Terjebak di Dunia Lain

Terjebak di Dunia Lain

By:  Kirana Quinn  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
9.5
6 ratings
227Chapters
34.5Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

(21+++) Kedua kakak beradik Nathan berusia 17 tahun dan Nela berusia 15 tahun, terus berlari menembus hutan belantara, hutan terlarang yang jarang dikunjungi manusia. Dengan Kaki yang berdarah akibat pukulan sebilah bambu sang ibu sambung, Nela terus mengikuti kakaknya. Kesalahan kecil menumpahkan nasi sebakul membuat Nela harus menerima kemarahan ibu. Bukan hanya sekali Nathan menyaksikan adiknya disiksa, dari kesalahan kecil, menumpahkan nasi, pulang terlambat satu menit saja dari sekolah maka adiknya itu harus mengalami cidera yang tak sedikit jumlahnya disekujur tubuh. Nathan tak tahu kenapa ibunya sangat membenci Nela, terkadang dia yang harus melindungi tubuh adiknya dari pukulan sang ibu. Hutan itu terlalu gelap namun mereka tak berhenti berlari, sampai Nela berseru. "Kakak, aku tak kuat lagi" Nathan berpaling, luka di betis adiknya membiru dengan beberapa tetes darah yang telah mengering, bisa dibayangkan bagaimana perihnya terkena sabetan bambu yang sudah dipersiapkan ibu setiap kali Nela berbuat kesalahan sekecil apapun itu. Hati Nathan tersayat, ini tak bisa dibiarkan, jika terus berlanjut maka dia akan menyaksikan adiknya itu mati didepannya, itu yang ibu sambungnya inginkan. Ayahnya yang harus mengais rezeki di rantau orang sebagai TKI, pulang setahun sekali, tak tahu sama sekali apa yang menimpa mereka berdua. Rintihan Nela membuat Nathan tersentak. "Tahan sebentar dek, sedikit lagi kita akan tiba dihutan dimana ibu tak akan menemukan kita" Namun Nathan salah, ibunya dan beberapa masyarakat mengejar mereka.....

View More
Terjebak di Dunia Lain Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
kailani gech
sip ceritanya anti mainstream dari kebanyakan genre di sini... like it...
2023-07-28 08:54:31
0
user avatar
Halima Tussaddia
masih awal tp bikin penasaran
2023-05-06 14:48:33
0
user avatar
Aldho Alfina
Bantu promote thor "Penguasa Dewa Naga"
2023-01-27 18:03:47
1
user avatar
Eris Cahyadi
Sangat menarik,,, ditunggu update bab selanjutnya
2023-01-04 23:23:15
0
user avatar
Teknisi Baru
cerita yang sangat menarik dan membawa pembaca ikut berimajinasi sampai ke dunia tak kasat mata.
2022-12-09 22:14:22
0
default avatar
itamawar21
tumben lama gk update??? dah tamat kah? hmpir seminggu
2022-11-11 14:36:29
0
227 Chapters
1. Rintihan Nela
Suara seorang gadis yang sedang merintih kesakitan terdengar sampai ke pintu halaman, Nathan yang hari itu baru saja pulang dari sekolah segera berlari menuju arah suara. "Ibu...!" Teriak Nathan. "Apa yang kau lakukan ?" Nathan segera merampas sebilah bambu yang sering digunakan ibu sambungnya untuk menghukum Nela. "Apa kau tidak lihat Nathan, sekarang sudah jam berapa ? Bukankah ibu sudah bilang jangan pulang terlambat, anak gadis yang suka keluyuran seperti dirinya patut di hukum." Ibu sambung yang bernama Ningsih dengan wajah penuh kemarahan berusaha merampas kembali bilah bambu yang dirampas Nathan. Ini bukan pertama kalinya dia menghukum Nela, hampir setiap hari Nela harus menerima pukulan atau cubitan disekujur tubuhnya walau itu hanya kesalahan kecil. Menumpahkan nasi sebakul, masak nasi terlalu lembek salah, terlalu keras juga salah, lalu untuk anak sekecil itu, bukan diajari dengan baik tapi malah semakin diintimidasi. Nathan menahan geram, sebelum dia menolong memapah ad
Read more
2. Rintihan Nela 1
Terdengar suara Nela dari dalam kamar yang memanggilnya. "Kak...!" Nathan segera masuk, dia kini sudah mengganti pakaian sekolahnya dengan pakaian rumah. Nampak Nela berusaha berdiri dengan susah payah. "Udah kamu rebahan dulu, pekerjaan rumah biar aku saja yang kerjakan." Nathan membantu membaringkan adiknya ke tempat tidur, dan menyelimutinya. "Aku yakin kamu pasti belum makan, tinggal sebentar dulu ya ?" ucap Nathan. Ketika hendak berdiri Nela menahan tangannya. "Aku takut kak, nanti ibu marah," Nela nampak ketakutan, hal ini terpampang jelas di wajahnya. Nathan menatap iba adiknya itu, dalam hatinya bertanya, mengapa Tuhan tidak adil pada adiknya ? Bukankah dia dan Nela bersaudara ? Apa rencanamu ya Rabb ? Batin Nathan dan segera menghapus bulir-bulir air mata yang menetes di kedua pipinya. Dia hanya menepuk punggung adiknya perlahan untuk menenangkan, dan dia segera beranjak ke arah dapur untuk mengambil makanan. Nathan mengambil piring dengan sangat pelan, dia tak ingin
Read more
3. Masa Kecil
Dahulu ketika ibunya masih hidup, kehangatan dan kebahagiaan tak pernah ada habisnya dirasakan keluarga itu. Ibunya bernama Sahara, cantik dan anggun. Di desa itu ada dua wanita tercantik menurut beberapa warga, Sahara dan seorang gadis bernama Alena. Kedua gadis itu bagaikan bidadari yang turun dari kayangan, kata orang Aris beruntung mendapatkan isteri secantik Sahara pasca kecelakaan yang menimpanya ketika masuk hutan. Tak ada yang tau Sahara berasal dari desa mana, tiba-tiba ayahnya menyampaikan kepada tetua adat disana jika ia akan menikah. Semula mereka sempat mempertanyakan asal usul Sahara, tetapi setelah melihat KTP yang disodorkan Aris, akhirnya pernikahan itupun dilangsungkan dengan sederhana. Walau Sahara sangat cantik namun dia ramah dan berhati mulia, penduduk desa sangat menyayanginya, selang satu tahun menikah, lahirlah sang buah hati yang diberi nama Nathan. Ayahnya bekerja serabutan, terkadang bertani di lahan orang, terkadang pula sebagai tukang batu, namun semuanya
Read more
4. Masa Kecil 1
Aris telah melewati garis polisi, semakin ke dalam, hutan itu semakin menyeramkan. Sebuah bayangan berkelebat, Aris waspada. Rupanya hanya seekor kelelawar. Ada jejak tapak kaki ukuran anak kecil di sepanjang jalan, Aris semakin yakin jika anaknya masuk ke hutan ini. "Siapa itu ?" Teriak Aris tatkala melihat sebuah bayangan yang menurutnya itu adalah bayangan yang sangat dikenalnya. Tak ada rasa gentar dalam hatinya, apapun yang terjadi, anaknya harus selamat. "Nathan ?" Panggilnya dengan pelan. Karena tak ada sahutan dia terus meneriakan nama anaknya dengan keras sehingga menggema di seantero hutan itu. "Siapapun kalian, kembalikan anakku !" Tak ada sahutan, sebuah bayangan berkelebat lagi lalu terdengar tangisan anak kecil. Itu suara Nathan. "Nathan ! Jangan takut nak, ayah disini, ayah akan melindungimu." "Ayah!" Terdengar suara Nathan yang sangat ketakutan. Aris yang hanya mengandalkan cahaya dari senter kecilnya tak bisa melihat dengan jelas dimana Nathan berada. Seketika
Read more
5. Melarikan Diri
Karena tarikan rambutnya sangat keras, tubuh Nela ikut tertarik, Nathan segera melepaskan tangan ibunya dari rambut Nela. "Jangan keterlaluan bu !" Nathan menghempaskan tangan ibunya dengan kasar, beberapa helai rambut Nela ikut tertarik. Dia meringis kesakitan. Nathan melindungi Nela, Nela terus berada di sampingnya sampai dia selesai memperbaiki penyebab korslet listrik. Lampu kembali dinyalakan. Ningsih dengan wajah geram menarik tangan Nela menuju ruang makan. Terjadi tarik menarik antara Nathan dan Ningsih. Karena melihat Nela meringis kesakitan akhirnya Nathan melepaskan tangan Nela. Dia mengikuti arah dimana Ningsih membawa Nela. "Duduk" ! Ningsih menyuruh Nela duduk di bangku dengan kemarahan yang tak juga hilang dari wajahnya. Nela terus menunduk karena merasa bersalah, Nathan duduk tak jauh dari keduanya, dia akan bersiap-siap melawan ibunya jika terjadi kekerasan lagi. "Sekali lagi aku peringatkan padamu, jangan berlagak seperti orang kaya, lihat ini !"Ningsih menunjuk
Read more
6. Tirai Pelindung
Sebuah pohon yang besar terlihat oleh Nathan. Hatinya berkata, mereka bisa beristirahat di pohon itu dan mengisi perutnya yang sudah mulai keroncongan. "Tahan dek, sebentar lagi kita sampai," Nathan memapah adiknya dan berjalan perlahan menuju arah pohon yang ditujunya. Suhu pada malam hari sangat dingin, lalu terdengar suara fauna, burung hantu babi hutan dan masih banyak lagi. Suara-suara itu terdengar sangat menyeramkan, namun Nathan membisikkan kata-kata menghibur agar adiknya tidak ketakutan. Kedua kakak beradik itu akhirnya mencapai pohon besar lalu menyandarkan tubuhnya disana. Nela berbaring dipaha kakaknya, dia sangat lelah bahkan nyaris pingsan. Nathan mengangkat kepala Nela dan meminumkan air seteguk demi seteguk. Nyaris terlelap, sayup-sayup terdengar suara warga dari kejauhan. Nathan tersentak, nyala obor dan senter terlihat dari kejauhan. Laki-laki berusia remaja ini ketakutan, bagaimana jika Ningsih menemukan mereka ? Dia tak terlalu mengkhawatirkan dirinya, namun ad
Read more
7. Penglihatan Nela
Nathan tertidur cukup lama, ketika dia bangun, suasana masih belum berubah.Perlahan dia merenggangkan otot-ototnya, jika kemarin dia merasa seperti telah mendaki gunung yang tinggi namun hari ini tubuhnya terasa segar. Nathan melirik adiknya yang sedang tertidur lelap, dia memperhatikan gerak jantung adiknya, Masih terlihat naik turun, artinya adiknya itu masih hidup. Nathan menarik nafas lega, dia segera turun dari ranjang, rupanya di bawah ranjang sudah disediakan sandal terbuat dari bulu domba. Terasa sangat lembut setelah Nathan memakainya. Melihat ruangan yang kosong, Nathan segera bergegas keluar, namun saat dia hendak membuka pintu, nampak olehnya Dewi dan beberapa dayang berdiri tepat dihadapannya. Para dayang itu datang membawa nampan yang berisi beraneka ragam makanan. Nathan memberi mereka ruang untuk masuk."Kami membawakanmu makan siang, aku berharap kau betah disini."Setelah berkata kepada Nathan, Dewi menyuruh dayang meletakkan semua makanan di lantai yang beralaskan
Read more
8. Kemarahan Raja
"Kak, mengapa hari ini terasa sangat lama ya ?" tanya Nela setelah tiba di sebuah gubuk bagi Nela, namun bagi Nathan ini adalah kamar di Istana Timur. "Maksudmu ?" Nathan belum bisa mencerna pertanyaan adiknya. "Maksudku, di desa sehari itu rasanya sangat pendek, begitu datang pagi lalu hanya beberapa saat sudah malam lagi, tapi disini kok siangnya kayak berhari-hari lamanya." Nathan merasakan hal itu, namun dia tak ingin membuat Nela terus bertanya akhirnya hanya menjawab sepintas. "Itu hanya perasaanmu dek, sekarang tidurlah, nanti juga kau akan terbiasa dengan situasi ini" Nela diserang kantuk yang sangat hebat, dia terus menguap. Suara Nathan seakan menghipnotisnya, tak lama berselang Nela terlelap. Nathan menarik nafas lega, dia sebenarnya ingin mengajak Nela menunggang kuda, sayangnya Nela tidak bisa melihat kerajaan ini. Nathan ingat jika ibunya pernah berkata di hutan ini ada sebuah kerajaan, namun seingatnya orang-orang desa tak pernah sekalipun membicarakannya. Teka-teki
Read more
9. Bertemu Kakek
Melihat Nela yang tertidur lelap, laki-laki remaja itu menarik selimut dan menutupi tubuh adiknya. Nathan kemudian meraih gelas yang berisi air untuk dirinya sendiri dan duduk di depan jendela kaca yang besar menyentuh lantai. Nathan kembali tenggelam dalam pikirannya sambil menatap pemandangan di istana itu. Bagaimana bisa penglihatannya dan Nela berbeda, jika Nela melihat sekitarnya hanyalah hutan belantara, namun dirinya melihat ini adalah sebuah kerajaan. Jika dirinya sudah mati lalu mengapa Nela masih bisa ngobrol dengannya ? Atau ini adalah dunia peri ? Atau dunia bangsa jin ? Lalu mengapa hanya dirinya yang bisa melihat bangsa itu ? Bukankah dia dan Nela adalah saudara kandung ? Saat ini cuaca sedang mendung, Nathan menatap keluar jendela, nampak Dewi berjalan dengan cepat menuju Istana Timur. Nathan segera berdiri menyambutnya diluar pintu kamar karena tak ingin membuat Nela terbangun. Nanti Nela malah mengira dirinya gila karena bicara sendiri, padahal dia sedang berbicara d
Read more
10. Masa Lalu Aris
Nathan memandang bola kristal dengan seksama, nampak cahaya putih keluar dari bola itu dan memantul pada cermin besar yang tadi dibawa para pengawal. Seperti sebuah film layar lebar, Nathan tak menghiraukan pembicaraan antara Raja dan Permaisuri. Dia sedang fokus menatap cermin. Matahari mengintip dari celah pohon-pohon yang rindang. Beberapa pemuda nampak membawa kapak dan parang, kapak di tangan kanan dan parang di tangan kiri. Salah seorang diantara lima pemuda itu terdapat sosok pemuda yang sangat tampan dengan tubuh atletis, kulit sawo matang dan kumis tipis. Pemuda itu bernama Aris. "Ayo buruan, keburu malam," rupanya Aris sebagai penunjuk jalan. "Matahari baru juga di atas kepala, santailah, yang penting kita sampai di hutan yang penuh dengan kayu jati," komentar salah satu pemuda di antara mereka. "Kalau aku sih pinginnya sampai malam, siapa tau ketemu bidadari dari kayangan atau penunggu hutan yang cantik jelita," celetuk salah satu pemuda yang bertubuh cekung. Aris berp
Read more
DMCA.com Protection Status