บุษบาสวยสดงดงามจับตาจับใจ ใครเล่าจะแลมองจินตะหราผู้ต่ำศักดิ์ กลับมาอีกครั้งสำหรับหนึ่งในสามสาวนางรำ ‘พิมพ์ปราง’ ที่เป็นเพื่อนสาวคนสนิทของหม่อมหลวงกัญญานันใน ‘เพลิงภูหมอก’ หลังจากกัญญานันมีความสุขกับชีวิตคู่ของตัวเองไปแล้วคราวนี้ก็มาถึงคิวของพิมพ์ปรางกันบ้าง ความสวยหวานของพิมพ์ปรางให้ความรู้สึกสบายตาน่ามอง เปรียบกับดอกไม้ที่มีสีสันอ่อนโยน ให้ความหอมสดชื่นชวนดอมดม แต่กลิ่นหอมกลับไม่จีรัง เมื่อหมดกลิ่นเหล่าแมลงก็จากไปหาดอกไม้ใหม่ และการเติบโตในบ้านตระกูลเจ้านายอย่างอรรถพันธ์พงศ์ เป็นเพื่อนเล่นกับหม่อมหลวงกัญญานันผู้เพียบพร้อมพริ้มเพรา งดงามชวนใจละลาย ยิ่งกดให้เธอต้องอยู่ภายใต้ความสูงส่งเลอค่าเสมอมา แต่นั่นไม่ได้สร้างความน้อยเนื้อต่ำใจให้เธอเลยสักนิด คนที่กดขี่ข่มเหงจิตใจและฆ่าเธอให้ตายทั้งเป็นก็คือ 'หม่อมหลวงกิตติกร' หญิงสาวที่ไม่มีวันก้าวขึ้นมาโดดเด่นหรือเทียบเท่ายอมจำนนกับฐานะของตัวเอง ยอมอยู่ใต้เงาของทุกคนเสมอ แต่กลับถูกทำร้ายจนไม่เหลือศักดิ์ศรี ไม่มีที่ให้ยืน เธอจึงเลือกที่จะหนีออกมาจากเงา ทว่าผู้ชายคนนั้นก็ยังเหยียบย่ำซ้ำแล้วซ้ำเล่า
View More"Cair Bram gaji bulan ini. Ada bonus juga dari bos, kita bisa senang-senang nih."
Aku menelan ludah. Jangankan senang-senang, gaji bulan ini saja masih kurang untuk membayar cicilanku."Bagaimana Bram? Kali ini kau ikut kan acara kami?"Kembali aku menarik napas karena kali ini pun, aku tak mungkin bisa ikut dengan teman-teman untuk nongkrong bareng."Tidak bisa, Rud. Kau kan tau, Amara bisa marah besar jika gajiku berkurang."Mendengar ucapanku, beberapa orang teman tertawa di belakangku. Mereka segera bergabung dan duduk santai di kantin kantor."Aku tak menyangka, di jaman sekarang masih ada tipe suami sepertimu, Bram. Kalau istrimu tak mengijinkan maka jangan bilang, jadikan ini rahasia seorang pria. Apa benar hidupmu selurus itu, Bram? Aku benar-benar tidak percaya."Kembali mereka tertawa, seolah mengejekku yang terlalu menuruti permintaan Amara. Apa benar hidupku begitu lucu bagi mereka."Jangan terlalu jujur pada istri, Bram. Kau berhak bahagia dengan mengunakan sedikit uang gajimu. Kau yang kerja, kenapa istrimu pula yang menguasainya."Aku menarik napas panjang, sepertinya apa yang diucapkan Danu ada benarnya. Setelah sebulan penuh bekerja seperti sapi. Kenapa Amara marah kalau aku mengunakan sedikit saja uang gaji itu."Kalau begitu nanti malam aku ikut kalian. Ada benarnya juga, untuk sesekali membahagiakan diri sendiri."Aku tertawa karena sudah mengambil keputusan. Untuk mengunakan sedikit uang gaji bulan ini, demi membahagiakan diriku sendiri."Aku tak masalah, Mas. Kalau kau mau mengunakan uang gajimu, asal kau berpikir cukup atau tidak uang itu, untuk membayar cicilanmu."Ucapan Amara masih aku ingat, tapi selama ini uang gajiku selalu cukup di tangannya. Bulan ini pun pasti lebih dari cukup."Sudah Bram, jangan memikirkan masalah rumah dulu. Lihat biduannya cantik banget, ayo goyang."Danu menarik tanganku dan mengajak naik ke panggung untuk berjoget. Dia juga mengajari untuk meraba bagian tubuh wanita itu. Aku terkejut, namun wanita itu tampak biasa saja, dia bahkan mengedipkan matanya dengan genit."Dua ratus ribu sekali goyang, Mas. Tempat dimana saja bisa."Wanita itu berbisik di kupingku, setelah menjauhkan mik di tangannya. Untuk sesaat aku terpaku, apa yang dia maksud barusan itu menawarkan tubuhnya."Iya, kau bisa meregangkan otot mu dengannya, Bram. Kau tau, rasanya pasti beda dengan istrimu di rumah." Danu menjelaskan begitu melihat kebingunganku.Aku benar-benar tak percaya, kalau Danu begitu mahir menjelaskan semuanya. Apa dia sudah biasa meniduri wanita yang bukan istrinya, aku bergidik ngeri dan memilih untuk pulang saja."Kau memang polos, Bram. Sudah sana pulang, sebelum itu habiskan minumanmu."Aku segera meneguk minuman di dalam gelas, yang tadi aku tinggal berjoget di depan. Setelah itu aku memilih duduk sebentar sebelum pulang, namun tak lama aku merasakan sesuatu yang terasa panas di dalam tubuhku."Sar ... Sari sini sebentar. Temani pria ini, aku rasa dia membutuhkan mu. Bawa saja kebelakang nanti aku bayar."Antara sadar dan tidak, aku mendengar Danu bicara pada biduan itu. Aku tak tau apa yang terjadi. Namun saat sadar, aku terbangun dalam keadaan bugil dalam pelukan biduan itu."Apa yang kau lakukan, Mbak? Kenapa kita ada di ruangan ini?" Aku memijat kepala yang terasa pusing.Aku mencoba mengelengkan kepala, agar rasa pusing ini segera hilang. Namun tawa kecil itu membuatku bingung."Mas kita baru saja bersenang-senang. Kau bahkan begitu hebat menyerang, pasti istrimu bahagia setiap habis bertempur denganmu. Lain kali datang saja jika perlu, tak perlu bayar karena aku sangat puas."Aku melihat jam dan terkejut setengah mati, karena ini sudah tengah malam. Bisa mampus kalau Amara marah.(Cepat pulang kalau tidak kau akan menyesal, Mas.)Benar saja selain panggilan tak terjawab, sudah ada puluhan pesan tak terbaca dari tadi. Amara pasti marah besar kali ini, karena aku tak pernah pulang setelat ini."Jangan pergi dulu, mas. Kita bisa main satu kali lagi."Menjijikan, wanita itu begitu tak tau malu. Dia berdiri dengan tubuh tanpa sehelai benang pun, aku segera berlari keluar setelah memakai baju dengan lengkap."Kau mau kemana, Bram? Cepat amat. Lihat wanita itu masih belum selesai."Aku tak perduli dengan ucapan Danu yang terpenting sekarang harus segera pulang. Kalau tidak aku akan dalam masalah besar.Tok ... tok ... tok.Aku mengetuk pintu namun tak ada jawaban dari dalam rumah. Entah kemana Amara malam-malam begini, apa dia semarah itu hingga tak mau membukakan pintu."Amara buka pintunya, mas mau masuk!"Aku berteriak namun tak ada tanda-tanda pintu akan di buka. Dengan susah payah aku mencari kunci cadangan, namun tak ketemu entah di mana aku simpan."Lain kali kalau tak bawa kunci, kau bisa mencari di bawah pot bunga depan rumah. Aku biasa menyimpan di sana jika bepergian."Begitu ingat perkataan Amara, aku segera memeriksa pot dan mendapatkan sebuah kunci. Apa Amara benar-benar tak di rumah, lalu dia kemana malam-malam begini.(Kalau kau sudah pulang segera ke rumah ibu mu, Mas. Aku sudah sangat pusing dari tadi, jika kau tak datang juga, maka bersiaplah mengantarku pulang ke ruang emak dan bapak.)Aku terkejut membaca salah satu pesan dari Amara. Sialnya lagi itu pesan setengah jam yang lalu, apa dia ada di rumah ibu tapi buat apa dia di sana.Brak ....Aku terkejut ketika hendak membuka pintu, justru dari luar terdengar tendangan yang cukup kuat. Terlihat Amara berdiri dengan sangat marah."Darimana saja kau, Mas? Apa tak bisa kau baca dan membalas pesan yang aku kirimkan? Kau pikir aku kuat? Satu jam di rumah ibumu, hanya untuk mendengarkan caci-maki darinya."Amara sangat marah, dia menatap tajam seolah hendak menelanku hidup-hidup. Entah apa lagi yang dilakukan ibu padanya."Cepat pergi, bawa semua gajimu. Semoga dia masih hidup untuk menerima uang darimu," ujarnya ketus."Katakan juga padanya, tak usah bersusah payah memisahkan kita. Aku sendiri yang pergi, dia pikir aku senang sekali hidup dengan anaknya," pekik Amara.Dia terlihat sangat kesal. Untuk pertama kalinya dia berbicara dengan nada keras begini, aku yakin dia pasti habis bertengkar dengan ibu, ini pasti masalah uang lagi. Ibu memang tak pernah bisa bersabar jika menyangkut uang."Pelan kan suaramu, Ara. Kau kan bisa bersabar menghadapi ibu, dia memang sudah biasa seperti itu."Plak ....Aku terkejut mendapat tamparan dari Amara. Dia benar-benar kurang ajar padaku, semarah apapun dia tak pernah mengangkat tangannya, namun kali ini berbeda."Kau benar-benar tak berotak ya, Mas. Bisa-bisanya kau anggap ucapan ibumu itu biasa, sudah berkali-kali dia menghina dan menyumpahi aku, hanya karena kau telat setoran dan itu kau anggap biasa. Kau laki-laki atau bukan?" pekik Amara lagi.Dia melanjutkan mengemasi bajunya. Entah mau kemana dia malam-malam begini, apa mungkin ancamannya tadi akan dia lakukan."Kau tenang dulu, Ara. Jangan gegabah, kita bicarakan semua ini baik-baik. Tadi aku memang telat pulang, karena ada masalah di kantor jadi para pegawai dilarang pulang awal," ucapku.Aku terpaksa berbohong, kalau tidak masalah ini akan semakin panjang. Apalagi jika Ara tau apa yang aku lakukan tadi."Terserah, aku tak perduli yang penting sekarang juga kau ke rumah ibumu, lalu serahkan bagiannya. Katakan juga kalau dia bisa mengambil semua uang gaji mu, asal dia tak ribut soal cicilan padaku."Amara terlihat mulai agak tenang, lebih baik aku ke rumah ibu saja. Wanita itu bisa darah tinggi, jika aku menunda memberinya uang.Beberapa saat kemudian aku sudah berada di rumah ibu. Tentu saja wanita itu juga melanjutkan omelannya."Dasar anak kurang ajar, kau pasti di suruh istrimu untuk tidak memberiku uang. Pulang kerja jam lima tapi baru sekarang kau datang, kemana saja dari tadi. Ibu malu karena telat bayar arisan, Bram."Aku terkejut karena baru ingat hari ini jadwal ibu bayar arisan. Dengan tangan gemetar, aku menyerahkan lima lembar uang berwarna merah."Lepaskan tangan mu, Bram. Apa kau tak rela menyerahkan uang ini pada ibu. Apa begitu patuh kau pada Amara, hingga berat menafkahi ibu kandung mu?"Aku terpaksa melepas uang itu. Meski dengan berat hati aku harus siap menerima kemarahan Amara lagi, istriku pasti mengamuk jika tau bulan ini minus lagi."Aku tak mau tau kau selesaikan sendiri, Mas. Aku tak sanggup mendengar makian penagih hutang dan juga cacian dari mulut ibumu. Sudah cukup selama ini aku tutupi semua aibmu."Ucapan Amara bulan lalu, seolah baru semalam aku dengar. Sekarang aku mengingkari janji lagi, kenapa tadi harus mengunakan uang untuk bersenang-senang. Kalau tidak kan masih bisa pas dan tidak minus begini.Setelah menenangkan ibu kini saatnya menghadapi Amara. Di depan rumah aku menarik napas menenangkan diri, semoga kali ini amara masih mau mengerti keadaanku."Maaf Ara, untuk bulan ini mas hanya dapat gaji segini. Tolong kau atur sebaik mungkin, tetaplah bersyukur dengan rejeki kita."Prang ....Aku berlari keluar karena Amara sedang melampiaskan emosinya. Lebih baik menghindar dulu, kalau tidak bisa bonyok juga kena lemparan panci.Nanti setelah dia tenang baru aku pulang. Meski harus tidur di luar tak masalah, asal Amara tak lagi marah-marah. Aku takut ini batas dari kesabaran istriku, jika itu terjadi apa mungkin dia akan benar-benar pergi, seperti ancamannya selama ini.Aku benar-benar tak mau kehilangan Amara. Tapi ibu yang terus saja membuat aku dan dia hampir berpisah. Seandainya ibu tau siapa Amara, mungkin dia akan bertekuk lutut pada menantunya, namun itu akan membuatku terhina di mata ibu. Aku belum siap makanya mengorbankan istri yang baik itu.คนที่ยืนรถน้ำต้นไม้อยู่หน้าเรือนยายจันทร์ในช่วงเช้าทำให้คุณรุจีรัตน์กะพริบตา แล้วตั้งใจยืนกอดอกดู อยากรู้ว่าอีกฝ่ายจะทำอะไรอีก ไม่คิดว่าหญิงสาวจะรีบตื่นขึ้นมาตั้งแต่เช้าขนาดนี้เหมือนตอนที่ยังเป็นเด็กในบ้านที่นี่คิ้วเรียวที่ถูกเขียนไว้อย่างสวยงามขมวดเข้าหากันเมื่อเห็นคนร่างบางเดินไปยกบัวรดน้ำขนาดย่อมค่อยๆ เดินกลับมาเพื่อจะรดดอกไม้ คุณรุจีรัตน์รีบเดินเข้าไปตรงหน้าเรือนยายจันทร์ทันที“ทำอะไรของเธอน่ะ”พิมพ์ปรางสะดุ้งเพราะอยู่ๆ ก็มีเสียงของคุณรุจีรัตน์ดังขึ้นมา และขยับขาอย่างรวดเร็วเพื่อหันไปกล่าวทักทายเจ้าของบ้าน เนื่องจากกลัวจะโดนดุที่เข้ามาวุ่นวายที่นี่ ด้วยความที่พื้นตรงนั้นค่อนข้างเปียกและมีกรวดทำให้พิมพ์ปรางลื่นขึ้นมา“อุ๊ย...”คุณรุจีรัตน์ตกใจรีบเข้าไปให้ถึงตัวหญิงสาวอย่างเร็วที่สุดเท่าที่จะทำได้ ทำให้ลื่นไปด้วยแต่ก็รับร่างบางของพิมพ์ปรางไว้ได้ทัน ส่วนตัวเองล้มก้นกระแทกโดยมีหญิงสาวนั่งทับลงมาอีกที“โอ๊ย! โอ๊ย...”คนอยู่ข้างล่างร้องขึ้นสองครั้ง พิมพ์ปรางรีบลุกขึ้น ไม่สนใจถังบัวรดน้ำที่หล่น รีบเข้าไปพยุงคนที่ล้มทันที“คุณรุจี เป็นยังไงบ้างคะ ปรางขอโทษค่ะ”“ย่ะ โอ๊ย...เดี๋ยวก่อนๆ”ค
คุณชายพงศกรมองหญิงสาวที่ลูกชายคนรองพาเข้าบ้านด้วยความคาดไม่ถึง ส่วนคุณรุจีรัตน์เองก็ถึงกับอ้าปากค้าง ลูกชายบอกว่าจะกลับบ้านและอยากพาใครคนหนึ่งมากราบพ่อกับแม่ คุณรุจีรัตน์ก็แอบหวังว่าจะเป็นสาวลูกสาวผู้หลักผู้ใหญ่ทางเหนือแต่เมื่อเห็นหน้าก็ได้แต่อึ้งร่างสูงใหญ่ของกิตติกรนั่งเคียงคู่กับพิมพ์ปรางที่พื้นและพาหญิงสาวกราบพ่อกับแม่ของเขา“เดี๋ยวนะตากลาง นี่มันอะไรกัน ทำไมถึง...”คุณรุจีรัตน์เงียบลงเพราะมือใหญ่ของคุณชายพงศกรวางลงบนมือเบรกเอาไว้แล้วท่านก็พูดขึ้นแทน“ไปรักไปชอบกันตอนไหนล่ะ”“ก็นานแล้วครับ”ลูกชายตอบเสียงเบา ไม่อยากสาธยายและพยายามบอกให้กว้างเข้าไว้จะได้ไม่ดูน่าสงสัย“นี่อย่าบอกนะว่าที่ตามไปอยู่เชียงใหม่เพราะแม่ปรางนี่”คนเป็นแม่ถามอย่างไม่อยากเชื่อ ทำเอาพิมพ์ปรางหน้าเสีย“พูดอะไรแบบนั้นคุณรุจี”คุณชายปรามอีกครั้งทำให้คุณรุจีรัตน์ถึงกับหน้างอ“แล้วนี่ที่พามาหาพ่อกับแม่กลางตัดสินใจได้แล้วใช่ไหมเรื่องหมั้นเรื่องแต่ง”เมื่อบิดาถามขึ้นชายหนุ่มก็จับมือบางของพิมพ์ปรางมากุมเอาไว้ ก่อนจะบอกในสิ่งที่เขาต้องรีบพาเธอมาที่บ้าน“ผมพาปรางมาเพราะอยากเรียนให้คุณพ่อคุณแม่ทราบว่า...ปรางท้อง”“หา!!”
พิมพ์ปรางมีสีหน้าลำบากใจเมื่อกิตติกรคุยเรื่องอนาคตของพวกเขาแล้วบอกว่าจะพาเธอไปกราบคุณชายพงศกรกับคุณรุจีรัตน์หลังจากฝากท้องเรียบร้อยแล้วชายหนุ่มลูบผมยาวสลวยของคนในอ้อมกอดเบาๆ ปลอบใจ เพราะสายตาของคนที่เงยหน้ามองเขาดูหวาดหวั่นไม่มั่นใจอย่างเห็นได้ชัดหลังจากอาบน้ำเสร็จเขาก็พาหญิงสาวมานั่งคุยกันบนเตียง เพราะเขาไม่มีเสื้อผ้ามีเพียงผ้าขนหนูพันเอวแล้วอากาศตอนเช้าก็ค่อนข้างหนาว เขาต้องการจัดการทุกอย่างให้เรียบร้อยโดยเร็ว“ถ้าพวกท่านรู้ช้ากว่านี้จะยิ่งไม่พอใจ ปรางท้องตั้งสองเดือนแล้ว”เขาถามเธอแล้วว่าท้องกี่เดือน และถ้านับตามเวลาจะเป็นช่วงปีใหม่ที่ได้อยู่ด้วย เพราะทั้งคู่ใช้เวลาด้วยกันไม่มากนัก มีแค่ตอนงานยี่เป็งกับปีใหม่เท่านั้น“แต่ปรางกลัวท่านจะโกรธ ปรางไม่ควรตีเสมอลูกท่าน”“นี่มันสมัยไหนแล้วปราง เจ้าชายยังแต่งงานกับสามัญชนเลย ฉันไม่ได้มียศฐาบรรดาศักดิ์อะไรติดตัวมาสักหน่อย”“ปรางเป็นเด็กในบ้าน”กิตติกรถอนหายใจ ก้มลงจูบหน้าผากสวย ก่อนจะกระซิบ“จะเด็กในบ้านหรือนอกบ้าน ปรางก็เป็นเมียฉัน”พิมพ์ปรางอดยิ้มบางกับคำพูดของชายหนุ่มไม่ได้“อย่าคิดมาก เธอเป็นเหมือนคนในครอบครัว ทุกคนในบ้านรักและเอ็นดูเ
เนินอกขาวละออตาเผยมาต่อหน้า กิตติกรวางมือไล้เบาๆ แล้วก้มลงพรมจูบเบาๆ อย่างถ้วนทั่วแม้แต่บนเนื้อผ้าลูกไม้ทำเอาพิมพ์ปรางใจสั่น ปากได้รูปเม้มยอดอกสวยผ่านเนื้อผ้าอย่างหยอกล้อ ตาคมเหลือบมองหน้าสวยที่กำลังสุกปลั่งพร้อมยิ้มมุมปากแล้วขยับขึ้นไปกระซิบข้างหูหญิงสาว“ปรางหอม น่ากินทั้งตัวเลย”“เว่อร์ไปแล้วค่ะ”“ไม่เชื่อเดี๋ยวกินให้ดู”พูดแล้วก็แนบปากประกบกับปากสีสวยกัดเม้มเบาที่กลีบปากอิ่ม ให้หญิงสาวเผยอเปิดรับเขาอีกครั้ง คราวนี้กิตติกรดูดดึงลิ้นเล็กร้อนแรงจนอีกฝ่ายอึกอักประท้วง มือหนาปลดตะขอเสื้อชั้นในไปพร้อมกัน ก่อนจะผละออกและเล็มระเรื่อยๆ ลงไปหาอกอวบคู่สวยที่อวดโฉมอย่างเต็มตาเมื่อจัดการกับเสื้อผ้าส่วนบนของคนใต้ร่างจนหมดร่างสูงใหญ่ก็ก้มลงไปดูดดื่มทรวงงาม มืออีกข้างเกาะกุมเคล้นคลึงราวกับกำลังสนุกมือ กระตุ้นเลือดลมสาวทั้งสองข้างพร้อมกันสลับไปมาอย่างไม่ให้น้อยหน้าพิมพ์ปรางรู้สึกราวกับกำลังมีกระแสไฟแปลบปลาบวิ่งไปทั่วร่าง มือบางขยับลูบแขนกำยำกับบ่าแกร่งอย่างไม่รู้ตัว รู้เพียงว่าอยากระบายบางสิ่งที่อัดแน่นขึ้นในกายออกไปบ้าง“คุณกลาง...อย่า...แกล้งปราง”หญิงสาวพึมพำคนที่ได้ยินจึงเงยหน้าขึ้นมามองเห็น
ภายในห้องพอชายหนุ่มเข้ามาร่างบางก็เบี่ยงขยับจะรีบสวนออกไป แต่แขนกำยำคว้าเอวเล็กเอาไว้แล้วปิดประตูลงเสียก่อน เขารวบคนตัวเล็กเข้ามากอดหมับ ใบหน้าคมก้มลงแนบคำคอ ทำเอาพิมพ์ปรางตกใจจนเกือบจะร้องออกมา ทว่าก็ต้องหยุดลงเพราะเสียงเข้มที่กระซิบข้างหู“ฉันรักปรางนะ”ทุกอย่างรอบตัวหญิงสาวราวกับหยุดนิ่งในฉับพลัน ไม่คิดว่าจะได้ยินคำนี้จากชายหนุ่มมาก่อน แถมเขายังพูดขึ้นมาอย่างกะทันหันจนพิมพ์ปรางรู้สึกเหมือนถูกไฟชอร์ตวูบหนึ่ง“ฉันรู้ว่าทำให้เธอเจ็บปวดเสียใจ แต่ไม่เคยเห็นเธอเป็นของเล่นอย่างที่เธอพูดเลย ฉันจริงจังกับเธอ ตั้งใจจะดูแลเธอจริงๆ”กิตติกรอธิบายต่อเมื่อเห็นอีกฝ่ายยืนนิ่งไม่ได้ขยับตัวหรือดิ้นรนเพื่อหนี เป็นโอกาสให้เขาได้พูดสิ่งที่อยู่ในใจ“ก่อนหน้านั้นฉันยอมรับว่าไม่ได้คิดว่ารักเธอ แต่ไม่ได้คิดจะทิ้งเธอตั้งแต่คืนวันงานยี่เป็งแล้ว”ชายหนุ่มจับให้คนร่างเล็กหันกลับมาเพื่อสบตาคู่สวยตรงๆ อยากให้มองเห็นว่าเขาจริงใจกับเธอ ที่พูดไปไม่ได้เสแสร้งเลยสักนิด“ฉันเคยทำผิด ทำให้เธอต้องออกจากบ้าน ปล่อยให้เธอจมอยู่กับความทุกข์คนเดียวทั้งที่เธอก็เป็นแค่เด็กสาวคนหนึ่ง ฉันจะไม่มีวันทำผิดซ้ำสอง”พิมพ์ปรางซึมซับทุ
สองสาวที่ไปขี่มอเตอร์ออกไปเที่ยวดูธรรมชาติรอบๆ โฮมสเตย์กลับมายังที่พักเพราะอากาศเริ่มเย็นลง ท้องฟ้าใกล้มืด“เดี๋ยวสองเอามอไซค์ไปคืนเอง ปรางกลับห้องก่อนได้เลย”พิมพ์ปรางพยักหน้ารับ มาธาวีขี่มอเตอร์ไซค์ที่เช่าต่อไปอีกหน่อยตรงที่จอด แต่รถสองคันที่เห็นทำให้หญิงสาวต้องหยุดหันมอง ทะเบียนรถคันหนึ่งเป็นรถของที่บ้านเธอ ส่วนยี่ห้อกับสีของรถอีกคันเป็นรถที่เธอเห็นบ่อยในช่วงนี้“นั่นมันรถคุณกลางใช่ไหมหว่า”เธอยังจำทะเบียนรถของกิตติกรไม่ได้ แต่รถของชายหนุ่มก็ไม่ใช่แบบคนแถวนี้จะซื้อมาขับ หญิงสาวรู้สึกตื่นเต้นอย่างบอกไม่ถูกทั้งที่ตัวเองไม่ใช่พิมพ์ปราง เพื่อความชัวร์จึงเอามือถือกดหามารดาของตน“คุณแม่ให้คนขับรถอยู่ที่นี่เหรอคะ ไม่ใช้รถเหรอ”มาธาวีเลียบเคียงถามไป ทั้งที่จำได้ว่าเมื่อวานตอนมาส่งพวกเธอคนขับรถขับออกไปแล้ว ตอนแรกเธอตั้งใจจะขับรถมาเองแต่เพราะไม่ชินทางและไม่เคยมา มารดาจึงให้คนของท่านมาส่งซึ่งยังไงก็ปลอดภัยมากกว่า“อ๋อ หนึ่งน่ะลูก เห็นมาถามหาสอง ว่ามีเรื่องจะคุยด้วยตั้งแต่เมื่อวานไปหาที่โรงเรียนไม่เจอ พอแม่บอกว่าไปเที่ยวเขาก็บ่นว่าไม่ชวน ถามว่าอยู่ที่ไหนแล้วเรียกคนขับรถให้พาไปส่ง แม่คิดว่าพี่เ
Comments