Mafia Kaki Tangan Pemerintah

Mafia Kaki Tangan Pemerintah

Oleh:  Napena  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
692Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

“Lihat … siapa yang kalah pada akhirnya, Tuan Aksara Kalandra,” bisik Nasha tepat di telinga milik Aksa. Nasha menyeret turun pistol dari rahang tegas milik Aksa menuju dada bidang laki-laki itu. Dia mengedipkan sebelah matanya sebelum menarik pelatuk pistol hingga menimbulkan dentuman keras yang berhasil membuat Nasha meringis pelan. “NASHA ALESSIA! Dia ada di pihak kita!” Aksara Kalandra, seorang CEO muda yang dipuja akan sikap ramah dan wajah tampannya adalah sosok yang sama dengan laki-laki berdarah dingin yang tengah memegang revolver kesayangannya. Tangan kekar yang dipenuhi dengan darah itu adalah tangan yang sama dengan tangan yang sering memberikan uluran pada orang-orang disekitarnya. Laki-laki berlesung pipi dengan mata yang tersenyum seperti bulan sabit itu berhasil menyembunyikan sisi gelap yang ia miliki dari orang-orang disekitarnya. Namun, tidak ada kehidupan yang sempurna, bukan? Nasha Alessia, wanita cantik yang Aksa temui di bar malam itu adala awal mula topeng Aksa dipaksa untuk lepas. Membuat Aksa mau tidak mau harus menyeret masuk wanita berparas manis itu dalam dunia gelapnya. Dunia … dimana iba dan perasaan dibabat habis oleh logika dan ego penghuninya.

Lihat lebih banyak
Mafia Kaki Tangan Pemerintah Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
7 Bab
001 - Sisi Gelap
Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima
Baca selengkapnya
002 - Tangan Kanan Aksa
Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya. Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks
Baca selengkapnya
003 - Kasar, Mati
“Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita
Baca selengkapnya
004 - S(h)ee
“Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari
Baca selengkapnya
005 - Wanita Gila
“Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks
Baca selengkapnya
006 - Sisi Malaikatnya
Plak!   Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya.   Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya.   "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga.   Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka.   Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.
Baca selengkapnya
007 - Keputusan
“Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya.   “Siap, Tuan.”   Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya.   “Shaka, Bos.”   “Masuk.”   Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu.   “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.”   “Hmm … kapan?”   “Male m ini.”   “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa.   “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status