LOGIN恋人の神谷奏也(かみや そうや)のもう一つの家を見つけたとき、中から激しい口論の声が聞こえてきた。 「結婚なんてさせたくないなら、七日後の結婚式に乗り込んで、俺を奪いに来いよ」 扉の向こうで奏也と向き合っていたのは、彼の初恋――早見美弥(はやみ みや)だ。 「奏也、あなた……自分が何を言っているのか分かってるの?」 「どうした、怖いのか?美弥、お前が本当に来るなら、俺はその場でお前を選んで、そのままお前と結婚するよ!」 美弥はしばらく黙り込み、やがて唇を噛みしめてうなずく。 「いいわ。式の日に、桐谷安奈(きりたに あんな)の手から、あなたをこの手で取り戻してみせる!」 次の瞬間、二人は抑えきれない想いに突き動かされ、抱き合って唇を重ねた。 その光景を見た私は、胸が締めつけられて息ができなくなった。 私たちは五年間も付き合ってきた、傾きかけた彼の会社を、私は必死で立て直した。そのうえ、自分の持てるものはすべて彼に差し出してきた。 それなのに彼は、初恋の女とこっそりもう一つの家まで構え、挙げ句の果てには、その女に私たちの結婚式を公然とぶち壊させようとしている。 拳を握りしめ、私は心の中で決意した── 七日後、彼らが式に押しかける前に、私は結婚式から逃げ出す。
View MoreSeorang pria bertubuh tinggi dan berwajah tampan dengan hidung mancung sedang berdiri menatap sebuah lukisan. Aura dingin yang dipancarkan wajahnya, juga rahang tegas dan tatapan setajam elang itu semakin menunjukkan karismanya.
Pria berkebangsaaan Indonesia itu berdiri di depan sebuah lukisan. Menatap lekat lukisan yang menggambarkan wanita yang memeluk anak laki-laki, terlihat jika wanita yang dilukis bukanlah dari kalangan kaya.Kananda Dayyan Mahendra terus memandang lukisan yang ada di hadapannya, seolah dia sedang mengenang sesuatu yang tak mampu diucapkan.Kananda membaca tulisan di lukisan itu.‘Kebahagiaan tidak selalu tentang, berapa banyak materi yang dimiliki, tapi tentang berapa banyak rasa syukur atas apa yang dimiliki.’~ SEA.“SEA.” Nanda menyebut lirih nama penulis yang ada di lukisan itu.“Pak Nanda.” Seorang pria memanggil nama pria itu.Nanda menoleh dan melihat asistennya sudah berdiri di sampingnya.“Utusan Tuan Amber sudah menunggu Anda untuk jamuan. Anda diharapkan hadir ke sana,” kata asisten Nanda.Nanda hanya mengangguk lantas membalikkan badan untuk pergi, tapi sebelum itu dia kembali berhenti dan menoleh ke lukisan yang mampu membuatnya menatap lama.“Tanyakan ke panitia pameran, berapa harga lukisan ini. Aku ingin membelinya,” perintah Nanda.“Hah, apa Pak?” tanya asisten yang meminta atasannya mengulang pertanyaan.Nanda menyipitkan mata mendengar pertanyaan sang asisten, hingga kemudian membalas, “Apa aku perlu membawamu berobat ke dokter THT?”Asisten terkejut dan langsung menggelengkan kepala.“Tidak, Pak. Saya akan melakukan yang Anda perintahkan, tadi itu saya hanya memastikan jika tidak salah dengar.” Asisten itu memberi alasan agar tidak kena marah.Nanda hanya memberi ekspresi wajah datar sebelum kemudian pergi meninggalkan ruang pameran.Di sisi lain, seorang wanita memakai gaun biru muda dengan belahan dada rendah tampak berdiri menatap sebuah lukisan yang terpajang di ruang pameran sebuah gedung seni di luar negeri.Bibirnya tersenyum tipis melihat lukisan yang begitu indah dengan makna yang menyentuh.“Nona Sashi.”Wanita bergaun biru muda yang dipanggil Sashi itu menoleh. Dia memulas senyum ke wanita berkebangsaan asing yang menyapanya.“Bisa bicara sebentar?” tanya wanita itu.“Tentu.” Sashi mengangguk.Wanita itu mempersilakan Sashi berjalan ke arah yang ditunjuk.Sashi Eldar Abimand, wanita blasteran Indonesia-Prancis itu berjalan mengikuti arah dari wanita yang tadi memanggilnya.Sashi bicara dengan wanita yang tadi mengajaknya bicara berdua.“Ada apa?” tanya Sashi.“Lukisan Anda sudah terjual semua, hanya tinggal yang ada di ruang pameran,” jawab wanita yang ternyata pengurus pameran itu.“Baguslah.” Sashi terlihat begitu puas. “Tapi, tidak ada yang tahu kalau pelukisnya aku, kan?” tanya Sashi kemudian memastikan.“Tentu saja tidak, Nona. Anda tidak perlu cemas,” jawab wanita itu.Sashi mengangguk-angguk, selama ini memang merahasiakan identitasnya sebagai pelukis dan memilih menyandang profesi dokter muda di sebuah rumah sakit di Indonesia.“Anda akan menyumbangkan hasil penjualan seperti biasa?” tanya wanita itu.“Ya, lakukan seperti biasa. Pastikan anak-anak penderita kanker mendapatkan hasil penjualan lukisan. Aku serahkan semua kepadamu.”**Setelah selesai menikmati acara pameran. Sashi naik taksi menuju ke hotel. Namun, saat sedang dalam perjalanan, Sashi melihat seorang tunawisma yang kedinginan di bahu jalan. Dia meminta sopir taksi berhenti di dekat tunawisma yang kebetulan juga sudah dekat dengan hotel.“Permisi, Anda butuh mantel?” tanya Sashi ingin menawarkan mantelnya agar tunawisma itu tidak kedinginan di malam hari.Namun, ternyata niat baik Sashi malah menjadi bencana untuknya. Saat Sashi sedang menawari mantel, tiba-tiba beberapa pria muncul dari semak dan langsung menatap lapar ke wanita itu.Tentu saja Sashi terkejut dan panik, apalagi tunawisma itu pun ternyata satu kelompok dengan pria yang menyergahnya.“Kamu butuh teman untuk menghangatkan?” Seorang pria mulai merangsek mendekat, bahkan menyentuh lengan Sashi.Sashi tentu saja semakin panik. Dia menepis tangan pria yang menyentuhnya.“Jangan menyentuhku!” bentak Sashi. Ingin kabur tapi dia dikepung.Sashi ketakutan melihat pria-pria itu mengelilingi dan tersenyum penuh nafsu ke arahnya.“Bagaimana kalau kamu temani kami saja? Kami kebetulan sangat kesepian.” Seorang pria mencengkram lengan Sashi dengan kuat.“Lepaskan! Singkirkan tanganmu dariku!” pekik Sashi yang panik tapi berusaha kuat.“Ayolah!” Para pria itu mulai memaksa Sashi untuk ikut dengannya. Belum lagi dua dari pria itu menarik paksa mantel Sashi, memperlihatkan tubuh yang berbalut gaun tanpa penutup lain.Sashi berteriak dan mencoba memberontak tapi sia-sia. Dia mencium aroma alkohol dari napas para pria itu, membuat Sashi semakin panik karena mereka memaksanya ikut ke kegelapan.“Tidak, lepas!” teriak Sashi memberontak.Saat Sashi berusaha memberontak. Sebuah sinar terang dari lampu depan mobil menyilaukan semua mata.Sashi sampai memejamkan mata karena lampu menyorot ke arah mereka. Hingga dia melihat seorang pria turun dari mobil, berdiri tegap begitu gagah lantas membanting pintu mobil.“Apa begini cara kalian memperlakukan wanita?” Suara lugas, tegas dengan bariton tinggi itu menyelinap di telinga Sashi.Sashi mencoba memandang pria yang baru saja turun dari mobil, tapi silau lampu membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas wajah pria itu.“Lepaskan dia!” perintah pria yang tak lain Nanda.“Tidak usah ikut campur urusan kami. Kamu tamu di sini, pergi saja jika tidak ingin babak belur!” perintah salah satu pria itu mengejek.Sashi menyilangkan kedua tangan di dada, jangan sampai mata jelalatan para pria itu melihat belahan dadanya. Dia lantas menatap pria yang datang sebagai penolongnya itu.“Mau tamu atau bukan, aku tidak akan membiarkan kalian melecehkan wanita!”Sashi melihat Nanda mengepalkan telapak tangan, hingga para pria berandalan itu menyerang dan mulai mengayunkan pukulan ke pria yang menolongnya.Sashi begitu syok melihat perkelahian itu, meski harus diakui dia kagum karena pria yang menolongnya menang dan mampu membuat para pria brengsek tadi terkapar tak berdaya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Nanda sambil mendekat ke Sashi. Dia melepas jasnya saat mendekati Sashi.Sashi memandang sosok pria yang menolongnya. Sosok pria berkebangsaan Indonesia tempatnya tumbuh besar.Pria itu memakaikan jas ke tubuh Sashi, membuat wanita itu malah diam membeku tidak bisa mengalihkan pandangan.“Kamu baik-baik saja? Kamu mau ke mana? Biar aku antar.” Nanda memberi tawaran ke Sashi.“Aku--” Belum juga Sashi selesai menjawab. Dia melihat pria mesum tadi berdiri dengan belati di tangan.“Awas!” teriak Sashi panik karena pria yang sudah dihajar habis-habisan tadi berusaha menusuk Nanda.Nanda membalikkan badan dengan cepat, tapi terlambat menghindari belati pria tadi.Sashi begitu syok ketika melihat darah menetes hingga jatuh ke jalanan yang berbalut salju malam itu.二台の車がそれぞれ走り去るのを見届けると、悠真は胸に手を当て、まだ動悸の残るような声で言う。「もうこれでいい。僕たちは関わらない方がいい。さ、家に帰って休もう」家に戻ってからも、昼間の出来事が頭から離れず、私はベッドの上で何度も寝返りを打った。どうしても眠れない。そのとき、寝室のドアがコンコンと小さく叩かれた。続いて、押し殺したような悠真の声が聞こえる。「安奈、まだ起きてる?」私は急いでベッドを抜け出し、ドアを開けた。「悠真、どうしたの?まだ寝てなかったの?」悠真はノートのようなものを手に持ち、どこかためらいがちに言う。「あのさ……昼間のことなんだけど。僕が君の彼氏だって言っちゃったこと、怒ってない?」夜中にわざわざ来た理由がそれだったのかと思うと、私は思わずくすっと笑ってしまう。そして、彼をなだめるように言う。「気にしなくていいよ。あのときは奏也をあきらめさせるため嘘をついただけよね?むしろ助かったし、ありがとうって言いたいくらい。怒る理由なんてないよ」言葉の続きを出す前に、悠真が素早く手を伸ばし、指先で私の唇を止めた。「違うんだ。あれは嘘じゃない」悠真は緊張した面持ちで私を見つめ、深く息を吸い込んだあと、手に持っていたノートを私のほうに差し出した。「安奈、本当は、ずっと君のことが好きだ。これを読めば、わかるから」言い終わったときには、悠真の顔はもう真っ赤だった。彼はノートを私の胸に押しつけると、逃げるように部屋へ戻っていった。私は呆然とその場に立ち尽くし、しばらく何も考えられなかった。部屋に戻り、私はゆっくりとそのノートを開いた。数ページめくっただけで、すぐにそれが何なのか気づく。悠真の日記帳だった。しかも、最初のページから最後のページまで、どのページにも私の名前が書かれている。十五歳で恋を知ったあの頃から、私はずっと彼の心の中にいたらしい。彼は毎朝、私の家の前で待っていた。私と一緒に登校するために、いつも少し早く来ていたのだ。週末になると、何かしら口実をつけては私に会いに来ていた。幾度となく、あふれそうになる想いを隠しきれなくなったこともあった。けれど、もしその気持ちを言葉にして拒まれたら、友達としてすらいられなくなるのが怖かった。そう思った彼は、一歩下がるようにし
悠真もさすがに聞いていられなくなったらしく、前に出て奏也の言葉をばっさりと遮った。「奏也、今さらそんなこと言って、自分でも信じてるのか?」彼はあえて皮肉っぽい口調で続ける。「初恋に家を買ってやって、仕事まで世話して、そのうえ結婚式当日に乱入させてから振り落とすつもりだって?それがあんたの言うところの復讐ってやつ?ずいぶん残酷な手口だな。それを復讐だと言わないなら、そこまで尽くすなんて、その美弥って人、あなたの恩人か何かかと思うくらいだよ」奏也は一瞬で表情を固くし、反論しようと口を開いた。だが、言葉は喉の奥で途切れ、何も出てこなかった。悠真は一拍おいて、冷たい声で言い続ける。「奏也、お前が安奈との結婚式を、自分の昔の女への復讐の道具にした時点で、もう彼女にふさわしい男じゃなくなったんだ。だからもう、これ以上しつこくするな!安奈にはすでに恋人がいる。その相手は、この僕だ」その言葉が響いた瞬間、私は思わず目を見開いた。すると、悠真はそっと私の手を握り、指先で軽く合図を送る。奏也もまた、驚いたように私の方を振り向き、震える声で問う。「何だって?安奈、今の話、本当なのか?」悠真の合図を受け取った私は、軽く咳払いをしてから、うなずいた。「そうよ。私と悠真はもう付き合ってるの。それに、近いうちに結婚するつもり。だから奏也、もうこれ以上、私たちの生活に入り込まないで」奏也は呆然と私を見つめる。やがて、その目に涙があふれ出す。「違う……俺が悪かったんだ、安奈。お願いだ、そんなふうに俺を置いていかないで。ほかの男のところへなんて、行かないでくれ」彼がそう言いかけたそのときだった。ふいに、彼の視線が私の背後のどこかをとらえ、目が大きく見開かれる。「安奈、危ない!」その叫びと同時に、彼は勢いよくこちらへ飛びかかり、私を横へ突き飛ばした。次の瞬間、突然飛び出してきた車が彼の体をはね上げた。彼は私の身代わりとなって、その一撃をまともに受けたのだ。車は彼をはねたあとも止まらず、そのまま暴走して街路樹に突っ込んだ。ボンネットからは黒い煙が立ちのぼる。私と悠真は慌てて駆け寄り、奏也の様子を確かめる。全身血だらけの彼は、私の無事を見てほっとしたようにかすかに笑い、そのまま意識を失った。同時に、暴走した車の運転席
声のしたほうを振り向くと、長いあいだ会っていなかった奏也が、そこに立っていた。「安奈、迎えに来たよ。家に帰ろう」旅のほこりをまとったような姿で、彼は息を弾ませながらそう言った。けれど次の瞬間、彼の視線が私の肩にかけられた悠真の腕にとまって、その目がすっと細められた。「悠真、どうしてお前もここにいるんだ?」奏也と私が付き合う前の頃、彼は悠真と何度か顔を合わせたことがあった。けれど、そのたびに噛み合わず、いつもどこかぎこちなかった。悠真は私を自分の後ろにかばい、挑発するような視線で奏也を見返した。「で?何か用でも?」その態度に、奏也は眉をひそめ、歯を食いしばって問い詰める。「お前と安奈は今、どういう関係なんだ?まさかお前が安奈をそそのかして、海外まで連れ出したんじゃないだろうな。いいか、彼女を俺から奪おうなんて、絶対にさせないからな!」悠真はふっと鼻で笑い、あからさまに嘲るような表情を浮かべた。「僕が安奈を奪おうとしてるって?でもさ、そもそも考えたことある?誰が彼女をここまで追い詰めて、家から逃げさせたのか?」奏也の顔に、苛立ちが走る。「黙れ!」そう言うなり、彼は手を振り上げ、今にも悠真を殴ろうとする。しかし、その一撃が落ちる直前に私は駆け寄って彼の手首をしっかりとつかんだ。「もうやめて」奏也はどこか悔しげに私を見つめた。「安奈、あいつの言うことなんか信じるな。俺はお前を追い詰めたつもりなんて一度もない。お願い、説明させてくれ!」「もう説明なんていらないわ、奏也。あの日、式場で言ったわよね。もう別れようって」これ以上、無駄な言い争いを続けるつもりはなかった。私は悠真の手をつかみ、踵を返そうとした。だが、奏也が私の前に立ちはだかり、腕を伸ばして行く手を塞いだ。奏也は必死に首を横に振り、言葉を吐き出す。「いやだ、安奈。お願いだ、話を聞いてくれ。せめて一度だけ、説明するチャンスをくれ。お前、前に言っただろう?どんなことがあっても、俺を見捨てたりしないって」私は小さく眉を寄せ、ひとつため息を吐いてから、まっすぐ彼を見つめた。「式の七日前のこと。探偵から聞いた住所を頼りに、私はあるマンションに行ったの。そこは、あなたと美弥の家だって。その窓の外で、私は自分の耳で聞いたのよ。あなたが美弥
母から電話が入り、その話を聞いた時、私はセレスティアという国の小さな島でくつろいでいる最中だ。久我悠真(くが ゆうま)がココナッツを手に取り、私に差し出しながら首をかしげる。「急に桐谷おばさんから電話?国内で何かあった?」私はココナッツを受け取り、彼を安心させるように微笑んだ。「大したことじゃないよ。心配しなくていい」悠真は軽く肩をすくめて笑った。「そっか。じゃあ、もう遅いし戻ろうか?」「うん、帰ろう」私は立ち上がり、悠真と並んで彼のアパートへ向かって歩き出す。思えば、不思議な縁だと思う。一か月前、私がセレスティアに飛んできたその日、到着ロビーを出たところで、私の名前を書いたボードを掲げ、きょろきょろと辺りを探している悠真の姿がすぐ目に入った。桐谷家と久我家は代々の付き合いがある。仕事でもよく一緒になるし、家同士の行き来も多かった。そして、私と悠真は、生まれたときからお互いを知る幼なじみでもある。聞いた話だと、私が小さい頃には、私の母と悠真のお母さんが、「この二人、将来くっつけちゃう?」なんて、本気半分冗談半分で縁談みたいなことまで話していたらしい。でもそのあと私は奏也と付き合い始めて、その話は自然と流れた。悠真はその少し後、海外へ出てしまい、私たちは自然と連絡が途絶えた。そして、五年ぶりに再会した彼は、背も伸びて、すっかり大人びていた。落ち着いた雰囲気さえまとっていた。もしあの優しい笑顔がなかったら、きっと一瞬では気づけなかっただろう。どうして彼が空港に迎えに来ていたのか、そのときの私は不思議でならなかった。でも、彼は優しく私の肩を叩いて言った。「君の国内でのこと、ぜんぶ聞いたよ。ご両親が心配してたんだ。君が一人で落ち込まないようにって。ちょうど僕がこっちにいたから、見ててくれって頼まれたんだよ」こうして悠真は「見張り役」という名目で、私の荷物をさっと持ち上げ、そのまま自分の家へ連れていった。それだけでなく、自らガイド役を買って出て、セレスティア中を案内しながら気分転換に付き合ってくれた。わずか一か月足らずの間に、悠真は私を連れて現地の名所を次々と巡った。歴史を色濃く残す博物館を見学し、有名な建築物を訪れ、何度か夕暮れ時には地元のバーへ行って、常連のシンガーの弾き語りに耳を傾けた。
reviews