Pemikat Hati Sang Kapten

Pemikat Hati Sang Kapten

last updateTerakhir Diperbarui : 2024-10-09
Oleh:  Mommy RaqilaOn going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
47Bab
920Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Gendis adalah seorang artis multitalenta dengan bayaran cukup mahal dalam sekali tampil. Tak jarang juga beberapa rumor menimpa wanita berparas ayu itu hanya untuk menaikkan pamor artis lainnya. Sangat menyebalkan sebenarnya, namun Gendis hanya memasrahkan semua rumor tersebut pada agensi dan managernya. Hanya satu rumor yang tak pernah agensi bantah. Yaitu isu perselingkuhan yang menyeret nama Gendis dengan salah satu aktor yang tak lain teman lamanya dan itu permintaan dari Gendis sendiri. Agensi diam, karena Gendis memilih bungkam. Hingga empat tahun kemudian wanita itu mendapat masalah besar yang membuat rumit kehidupan rumah tangganya karena rumor tersebut.

Lihat lebih banyak

Bab 1

Gendis Arunika

Jam masih menunjukan pukul tiga dini hari. Akan tetapi suara langkah kaki seorang wanita yang hilir mudik dengan beberapa perabot dapur memperlihatkan sebuah kesibukan di sana.

Gendis Arunika namanya, biasa dipanggil Gendis yang kini berstatus sebagai istri dari seorang Prajurit TNI berpangkat Kapten, dulunya ia adalah seorang aktris multitalenta namun memilih meninggalkan dunia keartisan dan hiruk pikuk kehidupan Ibu Kota yang turut membesarkan namanya.

Wanita berparas ayu tersebut begitu kewalahan. Pasalnya ia sedang membuat tiga makanan untuk acara bazar dengan jumlah seratus biji persatu jenis makanan.

Dan perlu digaris bawahi! Bahwa ia menyiapkan semua makanan tersebut sendirian hingga parasnya jelas menampakkan sebuah kelelahan.

Sedang Galuh yang tak lain suaminya tengah bertugas, sudah empat belas bulan mereka LDM alias Long Distance Marriage. Galuh sedang melakukan tugas negara ke pulau bagian timur Indonesia. Namun Gendis juga sudah mendapat laporan jika lusa suami dan beberapa prajurit lainnya akan kembali.

Senyun Gendis kembali terbentang, menciptakan lekukan manis pada kedua pipinya.

Membayangkan kehadiran pria yang berhasil membuat harinya penuh debaran, Wanita itu seakan kehilangan rasa penat hanya karena mengingat kepulangan Sang Suami.

Terbukti dari betapa semangatnya Gendis membungkus dan memindahkan semua makanan pada rantang besar, kemudian membawanya ke ruang tamu tanpa kehilangan senyumnya hingga tanpa sadar panggilan azan subuh berkumandang.

****

"Ayo Bu Kapten Saya bantu."

Gendis menoleh, sedikit kaget sebenarnya karena sebuah sapaan mendadak tersebut. Seorang wanita dengan usia empat puluhan tak lain salah satu ibu persit yang tinggal di sebelah rumahnya tiba-tiba sudah ada di belakang Gendis.

"Makasih Bu Har, ini Pak Hari sudah berangkat ya tadi?"

Bu Hari menggeleng tegas, siapa yang berangkat di pagi buta begini. Wanita yang juga masih terlihat cantik itu segera mengambil alih rantang besar berisi mika nasi kebuli dan memasukkan pada bagasi mobil Gendis yang telah terbuka.

"Belum Bu, kan masih jam lima subuh. Sebentar lagi Bapak ke sini buat bantu Bu Gendis," beritajunya

Lantas Gendis tersenyum lebar. Hanya mereka yang selama ini membantu Gendis. Namun itu sudah cukup membuatnya bersyukur karena masih ada yang peduli padanya.

Entah kemana ibu-ibu yang lain. Mereka seakan menjauh dan enggan bersinggungan dengannya. Awalnya Gendis mengira bahwa mereka hanya segan karena Gendis mantan publik figur sekaligus istri dari seorang Kapten.

Namun hal itu sudah berlangsung dua tahun, dan perlakuan serupa tak berubah. Tak jarang ia juga kadang menerima sebuah sanksi karena sesuatu yang Gendis saja tak tahu.

"Makasih Ya Bu, Bu Har bantuin Saya terus selama ini," ucap Gendis tulus.

"Nggak apa tho Bu Kapten. Kan ini salah satu tugas Saya untuk membantu Bu Kapten."

Wanita itu menarik diri setelah membantu memasukkan semua makanan, begitu pula suaminya yang sudah berseragam lengkap. Tadi Hariyono sudah berniat ikut untuk mengantar Gendis, namun karena ada kesibukan lain ia urungkan dan mengutus putrinya untuk ikut Gendis.

Lagi pula ia yakin Gendis hanya akan sebentar karena nanti sekitar jam sebelas siang rombongan satgas sudah kembali dan akan berkumpul di lapangan kodam.

"Kok buatnya banyak Bu?"

"Oh enggeh, Saya lebihkan Pak. Biar bisa bagi-bagi sama lainnya Pak," sahut Gendis santun.

Hariyono mengangguk paham. Kemudian membiarkan Gendis berangkat bersama putrinya yang sedang libur sekolah agar bisa membantu Gendis ketika wanita muda itu menyiapkan tempat bazar.

"Bu, jadi artis itu enak nggak Bu?" tanya Seruni ketika mobil mulai melewati gang perumahan mereka.

Gendis tak langsung menjawab, wanita itu bergumam sembari memikirkan bagaimana cara menjawabnya.

"Kalau Kamu punya orang dalam gampang. Tapi kalau nggak punya agak susah Dek. Kamu benar-benar harus bersaing."

"Anu, katanya sampek ada yang rela dipake ya Bu ... maaf."

Gendis kembali diam. Memang tak jarang seorang seleb wanita melakukan hal itu untuk memuluskan karir dan kadang pula ada yang bersedia menjadi simpanan agar dompet tetap tebal.

Namun Gendis bukan salah satu dari mereka. Ia berangkat dari sebuah ajang pencarian bakat. Menjadi penyanyi, kemudian menjajal kemampuannya di bidang akting. Ia tak pernah menyerah, tawaran apapun ia ambil hingga namanya melambung tanpa perlu menggadaikan tubuhnya meskipun butuh waktu yang cukup lama.

"Mungkin, ada beberapa kasus yang seperti itu. Tapi itu kan tergantung kitanya Dek. Kalau kita mau bisa aja sih tapi kalau kita percaya sama kemampuan kita ya nggak perlu lewat jalan itu."

Gendis memarkirkan mobilnya tak begitu jauh dari tempat yang akan ia jadikan stand tempatnya berjualan.

"Gitu ya Bu?"

Gendis mengangguk. Melihat raut wajah Seruni sembari tersenyum simpul.

"Pengen jadi Aktris Dek?"

"Ah tidak Bu, saya pengennya jadi pelukis Bu."

Mendengar jawaban Seruni, Gendis mengangguk kemudian menepuk bahu gadis di sampingnya, "apapun itu, jangan menyerah. Selalu ada jalan untuk mencapai kesuksesan tanpa harus menggadaikan harga diri. Kamu mengerti!"

Senyum Seruni merekah, ia semakin kagum melihat sosok wanita di depannya itu. Tak peduli beberapa desas desus yang beredar, menurutnya Gendis sosok wanita yang kuat layaknya batu karang.

"SIAP BU KAPTEN!"

Gendis terbahak. Ia mengacak rambut Seruni kemudian turun.

Suasana masih sepi, membuat Gendis dengan leluasa bisa menyiapkan beberapa tempat untuk dirinya dan beberapa anggota persit yang lain.

Waktu terus berlalu, semua anggota sibuk menawarkan produksi mereka pada para mengunjung bazar yang lumayan ramai.

Begitu pula stand milik Gendis, berkat kepiawaian Gendis dalam mengolah masakan. Hampir semua makanan yang Gendis jual tersisa sedikit. Bisa dikatakan bazar kali ini sukses besar dan mungkin akan mendapat hasil yang lumayan untuk acara amal nantinya.

"Bu Kap, udah jam setengah sebelas. Ibu nggak mau jemput Kapten Galuh?" tanya Seruni merapikan mika-mika makanan Gendis agar kembali rapih.

"Kan masih lusa Dek?"

Alis Seruni bertaut. Benarkah? Sepertinya tadi Ayahnya mengatakan bahwa Pasukan Satgas akan sampai siang ini.

"Tidak kok Bu, Ayah tadi bilang kalau Kapten Galuh akan sampai di lapangan siang ini juga. Jam sebelas."

Gendis segera menoleh, jelas raut wajahnya tak bisa menyembunyikan kebingungan disana, "masa sih Dek?"

"Iya Bu," sahut Seruni meyakinkan.

Tanpa banyak tanya lagi Gendis segera beranjak. Mengecek ponsel dan memeriksa pesan yang masuk. Benar saja, ada satu pesan yang baru masuk dan mengatakan jika semua prajurit yang baru tiba sudah berkumpul di lapangan kodam.

"Iya Dek udah pulang. Ayo kita pulang. Ini sisanya kita kasih aja ke orang nanti."

Dengan tergesa Gendis membereskan makanan. Wanita itu juga lekas melajukan mobilnya setelah beberapa saat harus berjalan pelan untuk menghindari para pejalan kaki yang mengunjungi bazar.

Gendis menurunkan Seruni di gang tempat mereka tinggal. Setelah itu kembali melajukan mobil ke lapangan yang tak jauh dari perumahan tersebut.

Wanita itu turun dengan cemas pasalnya lapangan sudah agak sepi. Hanya beberapa prajurit yang masih single saling bertukar kalimat rindu dengan keluarga.

Manik Gendis berlarian, mencari sosok yang selama ini ia rindukan keberadaannya. Katakan saja Gendis bucin sejati karena pada kenyataannya ia memang seperti itu.

Jika ada orang yang bertanya siapa yang sangat ia cinta lebih dari dirinya sendiri. Itu pasti Galuh, bahkan beberapa kali ia terbang ke Papua hanya untuk melihat pria itu dari jauh.

Gendis tak berani mendekat karena Galuh melarangnya.

"Bu Kapten? Mas Galuh sudah pulang tadi."

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
47 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status