Dibayar Satu Miliar

Dibayar Satu Miliar

Oleh:  Syarlina  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.9
17 Peringkat
93Bab
244.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa jadinya kalau seseorang memintamu hamil dan dibayar 1 Miliar? Ini yang dialami Luna. Ia ditawari hamil dengan imbalan uang satu miliar. Bersediakah Luna? "Ini uang 500 juta," tunjuk wanita cantik di hadapanku dengan melirik koper yang terbuka, dan memperlihatkan uang yang aku tidak tahu apa benar jumlahnya seperti yang disebutkannya barusan. "Dan ini 500 juta juga," sambungnya sembari membuka koper satunya dengan tampilan isi yang sama persis. "Keduanya akan menjadi milikmu kalau kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu dengan sangat baik," tandasnya kemudian dengan menyandarkan punggung ke sandaran kursi yang didudukinya. "A-apa ini? A--aku tidak mengerti," sahutku yang masih diliputi kebingungan. Aku memang tidak paham untuk apa aku dibawa paksa oleh seseorang yang berpakaian serba hitam, hingga duduk di depan wanita yang menunjukkan dua koper berisi uang satu miliar. Pekerjaan apa yang harus aku lakukan, dan siapa wanita di hadapanku saat ini?

Lihat lebih banyak
Dibayar Satu Miliar Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Deff Seventeen
Ceritanya bagus, mampir ke cerita gratisku yuk. Menjerat Mantan Istri.
2023-01-17 16:32:04
0
user avatar
Tami Andriani
bagus cerita nya... cerita ttg madu tp lain dr yang lain.. alurnya juga stabil, gaya penulisannya rapi dan gk bikin penasaran. sipp
2022-12-26 21:30:22
1
user avatar
Indri saputra
ceritanya baguusss ...... sediihh diposisi Luna ......
2022-11-03 02:18:43
0
user avatar
Laura Pohan
Seru banget, gemes aku sama Ibunya Alisa si Maya...kasihan Luna harus dipisah sama bayinya padahal bukan salah dia
2022-10-25 14:50:39
0
user avatar
Yen Lamour
Ceritanya menarik, semangat terus ya kak thor ^^ izin numpang promo ya, ada yg suka mafia romance? Yuk mampir juga ke tempatku. Siapa tahu ada yg suka. Terima kasih ya kak thor & kakak semuanya ^_^
2022-07-30 18:50:38
0
user avatar
Nani Setiany Mbk Nani
Kayaknya seru, nih.
2022-07-12 11:43:42
1
user avatar
Ni Luh Ekayani
cerita sangat menarik, bahasanya sangat mudah dimengerti dan gak bertele2
2022-05-30 18:43:38
1
user avatar
Mimi Pocut
ceritanya sangat menarik
2022-05-28 21:41:23
2
user avatar
Widya G
menarik sekali
2022-05-27 02:46:43
1
user avatar
Mhamikoe
sangat menarik
2022-05-13 23:27:17
0
user avatar
Hani Alby
krennnn......aku suka ceritanya sukses Thor
2022-05-13 00:29:12
0
user avatar
Indoe Ismuroh
ceritanya bagus
2022-04-17 10:13:22
1
user avatar
Inyoman Widara
seru banget
2022-04-06 18:05:21
1
user avatar
Pena Asmara
Naik terus, ceritanya bagus banget
2022-03-27 07:58:49
2
user avatar
Risma Dewi
seru ceritanyaaaa. sukaaa
2022-03-17 14:23:18
2
  • 1
  • 2
93 Bab
1
 Dipaksa Bertemu "Ini uang 500 juta," tunjuk wanita cantik di hadapanku dengan melirik koper yang terbuka, dan memperlihatkan uang yang aku tidak tahu apa benar jumlahnya seperti yang disebutkannya barusan.  "Dan ini 500 juta juga," sambungnya sembari membuka koper satunya dengan tampilan isi yang sama persis. "Keduanya akan menjadi milikmu kalau kamu bisa menyelesaikan pekerjaanmu dengan sangat baik," tandasnya kemudian dengan menyandarkan punggung ke sandaran kursi yang didudukinya. "A-apa ini? A--aku tidak mengerti," sahutku yang masih diliputi kebingungan. Aku memang tidak paham untuk apa aku dibawa paksa oleh seseorang yang berpakaian serba hitam, hingga duduk di depan wanita yang menunjukkan dua koper berisi uang satu miliar. Pekerjaan apa yang harus aku lakukan, dan siapa wanita di hadapanku saat ini? Wanita cantik tersebut mengulurkan tangan ke arah lela
Baca selengkapnya
2
 Pasrah "Tunggu, Mbak segera ke sana," jawabku setelah beberapa detik terdiam. Aku beranjak bangun dari posisi terduduk dan bergegas mencari taksi.  ***  "Mbak," seru Varel yang melihatku datang dengan tergesa-gesa.   "Ibu bagaimana?" tanyaku khawatir.   "Ibu tidak sadarkan diri. Ibu harus dioperasi malam ini, kalau tidak …." Varel terdiam. Tampak kesedihan menyelimuti wajah tampannya.   "Kamu tenang saja. Malam ini Ibu pasti dioperasi."  "Mbak sudah dapat uangnya?"  Langkahku terhenti. Aku berbalik menghadapnya, menganggukkan kepala seraya mengulas senyum tipis. "Ini Mbak mau menemui dokter Budi sekalian ke bagian administrasi. Tolong jaga Ibu sebentar," jawabku menenan
Baca selengkapnya
3
Kesepakatan Terjadi Hening sejenak karena aku terdiam membisu sambil berpikir keras, bagaimana bisa sebuah gender ditentukan oleh manusia itu sendiri? Kekuatan apa yang kupunya untuk bisa memastikan kalau anak yang bakal kukandung nanti adalah berjenis laki-laki? Ternyata mudah sekali orang kaya memaksakan kehendaknya pada orang lemah sepertiku ini.   "Bukankah itu hak prerogatif Tuhan, kenapa--"   "Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Itu seperti mengadu nasib. Simpel saja, kalau diatas merestui, maka kamu aman. Namun sebaliknya kalau apa yang kamu berikan tidak sesuai dengan yang kuinginkan, maka … terima juga akibatnya. Terserah kalau kamu anggap aku jahat, tapi bukankah itu setimpal dengan apa yang sudah kukeluarkan?"   Aku hanya mampu menghela napas. Belum apa-apa sudah merasakan beban yang sangat berat. Mundur pun
Baca selengkapnya
4
Perkenalan "Hei! Jangan ngelamun. Kamu lagi mikirin suamiku?" Tepukan keras Alisa di bahuku, cukup mengagetkan. Aku sampai melebarkan mata mendengarnya menebak dengan tepat.  "Tidak! Aku baru ingat kalau lupa bawa baju kemari. Maaf," ujarku mengubah topik dan memang benar kalau telah lupa membawa pakaianku ke sini. Aku datang dengan tangan kosong. Bahkan tidak tahu bakal dibawa kemari dan langsung tinggal di rumah ini. Kukira cuma bertemu begitu saja dengan Alisa, seperti di restoran waktu itu.   "Soal pakaian, kamu tenang saja. Semua sudah tersedia. Kamu tinggal pilih. Nanti Neni yang akan mengantarkanmu ke kamar."   "Oh." Hanya kata itu yang terucap dari bibirku.   Neni? Apakah dia itu perempuan yang mengantarkanku ke ruangan ini?   "Ini kamu pegang
Baca selengkapnya
5
Lelaki yang Kubenci  Aku sigap berdiri mengulurkan tangan, mengajak salaman. Namun lelaki yang kutahu songong dan sombong itu malah diam hanya dengan melirikku sekilas, lalu abai. Ia menarik kursi, dan duduk dengan santainya di sebelah Alisa.   Tangan kutarik kembali, malu. Ingin sekali mengumpat saat Alisa mengulum bibirnya menahan senyum melihatku diabaikan suaminya.   Aku duduk kembali. Seharusnya aku diam saja, dan abai dengan lelaki tersebut. Hanya ingin menunjukkan rasa hormat, kutekan ego mengajaknya berjabat tangan. Namun malah malu yang kudapat.   Namanya Atalarik Bara Wijaya. Aku lebih mengingatnya dengan panggilan Pak Arik. Dia adalah donatur tetap sekolah menengahku dulu di SMA swasta yang cukup bergengsi. Aku bisa masuk di sana karena dapat beasiswa. Lulus pun dengan nilai cukup memuaskan karena pe
Baca selengkapnya
6
Dibawa ke hotel  "Hotel? Kenapa ke sini?" Selidikku, bertanya pada Alisa, setelah melihat mobil yang kami tumpangi ternyata memasuki sebuah area halaman hotel bintang lima.  "Nanti kamu juga tahu," jawabnya tanpa menoleh ke arahku dan sibuk dengan ponselnya.   Aku terus melihat ke arah samping, mengamati sekitar. Entah kenapa perasaanku tidak nyaman. Kalau sudah begini, feelingku mengatakan akan ada sesuatu yang buruk bakal terjadi.   "Pakai!" Alisa memberikan sebuah kacamata hitam, dan memintaku untuk mengenakannya. Ia juga membenarkan cardiganku sebelum turun dari mobil.   "Diam dan ikuti aku. Jangan bicara sebelum aku memintamu bicara," sambungnya mengingatkan.   Ingin bertanya lebih, tapi ia sudah mengisyaratkan untuk diam. Aku
Baca selengkapnya
7
Ditinggal Berdua  "Jadi soal dapat kerjaan di luar kota itu semua bohong?" Varel memulai pertanyaan setelah kami diberi Izin Alisa untuk bicara berdua sebelum ia pulang.  Aku mengangguk tidak berani menatapnya. Pandangan kuarahkan ke cermin yang memantulkan bayanganku yang masih mengenakan kebaya pengantin. Tidak menyangka bisa secantik ini, tapi sayang raut wajahku menampakkan kesedihan di sana. Apa Varel juga melihatnya begitu?  Dapat kudengar hembusan napas kasar Varel melihat responku. Ia pasti kecewa.   "Selama ini Mbak tinggal dimana? Boleh Varel tahu? Apa di hotel ini?" Kembali ia bertanya menyelidik.   Aku menggelengkan kepala. "Bukan, tapi di sebuah rumah yang besar, Rel. Kamu tenang saja. Mbak di sana dilayani dengan sangat baik. Mereka baik dan ramah," jawabku tersenyum tipis mey
Baca selengkapnya
8
Ditinggal Pergi  "Nggak usah dipake, aku lagi nggak mood." Lemari pakaianku ditutupnya. Pak Arik menggaruk kepalanya sembari menggeser tubuhnya ke depan lemarinya. Membuka kembali pintu lemari tersebut, dan berdiri di depannya tanpa pergerakan apapun.   Nggak mood, apa maksudnya? Lagian Om songong ini cari apaan? Lama amat. Didorong rasa penasaran, kuberanikan diri untuk mengintip sedikit.   "Kamu beli saja baju yang lain, jangan model gitu. Lagi pula malam ini udaranya panas, mungkin suhu AC-nya bakal kunaikkan," ucapnya, sedikit terkaget melihat kepalaku meneleng ke arahnya. Pintu lemari ditutupnya dengan cepat.   "Ngapain?" tanyanya sewot saat aku ketahuan ingin mengintip.   Aku menggeleng dengan memaksakan senyum.   Matanya mendel
Baca selengkapnya
9
 Pasangan yang Aneh Krek! Suara knop pintu dibuka, bergegas kupejamkan mata. Aku berpura tidur dengan hati berdegup kencang. Gugup.    Saking gugupnya, suara derap langkah kaki yang kuyakini milik Pak Arik terdengar keras di telingaku. Suara itu mendekat.   Selimut sudah kunaikkan sebatas leher. Mengamankan tubuhku sendiri dari pandangan liar Pak Arik sebelum pintu itu berhasil dibukanya.   Indra pendengaranku menangkap suara layar ponsel yang disentuh. Aku yakin ponsel yang sempat kuintip isinya itu telah berpindah ke tangannya.   Pasti dia sedang membaca pesan dari istrinya--Alisa. Aku masih penasaran sekaligus takut dengan isi pesan tersebut. Kata 'kalian' itu maksudnya apa? Apakah aku dan dia atau dia dan orang lain? Perjanjian apa yang sedang mereka lakuk
Baca selengkapnya
10
 "Ehm … tanda itu--" "Ekhem, ini Sayang." Pak Arik meletakkan satu buah gelas di hadapan istrinya. Untunglah laki-laki itu segera datang di saat aku kebingungan. Ia menatapku seolah bertanya ada apa, tapi aku tidak bisa menjelaskan bagaimana menjawabnya, karena Alisa tidak melepaskan tatapannya dariku sedetik pun.   Entah apakah Pak Arik sengaja atau tidak, ia selalu mengajak Alisa ngobrol sepanjang sarapan berlangsung. Bahkan ia selalu mengubah topik saat Alisa kembali membahas malam pertama kami, dan caranya itu ternyata berhasil membuat Alisa melupakan pertanyaannya tersebut. Aku tak peduli jadi terabaikan dan seperti angin lalu yang tidak dianggap oleh mereka saat mereka bicara tidak melibatkanku, yang jelas ada kelegaan karena telah terbebas dari pertanyaan menjebak Alisa. *** "Dari mana dapat baju ini?" Aku dan Alisa berada di dalam kamar. Ia memintaku berberes kar
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status