The Shadows Man

The Shadows Man

Oleh:  Cristhina  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
24 Peringkat
13Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Bukan hanya perempuan yang ingin di sayangi dan memerlukan sebuah perhatian, begitu pula seorang pria. Sedingin apapun Pria, hati nurani tak bisa di bohongi. Sedalam apapun ia menutupi perasaannya, Pria adalah manusia biasa. Naluri pria terkadang tidak mengetahui bagaimana perasaannya sendiri, hal ini yang membuatnya membisu. Zero, Pria muda yang terluka akan seorang wanita. Hingga membuatnya enggan dekat dengan seorang wanita. Bahkan karena emosinya ia pun terjebak dengan dunia penuh dosa. Maindset-nya mengatakan, 'Wanita hanya untuk bersenang-senang saja.' Tapi, setelah lama ia melakoni dunia hitamnya, ada suatu hal yang menarik perhatiannya. Sebuah kelembutan hati meluluhkan maindset-nya yang kukuh. Dalam sebuah kebohongan, ia menjalani dunia hitamnya di sertai dengan sebuah ikatan pernikahan. Pernikahan yang berjalan penuh dengan kebohongan itu membuatnya labil. Mau tahu cerita Zero seorang pemuas wanita bernafsu dunia? Ayo ikuti alurnya.

Lihat lebih banyak
The Shadows Man Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Ahmed Sean
ceritanya kapan lanjut?
2022-02-15 21:33:25
0
user avatar
Sayhanki Official
cerita nya bagus dan menarik kk.. ...
2021-10-14 20:55:40
0
user avatar
Rhill
Sinopsis sebagus ini Blurbnya jga enak di baca wajib masuk listtt......
2021-10-14 11:51:02
0
user avatar
Pratiwi
Keren, bikin penasaran. Semangat up ya thor
2021-10-14 08:35:13
0
user avatar
Puan alf
keren kak, lanjut ...
2021-10-12 21:40:33
0
user avatar
deaarmaya
suka banget sama cerita mafia-mafia gitu. da novek ini tuh, bikin aku tambah suka! parah banget deh! semangat ya Thor!!!!
2021-10-12 19:05:45
0
user avatar
Eluna Mood
Jahat kali Bos Dady. Dan Monik ... Astaga, kupikir dia ....
2021-10-12 11:37:37
0
user avatar
Cheezyweeze
well, aku cari2 akhirnya ketemu juga. semangat kak
2021-10-11 11:52:31
0
user avatar
Titin Widyawati
Semangat Menulisnya, Kak! Saya masukkan ke rak buku dlu, biar bisa dibaca kapan-kapan.
2021-10-08 15:53:07
0
user avatar
RAZILEE
baguss thorr nextt
2021-10-08 12:53:48
0
user avatar
Syam Purnomo
Semangat Zero, semoga bintang nya lekas menyala. jangan lupa mampir di karya ku ya. gembel elit.
2021-10-08 09:47:27
0
default avatar
Tri Nur
Semangat up kaakkkk
2021-10-08 09:33:16
0
user avatar
Cucu Suliani
Semangat zero.... ............
2021-10-07 14:00:50
0
user avatar
Ursa Mayor
Akhirnya bisa dan ketemu juga ceritanya. Awalnya sudah bagus ceritanya. Aku hanyut sampai bab 7.
2021-10-05 20:23:57
1
user avatar
Cristhina
Perjuangan Zero sebagai gigolo sangat sulit untuk selamat. terus ikutin ceritanya ya
2021-09-28 20:41:34
0
  • 1
  • 2
13 Bab
Kucing hitam
Lelaki setengah baya, dengan janggut tebalnya tak pernah jauh dari cerutu berbahan kayu. Ia sedang bercengkrama dengan beberapa lelaki muda berusia kisaran 18 sampai 20 tahunan. Sebut saja dia Bos Dady.  Ada yang tertawa, ada yang memijat jari jemari kaki, dan ada juga yang memijat di area punggungnya. Mereka saling bercanda ria, seolah tak ada setitik pun masalah yang menggelayuti kehidupan nyata mereka. Ketika mereka sedang saling bersahutan melempar candaan, seketika itu tawa mereka terhenti. Tatapan mereka bersarang kompak di salah satu handphone yang di letakan berjejer di lantai berkarpet merah. Zero Brijen, salah satu lelaki kepercayaan dari Si Dady, langsung meraih handphone itu."Ini Bos!" ia menyerahkan handphone yang terus berdering nyaring.Bos Dady tersenyum memicingkan bibirnya, seolah sedang berterimakasih karena tanpa di suruh pun, Zero cukup ce
Baca selengkapnya
Celakalah Zero
Mata Zero yang remang-remang seolah banyak bintang, kini sudah cerah kembali. Tatapannya sedikit heran, karena semua yang ia lihat hanya putih gamlang. Langit-langit dan semua dinding nampak putih bersih saat ia mulai sadarkan diri. Ia merasa sedang berada di sebuah tempat asing yang sama sekali tak ia kenal. Zero mengerjatkan tubuhnya bergegas bangkit dari ranjang berkaki besi. "Hei ... akikah bangun juga, yeee?" Cakap Monik sahabatnya, sambil menyelipkan rambut halus di telinganya. Zero mengedipkan mata, menyidik wajah Monik semakin dekat. "Huft! aku kira siapa? Bagaimana dengan Bos? Wanita itu?" Bukan Nenek tua yang ia tanyakan. Tapi sebelum Zero tak sadarkan diri, matanya tertuju pada seorang wanita tinggi semampai yang merangkul Nenek tua, dan melindungi dari mobil yang di kemudikannya."Santuy! Bos lagi nyenyong sama kiwk kiwk di lapang barunya .
Baca selengkapnya
Berhati-hati
"Ka-kamu siapa? kenapa ada di apartemenku?" tanya Zero terbata-bata. Ia menjulurkan tangannya seolah sedang waspada. Seorang Pria muda berusia kira- kira di atas umur Zero tersenyum sinis. Berdiri tegak saling berhadapan. "Jangan so' munafik! aku bayar kamu mahal!" ucapnya mengagetkan Zero. Jelas Zero kaget. Selama ini dia tidak pernah mencampur adukkan antara kehidupan real dengan bisnis malamnya. Apalagi pelanggan kali ini datang langsung ke apartemennya, dan parahnya lagi yang berhadapan dengan Zero adalah seorang pria. Ia tahu harus semakin waspada karena Pria akan lebih membahayakan dibandingkan wanita. Alih-alih Zero menyambutnya, ia malah bersikap bodoh dan berpura-pura polos tidak tahu apa yang sedang di ucapkan pria itu. "Kamu salah orang! saya mohon jangan ganggu saya sekarang!" dalih Zero sedikit mengelak.
Baca selengkapnya
Pagi yang Ganjil
Pagi itu, Zero bangun lebih awal dari pada biasanya. Sesuatu membuatnya merasa sulit untuk memejamkan mata. Namun ia tak ingin berlarut-larut dalam kejadian semalam.  Ia bangkit dari ranjangnya dan membersihkan tubuhnya. Jam dinding menunjukan angka 5.00 dini hari. ia merasa tidak punya kegiatan di pagi itu. Makanya ia menyibukan dirinya di area dapur dalam apartemennya. Ia menarik sebuah roti sobek dalam kulkas, lalu ia memanaskan buntalan roti di atas teplon milik ibunya. Dalam semua pergerakannya di atas kompor, ia menatap api dengan tatapan kosong. Zero masih ingat detik-detik dimana dia selalu di siapkan sarapan pagi oleh ibunya. Gara-gara kelakuan ayahnya yang selalu bermain dengan banyak wanita, membuat sang Ibu menghempaskan nyawanya sia-sia dengan cara bunuh diri. Itu sebabnya dia sangat dingin terhadap wanita.Prak!Tak sengaja te
Baca selengkapnya
Perkenalan Anjani
"Ingat! lelaki tidak boleh cengeng!" ucap Zero menguatkan anak itu dengan mata yang berkaca-kaca. Zero merasa dirinya sedang senasib dengan anak itu. "Siapa nama kamu Nak?" tanya Zero berbisik dengan tangan masih memeluk lelaki kecil itu. "Ken!" teriak Anjani mewakili jawaban anak kecil itu. "Kenzie namanya." Anjani berjalan mendekat ke arah Zero dan anak itu dengan langkah yang terpingkal-pingkal. Perlahan Zero pun berdiri nanar melihat wajah Anjani yang sangat lebam. "Kamu baik-baik saja?" tanya Zero kaku. "Entahlah, aku sudah tidak tahu bagaimana rasanya baik-baik saja," "Maafkan aku!" Zero pun mulai membantu Anjani memapah langkahnya hingga sampailah di apartemennya. "Tidah usah meminta maaf!" balas Anjani singkat. Sepanjang perjalanan menuju apartemen Anjani, Anak kecil i
Baca selengkapnya
Pertemuan Antar Pria
Jari jemari Zero yang sangat besar meremas terus perutnya terus menahan sangat sakit. Kepala menunduk masih mengkhawatirkan keadaan bagian perutnya yang terkena tinju. Secara bersamaan Bos Dady berjalan di iringi pengawalnya, menghampiri Zero yang masih duduk mengumpulkan kekuatan."Itu pelajaran buat kamu yang selalu datang terlambat!" sergah Bos Dady dengan mata tajamnya. Monik yang selalu bertingkah seperti perempuan seketika memperlihatkan kejantanannya. Ia melempar tas make up-nya lalu segera mungkin menggopoh Zero sang sahabat, dengan detak jantung yang ikut-ikutan berdetak kencang. "Gak gini juga dong bos? Zero 'kan belum sembuh seutuhnya, aku melihat sendiri dia berusaha on time ko' bos," bela Monik dengan suara lelaki yang sangat bulat. Seketika mata tajam Bos Dady mendarat di wajah Monik. Ia melotot dengan penuh kebencian, bahkan tangannya kembali mengepal hendak
Baca selengkapnya
Pendekatan
"Kamu di sini?" tanya Zero dingin.   Matanya berkeling liar seolah tak ingin fokus memandangi Anjani. Ia berusaha menyembunyikan rasa perdulinya sambil memasukan kedua tangan kedalam kantung celananya.   Anjani senyum manisdan mengangguk pelan.    Kantong kresek hitam yang di pegang Anjani jadi jawaban pertanyaan Zero. Makanya ia tak mengajukan pertanyaan lainnya.   Dalam suasana kaku, Ken menarik-narik ujung baju yang di kenakan oleh oleh Zero sambil bertingkah manja.   "Paman ... Ayo kita main!"   "Hust! Kenzie ...!" mata Anjani membulat memberi peringatan pada anak sematawayangnya.   "Tidak apa-apa, ayo kita main di sana!" ajak Zero pada Ken.   Keduanya berjalan sambil bergenggam tangan mengarah ke sebuah lapangan sepak bola yang lenglang karena malam sudah mulai larut.   Sedangkan Anjani
Baca selengkapnya
Zero Salah Kaprah
Pada detik yang sama, di bawah rembulan malam. Zero masih berdiri tegak sambil menutup mata dan sekujur tubuhnya terasa kaku.   Sisa keringat bekas bermain bola itu masih membuat tubuhnya basah. Kemeja yang ia kenakan terlihat mencetak dada karena keringat yang menempel. Satu rasa yang paling menggetarkan hati adalah sebuah desahan yang semakin jelas di telinganya.   Dada Zero terasa semakin memanas seolah terpompa kencang. Bagian ujung jari kaki yang mencengkram alas sepatu menandakan dia sedang berada dalam sebuah ketegangan.   Zero mempertahankan matanya tertutup dan merasakan gairah dari rabaan yang menggerayangi tubuhnya. Ia mulai pasrah setelah merasa ada sedikit sejuk dan basah menjilati telinganya.   Ia merasa melayang di angkat keudara, dan ada yang bangkit dari nalurinya yang semakin bergelora.   Setelah beberapa detik terasa lama, pikirannya mulai sadar
Baca selengkapnya
BAYANGAN SEMU
"Wih ... sudah belaga kuat ya? kamu pikir dengan membengkokan sendok, aku jadi takut?" pekik Steve.   Tubuhnya perlahan bangit dari meja makan, satu sisi bibirnya terangkat sinis. Mata bulatnya menyipit melirik naik turun di samping Anjani. Ia melangkah dengan santai tak bergeming sedikit pun.   "Sekali lagi kamu bilang ingin cerai, kamu bakal menyesal! bersyukur kamu tidak aku buang, semua itu berkat Kenzie." Tegas Steve.   Tubuh Anjani bergetar saat Steve mendekatinya dengan penuh ancaman. Ia membuat sebuah pertahanan dengan menyiapkan kepalan tangan dan mengumpulkan kekuatannya.   "Kalau kita bercerai, jangan harap kamu bisa melihat Kenzie lagi!" Lanjut Ancam sambil mencubit sisi dangu istrinya genit, dan pergi meninggalkan Anjani.   Dengan semua kata-kata yang di ucapkan oleh suaminya, Anjani merasa sangat terancam. Ia hidup bersama pasangannya bukan satu atau dua hari saja.
Baca selengkapnya
Handphone yang Tertukar
Lari Zero semakin kencang hingga semua yang ada di hadapannya ia tubruk tak beraturan.    Anjing kecilnya pun ikut berperan menarik Zero agar lari lebih cepat dan Fokus.   Namun karena Anjing itu berukuran kecil ia berlari bisa menyelip kemana pun dia suka.    Echo berlari menyelinap ke jalanan sempit sambil menyeret majikannya mencari arah.   Karena polisi semakin penasaran dengan pelarian Zero yang tiba-tiba, akhirnya pengejaran terhadap Zero semakin diperketat. Beberapa lelaki bertubuh gagah memakai seragam itu memegangi pentungan perangkat untuk berjaga-jaga.   Selain pentungan, jelas mereka memiliki senjata satu sama lain. Mereka simpan di bagian samping sabuk seragamnya.   Lari tiga orang polisi pun tak kalah cepat dengan pelarian Zero.   Melihat persimpangan, Zero merasa waktu yang tepat untuk mengecoh semua polisi.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status