LOVE and LIE

LOVE and LIE

Oleh:  SashiArumi  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
47Bab
14.9KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kegagalan pernikahan pertamanya membuat Aara sempat terpuruk. Namun, dia memilih untuk bangkit. Hingga akhirnya dia bertemu dengan laki-laki baru yang membuat harapannya kembali muncul. Namun, apa jadinya jika laki-laki itu ternyata seseorang yang ikut andil dalam hancurnya pernikahannya dulu. Mampukah dia bertahan? Atau dia memilih untuk pergi?

Lihat lebih banyak
LOVE and LIE Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
ella dita
gooooooooooooooooood
2021-11-11 23:26:00
0
user avatar
Sri Wahyuni
sebenarnya dah ketebak jalan ceritanya, tp tetep penasaran gimana cara penulis menceritakannya. ceritanya bagus, ga ngeboseni malah ga pengen berhenti bacanya
2021-10-22 23:32:25
0
user avatar
Ika Rosita
masalah ringan tapi ga bikin boring ..seru
2021-08-23 03:10:11
0
user avatar
Mocha Latte
Aku sebal sama kirana. Apa sih yg dia mau? Aku gak abis pikir gimana ada wanita yg tidak punya urat malu seperti itu. Suka merebut hak orang lain. Maaf aku emosi. Aku hanya kasihan sama Aara😭Done baca, author. Aku tunggu bab2 selanjutnya👍🏻😘
2021-06-27 03:07:37
3
47 Bab
1
Bau obat-obatan masih tercium jelas, kepala wanita itu bahkan masih terasa pusing. Namun, dia tetap memfokuskan diri untuk mendengar penjelasan dokter di depannya.Dokter cantik itu tersenyum hangat, tapi hal itu tidak bisa menutupi kilat kesedihan di matanya. Mengingat berita yang akan dia sampaikan adalah berita buruk, "maaf, Bu. Anda keguguran."Satu kalimat yang diucapkan oleh wanita berbaju dokter itu, membuat dunia Aara seakan runtuh. Kebahagiaan yang kemarin dia rasakan ketika melihat dua garis biru, kini lenyap tidak tersisa. Kini bagaimana dia bisa bertahan jika satu-satunya penguat dalam hidupnya kini telah pergi?"Yang sabar, Bu. Insya Allah ini yang terbaik dari Allah." Dokter dengan nametag Annisa itu, mencoba menguatkan sang pasien yang terlihat terguncang. Pasien yang dari data pribadinya diketahui bernama Aara Farhana, adalah korban tabrak lari semalam. Karena itulah dia harus kehilangan janin yang baru berusia tiga bulan."Terima kasih, D
Baca selengkapnya
2
Bunyi ketuk palu hakim, menandakan berakhirnya pernikahan dua manusia yang duduk bersebelahan. Tidak raut berarti di wajah kedua orang itu. Mereka sama-sama terlihat biasa saja di depan semua orang. Namun, tidak ada yang tahu bagaimana perasaan mereka sebenarnya.Secara bersamaan mereka berdiri. Dafa berjalan menghampiri Aara, mengajak bersalaman yang dibalas Aara dengan menangkupkan kedua tanggannya di dada."Semoga kamu bahagia, Mas." Doa Aara tulus.Dafa menatap kepergiaan mantan istrinya dengan perasaan berkecamuk. Tidak! Dia tidak akan menyesal. Tekad Dafa dalam hati.Meski ragu kian menggelayuti hati. Dia tetap akan bertahan, tidak akan kembali pada masa lalunya.Sedangkan Aara tetap berjalan tegap menuju pintu keluar. Raut wajahnya tenang, senyum tipis menghiasai bibir saat tidak sengaja bertatap dengan orang-orang berada di tempat yang sama dengannya. Itu semua semata-mata dilakukan untuk menutupi hatinya yang remuk redam.Bayangan indahnya p
Baca selengkapnya
3
Aara menatap pantulan dirinya di cermin. Wanita berkulit kulit langsat itu terlihat anggun, dengan gamis abu-abu tua yang menutupi lekuk tubuhnya. Juga, kerudung warna serupa yang menjuntai hingga punggungnya tertutup sempurna.Satu tahun telah dia lalui untuk menyembuhkan hati. Berat? Iya, awalnya memang Aara merasa berat, tapi perlahan dia bisa bangkit.Mengecek jam yang menempel pada dinding yang kini dicat biru muda. Aara bergegas turun ke bawah, karena jarum pendek sudah diangka delapan. Itu artinya sebentar lagi Mbak Yuli akan datang.Benar perkiraan Aara, begitu dia sampai di ujung tangga bawah, sebuah bel berbunyi nyaring."Wa'alaikumsalam," jawab Aara sambil melangkah ke pintu, "masuk, Mbak."Wanita yang sudah enam bulan terakhir membantu Aara membuat kue itu, segera masuk. "Hari ini banyak pesanan?" tanya Mbak Yuli seraya mengikuti Aara menuju dapur."Alhamdulillah, Mbak." Aara memperhatikan Mbak Yuli yang mulai bersiap-siap, menaruh tas
Baca selengkapnya
4
Suasana cafe violet, tidak begitu ramai. Mengingat waktu menunjukkan pukul dua, di mana orang-orang yang biasanya nongkrong di tempat itu, sudah kembali pada rutinitas masing-masing.Hanya ada beberapa pengunjung di sana, yang asyik bercengkrama dengan temannya di cafe yang bernuansa ungu itu. Namun, ada yang berbeda. Dua pasang manusia yang duduk di pojok ruangan seperti tengah berbicara dengan serius."Bagaimana ini? Sampai sekarang Mas Dafa gak ada tanda-tanda akan melamarku. Padahal perceraiannya sudah satu tahun lebih." Mata wanita berkulit putih itu berkaca-kaca, dengan segera dia menunduk ketika air matanya mulai jatuh.Terlambat! Laki-laki berkaca mata di depannya sudah mengetahui hal itu. Maka dengan pandangan sendu, dia mengulurkan tisu pada sang wanita pujaan."Kalau begitu menyerah lah." Fawaz—si laki-laki berkaca mata—menatap lembut wanita yang kini juga balas memandangnya."Aku gak bisa, Kak. Aku cinta sama dia."Tanpa wanita itu sad
Baca selengkapnya
5
Aara melambaikan tangan pada Rosi yang sudah menunggunya. Wanita itu segera berjalan ke arah balkon, tempat sang sahabat berada."Sorry, lama." Aara mendudukkan diri di depan sahabatnya."Gak, kok. Aku juga baru dateng." Tiba-tiba Rosi menatap Aara intens, sambil tersenyum misterius. "Tadi siapa?"Kening Aara mengkerut. "Siapa?""Itu, lelaki berkaca mata yang ngobrol sama kamu di parkiran." Rosi menaik turunkan alisnya.Aara berdecak kecil atas godaan sahabatnya. "Anaknya Bu Laras.""Kalian udah kenalan?""Tadi dikenalin Bu Laras di bawah." Aara mulai membuka buku menu, untuk memilih makanan apa yang akan dia pesan."O ...."Wanita berkulit kuning langsat itu mendongak, begitu mendengar nada aneh sang sahabat. Dia memutar bola mata, saat Rosi tengah tersenyum tipis padanya. Aara jelas tahu, apa maksud senyum itu. "Jangan mikir yang aneh-aneh!""Emang aku mikir apa?" goda Rosi."Kita sahabatan udah berapa lama sih? Ten
Baca selengkapnya
6
Tante gak tau lo Aara itu temannya Rosi," ujar Bu Laras sambil menatap dua wanita di depannya dengan mata berbinar.Aara tertawa kecil. "Iya, Tante. Aku juga gak tau kalau Rosi kenal Tante. Padahal tadi kami makan di cafe tante, tapi dia sama sekali gak bilang apa-apa." Aara melirik sahabatnya yang ikut tertawa."Aku juga baru tau hari ini, kok," bela Rosi."Seandainya tante udah tau dari dulu, pasti kamu sudah tak ajak kerja sama." Bu Laras tersenyum penuh arti pada Rosi."Kerja sama apa, Tan?" tanya ibu hamil itu sambil mengerutkan kening."Ada, deh. Nanti tante japri," ujar Bu Laras sambil tertawa.Fawaz yang sedari tadi fokus menikmati ikan gurame bakar, menghela napas tidak kentara mendengar pembicaraan sang ibu. Sepertinya mulai besok hidupnya akan direcoki terus oleh sang ibu. Pasti wanita yang telah melahirkannya itu, akan berusaha mengajak Rosi untuk bekerja sama agar bisa mendekatkan dia dan wanita di depannya. Bahkan, mungkin saja ibuny
Baca selengkapnya
7
Banyaknya orang berlalu lalang, seperti tidak berpengaruh pada wanita yang sejak beberapa menit lalu, tetap duduk di motornya tanpa berniat menyalakan mesin motor itu.Pikiran wanita berkulit kuning langsat itu, masih terpaku kejadian beberapa saat lalu. Tentang pertemuannya kembali dengan mantan suaminya. Bukan, masih ada rasa yang tertinggal hingga dia memikirkan laki-laki itu. Namun, dia hanya merasa ... aneh?Tidak ingin menyia-nyiakan waktu, Aara lantas menggeleng pelan. Mengusir pikiran yang tidak seharusnya hadir. Memutar kunci motornya, Aara bermaksud pergi dari sana, sebelum suatu hal masuk dalam penglihatannya.Seorang gadis kecil, yang dia perkirakan berusia empat tahun celingak-celinguk, seperti sedang mencari sesuatu. Dari gesturnya yang mengusap pipi berkali-kali, Aara tahu gadis itu sedang menangis. Maka tidak menunggu lama, wanita itu segera turun dari motor untuk menghampiri gadis itu."Hai," sapa Aara.Tidak ada jawaban apapun dari gad
Baca selengkapnya
8
"Bunda mau ke toko?""Hem."Fawaz menelan makannya dengan susah payah. Meskipun hari ini sang ibu menyiapkan menu favoritnya, soto ayam. Namun, hal itu tidak lantas membuatnya menjadi berselera makan. Dikarenakan wanita yang dihormatinya itu seperti sedang mengajak perang dingin.Sedari subuh tadi, ibunya sangat diam. Jika biasanya, sang ibu akan selalu mengomentari apa saja, cerita ini itu, tapi hari ini semua terasa berbeda. Sang ibu hanya menjawab sekenanya saat Fawaz bertanya.Bahkan saat tadi Fawaz mencomot tempe goreng tanpa cuci tangan, Bu Laras hanya diam. Padahal jika dalam suasana hati biasa, sudah dipastikan Fawaz akan diberi nasehat panjang lebar tentang pentingnya menjaga kebersihan.Hal ini tentu saja menimbulkan rasa bersalah dalam hati laki-laki berkaca mata itu. Yatim dari kecil, membuat Fawaz sangat dekat dengan sang ibu. Ketika beranjak dewasa, dia berjanji pada dirinya sendiri, untuk menjaga sang ibu. Mengingat bagaimana dulu, ibunya
Baca selengkapnya
9
Fawaz melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, setelah mendapat telepon dari seorang wanita yang mengabarkan kalau saat ini sang ibu tengah sakit.Sambil mendengarkan petunjuk dari peta digital. Fawaz berusaha untuk tetap fokus, meski hatinya dilanda rasa khawatir tentang keadaan sang ibu. Rasanya tadi pagi sang ibu baik-baik saja, dan lagi ibunya selalu menjaga kesehatan dengan olahraga dan juga makan dengan menu sehat. Jadi, kenapa tiba-tiba sang ibu sakit?Mengamati sebentar rumah berlantai dua, apakah sudah sesuai dengan peta digital. Fawaz segera turun dari mobil, langkah besarnya melewati halaman kecil sebelum sampai pada pintu rumah yang terbuka."Assalamu'alaikum," ucapnya."Wa'laikumsalam." Suara itu terdengar bersamaan dengan munculnya seorang wanita berkulit kuning langsat. "Silakan masuk Mas."Fawaz mengikuti langkah Aara masuk dalam ruang tamu. Laki-laki itu mengerutkan kening, begitu mengetahui sang ibu yang tampak baik-baik saja.
Baca selengkapnya
10
"Kenapa Kakak gak bilang, kalau wanita yang akan dijodohkan dengan Kakak adalah dia?"Fawaz tidak menatap lawan bicaranya, pandangannya tetap lurus pada jalanan yang terlihat sepi.Ya, setelah tadi Aara pulang. Kirana meminta ijin Tante Laras untuk mengajak Fawaz keluar. Dia mengatakan ada sesuatu yang ingin dibeli dan meminta Fawaz untuk mengantarkannya.Alih-alih membeli sesuatu, mereka justru dud di sebuah bangku taman. Tempat yang masih satu komplek dengan rumah mereka, yang pagi menjelang siang ini, mulai tampak sepi."Kenapa aku harus bilang?" jawab Fawaz setelah jeda lumayan lama.Kirana berdecak kesal. "Kak, dia itu masa lalu Mas Dafa, kamu ingat, kan? Kalau hal ini, sejak kemarin aku pasti akan meminta bantuanmu."Fawaz menatap tajam Kirana. "Jangan meminta yang aneh-aneh!" tegas Fawaz."Tolong Mas, hanya kamu yang bisa menolongku. Tolong terima perjodohan ini."Fawaz menggeleng pelan. "Dengar, kalaupun nanti aku menerima perj
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status