Bayangan Cinta

Bayangan Cinta

By:  Azura One  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
34 ratings
82Chapters
6.0Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Nama ku Kara Garvita, panggil saja Kara. Setiap helaan napas, aku mengubah oksigen menjadi karbondioksida. Tentu bukan hal sulit mengubah cinta menjadi benci . Terjebak pada kekerasan rumah tangga pada pernikahan pertama, membuat hidup begitu merana, walau akhirnya aku bisa melepaskan diri. Kembali hidup melajang menikmati kesenangan yang tak sempat ku nikmati. I won the jackpot Teriak ku ketika seorang pengusaha muda, tampan dan kaya menawarkan pernikahan karena aku mirip dengan mendiang istrinya yang tiada. Kupikir awal kebahagiaan di mulai bersama Prabu Garvin. Ternyata aku salah memilih lagi ... Dia sama dengan suami pertama dalam bentuk berbeda. Cover : Canva

View More
Bayangan Cinta Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Acil Mey
Zura ternyata aku menemukanmu disini .........
2022-08-03 20:14:27
0
user avatar
andra
arti sebuah perbedaan
2022-03-20 13:06:13
1
user avatar
Lunetha Lu
Sedih banget Garvin, tiga tahun nunggu Amara available. Baru sebentar nikah udah ditinggal :(
2021-11-25 20:05:19
1
user avatar
Flobamora_Tuka
baru baca sampe bab 14.. nabung bonusan dulu buat lanjut. wkwkwk... gemes sm ceritanya. seperti yg sudah2 author jago bernarasi, ga byk2 dialog. ini baru novel .... oh iya aku ngekek sih sm dialog yg "knp dia tdk mnghubungiku lagi? mungkin kau terlalu ketuaan baginya.................... agak nyentil ke aq
2021-09-18 15:08:52
1
user avatar
Queeny
Ceritanya menarik. lanjut ya
2021-08-07 08:43:07
1
user avatar
Queen yu
Greget sama Bastian. Untung Kara udah lepas dari tu orang. asli kesel, semangat kak...
2021-08-06 12:09:53
0
user avatar
youarestarsx
ceritanya bagus dan menarik, semangat terus thor!
2021-07-19 13:36:04
0
user avatar
Zhi
Feelnya dapet banget. Tetap semangat berkarya ya. Zhi.
2021-07-13 20:59:57
1
default avatar
cyprus.kohler
lanjut deh hehe... sukaa
2021-07-13 12:15:07
1
user avatar
th
Hidup Kara menarik banget! Lanjut terus kak
2021-07-10 14:14:32
1
user avatar
Aerina Ay
wahh Kren kak ceritanya🙏 btw makasih dah mampir 🙏☺️
2021-07-10 09:20:58
1
user avatar
Melisa Satya
Ini keren, Kak. Udah chapter ke 20 semngat publis
2021-07-09 19:16:16
1
user avatar
Asep Kuma
Pemilihan kata dan cara nulisnya bagus banget, blurb juga menarik. Keren kak!
2021-07-08 23:01:54
1
user avatar
Yunitaindrynt
Keren Kak, semangat publish ya👍
2021-07-07 13:23:23
1
user avatar
Dee__Ary
Lanjut kk, semangat
2021-07-05 23:06:23
1
  • 1
  • 2
  • 3
82 Chapters
Mencoba Peruntungan
"Ayolah, kita semua menyukai Cinderella. aku, kamu atau dia. Hei ... kamu masih tidak mengakui menyukai cindrella! Aku akan berbisik di telingamu, kita bukan memimpikan pangeran berkuda, tapi seorang pria tampan dengan kuasa dan kekayaan seperti pangeran." Kara memoles lipstik sebelum membuka pintu mobil. Menapak kaki jenjangnya di parkiran basement Paraduta Group, dia akan melamar pekerjaan. Cinderella menjemput pangeran di istana, Kara harus menjemput rejeki di sini. Tap.. Tap... Suara sepatu Kara menggema di tempat parkir yang luas dan sepi. Melewati deretan mobil mewah yang berjajar rapi. Sebuah simbol 'kemakmuran' penghuni di sini. Jemari lentik Kara menyentuh setiap mobil, mengetuk pelan. Dia menganggap dirinya seorang putri, dan mengumpamakan barisan mobil sebagai punggawa. Seiring langkah kaki jenjang Kara. Pikiran demi pikiran melintas dalam ingatan, terangkai menjadi jalinan kisah yang menjadi alasan dirinya berada di perusahaan terbesar di
Read more
Interview
Kara keluar dari lift dengan langkah percaya diri. Dia menegakkan tubuhnya menghasilkan tulang punggung sempurna. Langkah sepatu Kara kali ini tidak menimbulkan suara dalam lantai 14, Teredam karpet keabuan gelap. Seperti gelap mata Kara yang berbanding terbalik dengan senyuman yang diberikan pada seorang pegawai. Dia sepertinya memang menunggu kedatangan Kara.Kara mengikuti langkah pegawai dengan name tag di dadanya 'Rani Lintar', menuju ke koridor dengan pintu hitam pekat berjajar rapi. Mereka berhenti pada sebuah pintu dengan keterangan 'Manager Human Resource Development (HRD). Dari jendela kecil di pintu, Kara bisa melihat seorang pria tampak serius dengan laptopnya."Bapak Daniel sudah menunggu anda, Silakan masuk!" Rani membukakan pintu untuk Kara yang dibalas dengan anggukan kecil sebagai ucapan terimakasih.Daniel, Manager HRD yang menerima map lamaran Kara menyungging senyum penuh arti. Dalam hitungan detik, Daniel menganalisa sosok di depannya. 
Read more
Tentang Kara dan Garvin
Ting... Pintu lift baru terbuka ketika pengguna lift di belakang Kara menabrak tubuhnya, Membuat Kara terhuyung ke samping. "Aduh ...." Refleks sepasang netra Kara melotot ke arah penabrak. Pria itu sengaja melakukannya, dia membalas dengan sudut bibir mengarah ke atas. "Kau menghalangi jalanku!" katanya datar, Kara baru akan memaki ketika mendengar perkataan petugas lift. "Silakan, Bapak Garvin!"  Bu Mira sudah menyampaikan ke saya berapa waktu lalu, Profil anda pun sudah dikirimkan oleh beliau. Saya juga sudah mempelajarinya. Anda beruntung saat ini posisi Customer Service di ruangan CEO sedang kosong. Anda akan menempatkan posisi sebagai Staf dari CEO, Prabu Garvin. Saya akan menghubungi Daniel untuk mengatur jadwal interview anda. Perkataan bapak Agus kembali tergiang di telinga Kara. "Apakah pria tadi adalah bapak Garvin, CEO perusahaan ini?" tanya Kara kepada petugas lift. "Benar sekali, Bu. Lift pribadi Pak Garvin
Read more
Hal Baru Bagi Kara
Jam dinding menunjukkan pukul 23:45 ketika Garvin tiba di rumah, dia melonggarkan dasi dan membuka kancing atas kemeja. Matanya menatap nanar ke foto pernikahan dia dan Amara yang terpasang di dinding. Foto yang enggan Garvin turunkan, seakan dia berharap keajaiban terjadi. Amara mengetuk pintu rumah dan mengatakan bahwa bukan dirinya yang mengalami kecelakaan. Garvin masih merasakan kehangatan pelukan dan tawa Amara sebelum dia pergi ke pernikahan sahabatnya. Dia masih melihat Amara memasuki mobil dan melambaikan tangan. Sulit baginya menerima kenyataan, ketika dua jam kemudian menerima kabar Amara tewas dalam kecelakaan. Amara Bunga Kayla, perempuan yang dikenalnya semasa kuliah. Amara merupakan sepupu Ben, sahabat Garvin dari bangku sekolah menengah pertama. Garvin yang menghabiskan pendidikan di universitas terbaik di Amerika Serikat. Kala itu pulang liburan ke Indonesia, dia mengunjungi Ben. Pertemuan pertama dengan Amara terjadi di rumah Ben, getaran pe
Read more
Waktu bersenang-senang
Kara melepaskan rol rambut, mengunci dengan hair spray. Merapikan menggunakan jemari lentiknya. Memberi efek rambut bergelombang seksi. Dia memoleskan lipstik nude, menyapukan blush on berwarna coral terakhir, dia menggunakan sikat khusus untuk menimbulkan efek serat pada alisnya.    Aktivitas Kara belum berakhir, Dia menggantikan dress dengan kemeja boyfriend warna putih. Memadupadankan dengan jeans dan sepatu kets berwarna putih. Tas sling bag di sematkan pada bahunya. Santai membuat penampilan diri tampak lebih muda dari usianya, Paling penting menyembunyikan fakta dia seorang janda dengah kisah rumah tangga suram. "Sempurna," decaknya kagum pada diri sendiri. 13:15 Wib Lebih cepat dari waktu yang dijanjikan ketika Kara tiba di mall. Dia mengisi waktunya dengan memanjakan mata melihat barang mewah di etalase. Entah kapan Kara bisa memasuki tempat itu. Harga satu barang saja bisa menghabiskan berapa bulan gaji Kara. Jika dia mengin
Read more
Dia
Leonard mengejar Garvin, wajah tampan yang menampilkan ekspresi tidak bersahabat. Rahang Garvin tampak mengeras. Ada kemarahan tak tersalurkan, Leonard memilih diam. Bukan saat tepat untuk mengeluarkan pendapat. Leonard mengakui kemiripan yang tak terelakkan dari raut gadis di restoran tadi, tapi untuk mengatakan itu orang yang sama. Jelas mustahil, Amara meninggal lima tahun lalu saat berusia 27 tahun. Sekarang jika dia masih ada maka usia Amara adalah 32 tahun. Gadis itu tampak jauh lebih muda. "Pak, Apakah anda jadi menemui manager mall?" tanya Leonard ketika mereka berada di lift. Mall 'ParaDita' termasuk dalam Paraduta Group. Rencananya hari ini Garvin akan berkunjung, Ada yang ingin di sampaikan terkait kepulangan dari eropa. "Batalkan!" perintah Garvin. "Baik, Pak. Apakah perlu di jadwalkan kembali ke tempat kita?" "Iya, Sampaikan pada Laura untuk mengirim surel!" Leonard segera melakukan perintah Garvin, Dia tidak suka seseoran
Read more
Hari Pertama Kerja
Laura menunjukkan meja kerja Kara. "Di sini tempatnya, Siapa namamu?" "Dia bertanya dengan nada merendahkan, Garvin sudah menyebutkan nama ku tapi sikapnya seakan itu bukan hal penting untuk di ingat", pikir Kara di saat bersamaan otaknya merespon menandai wanita molek di hadapannya. "Nama saya ... Kara Garvita, Bu," jawab Kara dengan nada santun sedikit menundukkan kepala. Bersikap lemah akan mengurangi kewaspadaan belut listrik seperti ini untuk memangsanya. "Kamu sudah tahu bukan pekerjaanmu? menyambut tamu," senyuman tertahan tersungging di wajah mulus tanpa noda milik Laura. "Terserah apa istilah kamu untuk menyebutnya. Aku mendapatkan bayaran untuk ini", batin Kara sambil menyunggingkan senyuman manis sebelum menjawab, "Tapi bukan itu yang kami pelajari pada saat training, Ada...." "Kamu tahu? Customer service di sini bertahan paling lama tiga bulan. Aku ingin melihat mu berapa lama bertahan...." potong Laura sambil berlalu dari hadapan
Read more
Latar kehidupan Kara
Kara melirik arloji, Akhirnya yang di tunggu tiba. Jam istirahat, gadis itu segera menuju kafetaria. Kali ini dia mempelajari denah kantor tanpa perlu bertanya pada Laura. Kaki jenjangnya berayun Lincah. Kara telah memperhitungkan dengan cermat, uang warisan dari bu Mila cukup bertahan sampai gaji bulan depan.  Leher jenjang Kara menjulur mencari keberadaan Feli. Dia telah berjanji dengan Feli untuk bertemu di kafetaria. Sebagai karyawan baru, mereka belum memiliki teman. Apalagi Kara, tidak mungkin berteman dengan Laura, berat. "Hei ... lehermu menyaingi jerapah," sapa Feli yang telah berdiri di samping Kara. "Aku bahkan tidak mendengar kedatanganmu," cibir Kara pura-pura merajuk yang di sambut tawa Feli. "Kita mengantri di sana, yuk," tanpa menunggu jawaban Kara. Feli menarik tangan Kara, beberapa karyawan pria melirik ke arah mereka berdua dengan minat. Dua karyawan baru yang menawan. Keduanya telah tiba di meja dengan makan siang yang
Read more
Pendekatan Garvin
"Mengapa aku harus kehilangan sesuatu, saat aku berpikir sudah berada di genggaman," dengus Kara kesal.  "Kehilangan? suatu hal yang harus mengajarkan arti menghargai," sahut Feli dengan bijak seakan menceramahi remaja yang baru putus cinta. "Huh... aku kesal sekali," sungut Kara, dia mengaduk-ngaduk spagheti tanpa minat. "Aku berani taruhan, kamu pasti segera mendapat ganti dengan mudah," "Hmmm..." Sejak pertemuan terakhir di kafe sore hari, Elang tidak pernah menghubungi Kara. Berapa kali Kara menghubungi Elang tapi tidak mendapatkan respon. Dia dan Feli juga mendatangi coffe shop Elang di mall 'Paradita' tetapi sudah tutup. Kara mendengus, Dia kehilangan kesenangan. Elang tampan, muda dan aromanya wangi. Jauh sekali dengan aroma Bastian. Seringkali bau keringat dan alkohol, Menyebalkan. "Mengapa. dia tidak pernah menghubungi ku lagi?" tanya Kara kembali. Feli memandang sesaat temannya lalu mengaduk teh di depannya.
Read more
Bertemu Bastian
"Pria itu seperti devil bertopeng angel. Mereka mengangkatmu tinggi ke angkasa lalu menghempasmu ke bumi, bahkan tanpa rasa ampun," kata Kara sinis. Di sebelahnya Feli menyimak sambil menikmati makan siang. Kafetaria ramai seperti biasa, Kara tak memperdulikan suaranya akan terdengar oleh pengunjung lain. "Jadi kamu keluar dari apartemen itu tadi malam?" tanya Feli dengan nada rendah. Dia mengamati wajah Kara yang tampak kesal. "Ya ... security apartemen mengatakan aku diminta keluar oleh penyewa, Arjuna bahkan memutuskan hubungan kami begitu saja. Apakah ciuman ku begitu buruk sampai dia mengambil keputusan ketika kami selesai berciuman?" "Menyedihkan," kata Feli mencoba bersimpati walau dia merasa geli. "mungkin Kara lupa menggosok gigi ketika mereka berciuman," batinnya dalam hati. "Padahal dia begitu tampan." ujar Kara sambil memegang kedua pipinya membuat Feli menggelengkan kepala melihat temannya. Feli memutar bola mata. "Kamu memang tak
Read more
DMCA.com Protection Status