DIBUANG KARYAWAN, DINIKAHI SANG CEO

DIBUANG KARYAWAN, DINIKAHI SANG CEO

Oleh:  MIREYA  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
688Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Perselingkuhan yang dilakukan Dimas membuatnya diusir Alin dari rumah. Setelah itu, semua kebohongan yang selama ini ditutupnya rapat terbuka satu persatu. Setelah kepergian Dimas, Alin bekerja di sebuah perusahaan sebagai seorang sekretaris. Siapa sangka, sang CEO adalah sahabatnya di waktu SMA sekaligus cinta pertamanya. Akankah Alin kembali dengan suaminya atau beralih hati ke pria lain? Rahasia apakah yang selama ini disimpan suaminya sehingga membuatnya berubah 180 derajat?

Lihat lebih banyak
DIBUANG KARYAWAN, DINIKAHI SANG CEO Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
6 Bab
Bab 1. Dari Lingerie Menjadi Oh, Ngeri!
Sempurna!" seru Alin sambil mematut dirinya di depan cermin. Riasan wajah tipis dilengkapi dengan lingerie warna ungu membuat dirinya terlihat cantik dan menggoda. "Tidak sia-sia aku menyisihkan sedikit uang belanja beberapa bulan ini untuk membeli pakaian kurang bahan hanya demi membahagiakan suamiku," batin Alin. Bukan tanpa alasan Alin melakukan itu. Semua itu berawal dari hasil diskusinya dengan Meri, sahabatnya, beberapa bulan yang lalu. 5 bulan yang lalu. "Wajah kamu berseri-seri sekali. Apa rahasianya?" tanya Alin pada Meri yang tinggal di sebelah rumahnya. "Ah, biasa saja. Hanya nafkah lahir dan batin yang cukup dari pasangan," jawab Meri sambil tersipu malu. Alin dapat melihat pancaran kebahagiaan dari wajah wanita berlesung pipi itu. Seketika senyum di wajah Alin menghilang, dia tercenung. Hal ini membuat Meri menatap Alin dengan heran. "Kamu kenapa? Apa ada yang salah dengan perkataanku?" tanya Meri pelan. Alin menggeleng. "Tidak, kok. Hanya saja aku merasa kamu
Baca selengkapnya
Bab 2. Dimas Kepergok dan Terusir
Tubuh Alin bergetar menahan emosi saat melihat Dimas sedang duduk bersandar di kepala tempat tidur sambil menonton video porno dan memuaskan dirinya sendiri. "Apa-apaan kamu Alin!" bentak Dimas sambil buru-buru memperbaiki letak celananya dan mematikan video di telepon genggamnya. "Kamu yang apa-apaan, Dimas! Saat aku meminta nafkah batiniah, kamu selalu mengabaikan! Namun, dibelakangku ini kelakuanmu!" bentak Alin sambil terisak. "Apa kurangnya aku? Apa kamu jijik padaku?" tanya Alin berjalan mendekati Dimas. Dimas yang saat itu sedang sangat bernafsu, emosi karena Aleena mengganggu kegiatannya. Pria itu menatap sang istri dengan tatapan nyalang dan menamparnya. Lalu melangkah pergi meninggalkan sang wanita yang menangis tersedu.*** "Aku mau melamar kerja," kata Alin saat mereka lagi sarapan bertiga. "Umur setua ini sudah susah bagi kamu mendapatkan kerja. Zaman sekarang orang mencari karyawan yang masih segar dan muda," ledek Dimas sambil menaikkan satu sudut bibirnya.
Baca selengkapnya
Bab 3. Dendam Meri
Alin yang kini sendirian di ruang tamu merasakan sepi menyergapnya. Dia tidak mampu lagi membendung tangis. "Sekarang semuanya sudah usai. Hati ini sangat sedih dan terluka. Namun, mungkin ini yang terbaik daripada terus tersakiti karena sikapnya. Aku harus kuat demi Nayla" ucap Aleena pelan Cukup lama Alin menangis. Semua kejadian demi kejadian yang melibatkannya dengan Meri dan Dimas muncul satu demi satu di kepalanya. Alin tidak habis pikir Meri yang sudah dianggap seperti saudara sendiri tega menusuknya dari belakang. Perlahan Alin berdiri dari duduknya lalu berjalan dengan gontai keluar rumah, menuju rumah Merry. Alin masuk ke halaman rumah Meri melalui pagarnya yang tidak tertutup rapat. Perlahan Alin mengetuk pintu rumah Merry. Tidak lama kemudian Mari keluar. Saat melihat Alin, Meri mencoba untuk menutup pintu kembali. Namun, dengan cepat Alin mendorong pintu itu dan masuk tanpa persetujuan Meri. "Jangan lancang masuk rumahku!" bentak Meri. Alin menatap Meri dengan taj
Baca selengkapnya
Bab 4. Kembali Terguncang
Alin menatap Bram dengan berurai air mata. Dia mengangguk. "Apa sebelum Dimas pergi, kalian pernah melakukan hubungan suami istri?" Tangisan Alin semakin keras mendengar pertanyaan papanya. Hal ini membuat Bram memandangnya dengan penuh kekhawatiran. "Tidak apa-apa, Nak. Katakan saja semuanya pada Papa," ucap Melisa sambil terisak. Alin mengangguk. "Dia memaksaku, Pa! Dia memperlakukan aku seperti sampah!" raung Alin. Bram mengepalkan tangannya dengan kuat. Wajahnya memerah menahan amarah. Seandainya saja, saat itu di depannya ada Dimas, mungkin dia akan memukulnya sampai tidak bernyawa. Bagi Bram, Alin adalah harta paling berharga di antara semua harta benda yang dia miliki. 10 tahun dia dan Melisa berjuang dan akhirnya lahirlah Alin, tetapi sekarang seseorang malah semena-mena terhadap anaknya. "Mulai sekarang kamu ikut dengan Mama dan Papa. Kamu uruslah beberapa hotel dan kontrakan. Papa akan mengurus perceraian kamu dengan Dimas. Manusia biadab itu tidak a
Baca selengkapnya
Bab 5. Kebenaran Yang Lainnya Terkuak
"Kenapa berhenti, Ma? Mama capek?" Nayla menatap Alin heran. "Iya, Sayang. Namun, sudah hilang capeknya. Sekarang kita pulang, ya. Biar bisa istirahat." Alin mengendarai mobilnya dengan hati kacau. Menahan tangisan saat ingin menangis adalah hal yang sulit dan diposisi itulah Alin saat ini. Selesai mengerjakan tugas, Nayla tidur di kamarnya, sedangkan Alin termenung di kamar. Dengan berbaring di atas tempat tidur, Alin menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan kesedihan yang dari tadi ditahannya. Entah berapa lama Alin menangis, hingga tertidur karena lelah. Pagi hari mereka beraktivitas seperti biasa. Setelah mengantarkan Nayla ke sekolah, Alin melajukan mobilnya ke suatu tempat. Hari ini, penampilan Alin sangat berbeda. Pakaian sangat modis dan semuanya bermerek, dipadu dengan riasan wajah flawless. Ada satu hal yang harus dia pastikan saat ini juga. Alin berhenti di sebuah rumah yang kemaren sore dilihatnya. Dia memarkir mobilnya tidak jauh dari sana dan terus menatap rumah itu.
Baca selengkapnya
Bab 6. Awal Pertemuan Kembali
"Tega kamu, Irfan! 3 hari lagi kita akan menikah dan semuanya sudah dipersiapkan! Namun, apa ini?! Kamu malah menikah dengan wanita lain!""Kamu mau mempermalukan aku dan keluargaku?! Mau ditaruh dimana muka kami?! Apa kamu tidak memikirkan sedikit saja perasaanku?!"Seorang wanita cantik dengan dress warna peach, meraung di depan pelaminan. Dia memukul-mukul tubuh sang mempelai pria dengan kedua tangannya sambil sesekali menendangnya. Sang mempelai pria mencoba mengelak dan menangkap tubuh mungil itu, tetapi entah kekuatan dari mana, sang wanita berkali-kali bisa melepaskan diri. Lalu, kembali melampiaskan kemarahannya. "Apa-apaan kamu, Mayang? Kamu mau membuat aku malu? Kalau kamu terus bertingkah seperti ini, jangan salahkan jika petugas menyeretmu keluar!" teriak sang mempelai pria."Kamu yang apa-apaan! 3 hari lagi kita akan menikah! Namun, kenapa kamu malah menyakiti aku, dengan menikahi wanita sundal ini! Kamu iblis, Irfan!Sang mempelai pria, Irfan, tampak kewalahan, lalu mem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status