LOGINPukul 18:00 Kesia berdiri di tepih jalanan kota Oxfordshire, Inggris. Menunggu supir dari Blenheim Palace menjemput dirinya. "Nona Kesia," sebuah mobil merek terkenal menepih. Supir menurunkan kaca. Melirik Kesia sekilas. Memastikan. "Iya" Kesia mengangguk pelan. Pintu mobil terbuka otomatis. Kesia mengangkat koper 20 Inchi miliknya masuk. Duduk di kursi penumpang. Mobil melaju lurus ke depan. Entah kemana tujuannya. Yang pasti bukan Blenheim Castle. Kesia tahu anjing yang dibesarkan oleh keluarga Churchill bertahun-tahun, menggigit majikannya sendiri. Dua jam lalu Kesia sengaja meminta nomor telepon supir yang akan menjemputnya. Lalu ia memberikan nomor tersebut kepada salah satu kenalannya. Dalam hitungan menit kenalannya menemukan pengkhianatan tersebut. Guna mencegah ular keluar dari sarangnya. Ia berpura-pura bodoh. Padahal ia telah merencanakan banyak hal untuk menyelematkan orang paling penting dalam konferensi politik malam ini. Malacy Percy. Kepala keluarga Percy. Or
Thom melangkah masuk. Menyusuri setiap lorong Alnwick Castle. Berjalan menuju ruang makan pribadi keluarga Percy. Di sana ibunya Vivienne tampak sedang menikmati camilannya sambil menonton acara televisi, bersama ipar dan keponakannya. "Paman___kamu mau tidak anggur yang di tanam Oma sendiri?" Sapa gadis kecil berusia sepuluh tahun itu saat melihat kedatangan Thom.Thom mengutipnya sebutir. Mengunyah sebutir anggur tanpa sepatah katapun. Mengambil remote televisi di atas meja. Duduk di sofa tepat di sebelah ibunya. Mengganti siaran televisi menjadi saluran berita internasional. Mengamati seksama setiap berita yang ditampilkan oleh penyiar. Nona Berry. Sepenggal nama yang mengguncang dunia pers selama beberapa tahun ke belakang muncul di layar sepanjang 100 Inchi tersebut. Membawa gosip baru dalam dunia konglomerasi dan elit Global. Berita tentang penembakan massal di Kota Saint Petersburg. Disusul dengan berita perjudian Nayla Wilson. Serta pelecehan sexual yang dilakukan Nath
Tingg____ Peluru yang harusnya menembus kepala Theodor Percy. Berbalik. Terlempar menjauh jatuh ke danau di halaman depan Blenheim Palace. Brukkkkk____ Seorang pria berpakaian serba hitam jatuh dari lantai atas Blenheim Palace ke lantai dasar. Mengejutkan para pelayan yang telah tertidur lelap. Srakkkkk_____ Desingan tessen yang menutup rapat kembali ke tangan pemiliknya. Memekakan telinga semua orang yang berada di sana. Termasuk para pelayan yang berada di lantai berbeda dengan para darah-darah istimewa di lantai utama. Mereka mau protes. Tetapi gadis pemilik tessen itulah yang menyelamatkan nyawa mereka malam ini. Andai ia tidak tiba tepat waktu. Nyawa mereka dapat dipastikan akan hilang sia-sia. Srrrr____ Kipas berbahan dasar besi dari negeri matahari terbit itu kembali terbuka. Tapi dengan suara yang lebih halus dan tidak menyakitkan gendang telinga kali ini. Gerakan mengayunnya lembut, terukur, dan pasti. Menciptakan suara yang lembut dan menenangkan. Sekali
Waw! Satu kata yang berhasil Theo ucapkan saat helikopter tipe Airbus H225 Super Puma tiba di Blenheim Palace Castle. Kekaguman, hanya itu yang bisa di gambarkan dari wajah Theo saat ini. Kemarin malam ia telah terpesona oleh indah dan megahnya Castle of Edinburgh.Hari ini ia dibuat terperangah oleh rumah pedesaan mewah berarsitektur Barok di Oxfordshire, Inggris, yang dibangun untuk Duke of Marlborough pertama setelah kemenangan militernya. Dan masih menjadi rumah keluarga Churchill hingga hari ini, menampilkan arsitektur megah, taman luas, dan berbagai acara serta atraksi. Theo tak pernah mengira jika dalam hidupnya ia memiliki kesempatan berkunjung ke Blenheim Palace, yang merupakan Situs Peninggalan Warisan Dunia UNESCO, dan tempat kelahiran Sir Winston Churchill. Bukan sebagai turis melainkan sebagai tamu terhormat keluarga Churchill pada pertemuan konferensi politik suksesi takhta Prince William of Wales. Saudara jauh keluarga Percy. Malacy mengenalkannya pada orang-oran
Thom merogoh ponselnya di saku celana linennya. Mencari kontak Beni disana. Menekan tombol telepon. Melakukan panggilan kepada bawahan kepercayaannya. "Kapan kamu tiba di Britania Raya, Ben?" ucap Thom lemas, tak berdaya. "Pak, anda gila yah? Baru dua hari mustahil tiang tiba di laut utara. Paling cepat tiang bisa sampai di sana 8 hari lagi, itu kalau Opa atau Tuan Liem tidak membelokkan arah kapal." Jelas Beni, mengamati samudra memperhatikan ketinggian gelombang. "Ben, putar balik. Kita ke pelabuhan Sunda Kelapa!" Terdengar dari seberang telepon Opa berteriak memerintahkan bawahan cucunya putar balik ke Sunda Kelapa. Mengubah arah kapal secepat kilat. "Tapi pak?" "Anak itu? Biarkan saja, ayahnya punya banyak kapal pesiar di pelabuhan." Serkah Opa mengabaikan Thom yang tengah menelepon dari seberang sana. "Opa" terdengar suara cicitan, jeritan Thom yang tak jelas dari balik telepon memprotes tindakan semena-mena Opa-nya Mingzhe. Sweater lengan panjang full neck de
Beni menarik napasnya dalam. Mengatur sirkulasi udara di paru-parunya sebaik mungkin. Pak bosnya itu memang diluar nalar. Baru saja ia tiba di pelabuhan Makau. Thom sudah memintanya kembali berlayar ke pelabuhan Sunda Kelapa.Pada awalnya kapal pesiar ini akan dibawa ke pelabuhan Sunda Kelapa. Tapi karena Opa, Om Liem, dan satu sosok penting yang meminta kapal dibelokkan ke perairan laut cina selatan.Maka ia hanya dapat mengikuti perintah sesuai arahan saja. Berlabuh ke perairan laut Cina Selatan guna menjemput bosnya secara langsung. "Sudahlah! Thom! Berhenti bertengkar dengan ayahmu!" sungut Opa yang mulai bosan menasehati cucunya. "Hanya karena perempuan jahanam itu! Kamu bertengkar dengan ayahmu sampai selama ini!" Tuding Opa mengacungkan cari telunjuknya ke wajah cucunya, Thom."Salahnya!" Kilah Thom membela dirinya. "Tidak peduli siapa yang salah! Akhiri keributan ini sekarang juga!" Tukas Opa menghentakkan kakinya, kelantai kabin. Menggeser kaki kanan nya lalu duduk di sof







