapters
Fixing a Broken Heart
“Aku akan tidur sama laki-laki mana pun yang pertama kali datang ke sini.” Ucapan penuh tekad itu diucapkan oleh Padma Hardjaja sebelum menenggak minumannya dengan barbar. Selain perempuan seksi yang ingin bersenang-senang, biasanya di klub juga sering ditemukan perempuan patah hati seperti Padma. Sudah sebulan ia berusaha baik-baik saja setelah mengetahui kekasihnya memilih menikah dengan seorang janda kaya, tapi sampai saat ini lukanya benar-benar masih menganga. Ternyata Papa benar, batin Padma dengan setengah hati. Galih hanya mau uang, makanya dia pacaran denganku. Saat isi botolnya sudah habis tak bersisa, Padma pun memanggil bartender. “Satu botol lagi, please.” Sang bartender sudah ingin menolak karena Padma terlihat sudah sangat mabuk, tapi melihat tatapan tajam yang masih bisa diberikan Padma, bartender itu mengurungkan niatnya dan memberikan apa yang Padma pinta. Di sisi lain The Clouds yang merupakan klub malam paling ramai dikunjungi itu, ada ruangan VIP di lantai d
Read more
Ternyata Aku Sudah Gila
“Ternyata aku udah gila! Bisa-bisanya aku tidur sama laki-laki yang nggak kukenal!”“Kenapa, Sayang?”Wajah Padma langsung pucat pasi saat sang ayah sudah ada di depan kamarnya yang terbuka. “Ng-nggak, Pa.”“Dari tadi kamu ngomong sendiri aja soalnya.” Sang ayah kini bersandar di kosen pintu kamar Padma yang tadi lupa ia tutup usai dari lantai satu. “Kamu semalam dari mana? Kok baru pulang tadi pagi?”Padma menggigit bibirnya. Ayahnya memang bukan orang yang sangat ketat dan menerapkan jam malam. Tapi setiap tindakannya pasti diminta alasan yang rasional dan logis.“Dari klub,” jawab Padma dengan jujur. “Terus ketiduran di tempat temen.”“Perempuan atau laki-laki?”“Perempuan,” jawab Padma dengan tenang. Padahal hatinya sudah ketar-ketir karena sepertinya baru kali ini ia berbohong.“Oh, oke….” Ayahnya mengangguk paham, Padma hampir tak pernah berbohong padanya, jadi ia percaya saja. “Kamu hari ini nggak ada rencana ke mana-mana kan? Kita diundang keluarga Tanaka untuk makan malam di
Read more
An Agreement with The Devil
“Kalau kamu nggak mau terima perjodohan ini, buang bisnis klub malam kamu dan ambil alih Sadira Group! Kalau kamu menikah dengan Padma, Padma yang akan bergabung dengan perusahaan kita dan kamu akan bebas dari tanggung jawab itu. Pilihannya ada di tangan kamu, Badai.”Ketika kembali mengingat apa yang dikatakan ayahnya, Badai langsung merasa pusing dan menggeram kesal.Usai keluarga Hardjaja pulang dari rumahnya setelah mendengar penolakan dari Padma dan dirinya, sang ayah mengajaknya bicara empat mata dan menjabarkan semua alasan logis yang harusnya bisa membuat Badai menyetujui perjodohan itu.Di kalangan mereka, pernikahan bisnis adalah hal yang biasa. Tapi bukan berarti Badai tertarik untuk mengikuti jejak banyak orang.“Pak Badai, ada yang cari Bapak.” Teguran salah seorang pegawai The Clouds di depan ruangannya membuat Badai tersentak kaget. “Namanya Bu Padma.”“Oh.” Badai mengangguk. “Antar dia ke sini dan tanyakan dia mau minum apa.”Pegawai tersebut mengiakan dan segera beran
Read more
Lebih Hebat Aku atau Mantanmu?
“Padma, ada Badai di bawah.”Padma yang baru saja membuka pintu kamarnya untuk sang ibu langsung menatap perempuan paruh baya tersebut dengan tak percaya. “Badai?”“Iya, pacar kamu.” Walaupun sudah ratusan kali dibilang kalau ia dan Badai masih di tahaop ‘pendekatan’, bagi sang ibu tetap saja lebih mudah menyebut Badai sebagai pacar Padma. “Buruan gih, ganti baju yang sopan dikit buat ketemu Badai.”Padma menunduk untuk menatap pakaian yang ia kenakan—celana pendek lima senti di atas lutut dan kaos universitasnya yang sudah lusuh tapi nyaman untuk dipakai.Hari ini adalah hari Jumat dan ia baru saja pulang dari kantor, berharap bisa me time dengan nonton Netflix sampai malam.“Ketemu Badai doang kan? Begini ajalah.” Padma berdecak pelan. Baru juga lima hari yang lalu mereka memberi tahu para orangtua mengenai keputusan mereka, tapi Badai sudah gencar datang ke rumahnya ‘selayaknya’ calon suami sungguhan.“Padma….”“Ma, dia kan calon suami aku….” Padma rasanya mau muntah saat mengataka
Read more
Hei, Aku Mainan Barunya Padma
Badai langsung bersiul begitu melihat penampilan Padma di Sabtu pagi yang cerah tersebut.“Wow, seksi banget.”“Ucapan kamu lebih seperti pelecehan dibanding pujian.” Padma mendelik tajam pada Badai yang hari ini berpenampilan kasual dengan kaos bertuliskan VLTN dan celana jeans hitam.Sedangkan Padma hari itu mengenakan skinny jeans 7/8 dan kaos Polo yang ia tutupi dengan kardigan.“Padahal itu pujian lho,” kilah Badai sambil memainkan kunci mobil di tangannya. “Orangtuamu mana? Aku mau pamit bawa anak gadisnya dulu.”“Mereka lagi pergi ke Bali hari ini, kamu nggak usah repot-repot mau pamit sama mereka.” Padma berjalan mendahului Badai dan berhenti di samping pintu mobil Badai.Badai berlari kecil menyusul Padma dan dengan gaya sok gentleman, ia membukakan pintu mobilnya untuk Padma dan setelah memastikan Padma sudah duduk dengan nyaman, ia menutup pintu mobilnya dan beralih ke sisi pengemudi.“Mau ke mana kita?” tanya Badai sambil memasang seatbelt-nya.“Senayan.”“Kamu mau ke Sena
Read more
Buanglah Mantan Pada Tempatnya
“Mainan Padma? Badai, ini kamu kan?”Saat kebisingan sudah hilang dari sekitarnya, barulah Badai sadar siapa yang bicara dengannya barusan.Refaldy Hardjaja.Badai masih sibuk mengarang alasan di otaknya ketika Padma yang tadi belum mengenakan penutup telinganya dengan sempurna, masih bisa mendengar apa yang diteriakkan Badai.Perempuan itu meminta maaf pada pelatihnya untuk menunda sebentar latihan mereka.“My phone.” Padma mengulurkan tangannya pada Badai, meminta ponselnya dari Badai.Setelah Badai menyerahkannya, Padma langsung bicara pada sang ayah begitu melihat caller ID yang tertera.“Halo, Pa. Maaf, tadi itu Badai. Kayaknya dia jadi agak-agak mengkhawatirkan karena tanpa sarapan udah kuajak ke lapangan tembak.”Badai mendengus mendengar alasan karangan Padma. Perempuan itu menjawab pertanyaan sang ayah dengan singkat dan tersenyum saat mendengar pesan-pesan terakhir dari sang ayah.“Udah teleponnya?” Badai terkejut saat Padma kembali menyerahkan ponselnya. “Aku belum minta ma
Read more
Didominasi oleh Padma
“Gandeng tanganku.”Permintaan Badai membuat Padma langsung menoleh dan menatap lelaki itu dengan tak percaya. “Buat apa?”“Biar kamu nggak nyasar,” jawab Badai dengan asal. “Ya buat gandengan ajalah. Aku mau gandeng kamu dan hal ini juga nggak dilarang di perjanjian kita.”Dengan enggan, Padma menggandeng lengan Badai. Mereka berjalan memasuki ballroom hotel di mana acara Sadira Group tengah digelar. Malam ini mereka datang sebagai pasangan atas permintaan Badai, tentu saja.Sekaligus penampilan perdana mereka di publik sebagai pasangan. Awalnya Padma tak terlalu setuju, tapi setelah ia pikir-pikir lagi, akhirnya ia mengiakan ajakan Badai.“Supaya orang-orang perusahaanmu bisa mengenal aku, calon jajaran d
Read more
Kutukan Mantan yang Tersakiti
“You’re so sexy.”“I’m sexy and I know it.”Jawaban Padma yang mengutip dari lirik sebuah lagu tersebut membuat Badai langsung terkekeh pelan. Padahal kakeknya yang merupakan generasi kedua pemilik Sadira Group tengah memberi sambutannya di podium.Padma pun menoleh pada Badai. “Apa hal yang membuat kamu bilang aku seksi?”“Waktu kamu bikin Galih dan Mbak Irina melongo karena jawabanmu.” Badai mengedikkan bahunya. “Kamu lumayan keren.”“Sebenarnya aku lebih suka dibilang pintar daripada seksi. Tapi ya… terima kasih atas pujiannya.” Perempuan itu mengangkat tangannya dan memperlihatkan jemari yang terpasang cincin berlian dari Badai. “Dan terima kasih atas cinc
Read more
Our Dirty Little Secret
“Badai, beneran kamu udah punya calon istri?”Badai yang baru masuk ke The Clouds pukul satu siang tersebut langsung mengernyit, begitu mendapati kehadiran Shua Tanaka di klubnya yang belum buka.“Wah, berita cepat menyebar ya,” komentar Badai sambil mengangguk sopan pada para pegawainya.Badai dengan cepat memberi instruksi pada manajer klub dan setelah mengundur jam meeting mengenai tema untuk bulan Februari yang akan datang, lelaki itu mengedikkan dagunya ke arah lorong khusus menuju ruangannya.Perempuan bertubuh tinggi, langsing, dan memiliki warna kulit seputih susu tersebut mengikuti Badai dengan cepat. Walaupun kakinya mengenakan pump heels sembilan senti, tak menghalangi Shua untuk melangkah cepat menyusul sepupu tersayangnya.
Read more
Taste of Your Lips
“Jadi kamu yang namanya Badai?”“Iya. Badai Tanaka.” Badai mengulurkan tangannya kepada lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki itu terlihat lebih muda darinya, tubuhnya juga tinggi tapi tidak seatletis dirinya yang suka olahraga outdoor dan gym.“Arsa Hardjaja,” ucapnya sambil menjabat tangan Badai dengan erat—terlampau erat hingga Badai menahan dirinya untuk tidak mengernyit.“Kamu mau remukin tangan calon suamiku, Sa?”Pertanyaan itu membuat Badai memiringkan kepalanya sedikit untuk melihat Padma yang datang padanya. “Hi, Honey.”“Honey? Oh, my!” Arsa langsung menarik tangannya dari Badai dan mundur selangkah, lalu memeluk pinggang Padma dengan posesif. &l
Read more
DMCA.com Protection Status