El Fili Kabanata 17

Aku hanya gadis belia, yang masih mencari jati diri. Yang luluh saat dia memberikanku kenyamanan. Namun, aku tidak tahu ini cinta atau bukan, kami tidak pernah mengatakan saling mencintai. Mungkin hanya sebuah ego, karena di antara kami hanya ada hasrat saling membutuhkan. Aku selalu mengabaikan hal itu, yang penting aku selalu bisa bersamanya. Hingga semuanya terasa semakin sulit, selain umur kami yang terpaut sangat jauh, dia juga guruku dan majikan Ibu.

Laura dan Launa harus terpisah saat seorang mantan pembantu bernama Weny menculiknya. Dua kepribadian mereka sangat berbeda setelah berumur 17 tahun. Launa mempunyai bakat melihat hantu. Launa selalu ditindas di sekolah sampai akhirnya menemukan sosok hantu tampan Ardiaz yang menemuinya. beda dengan Laura sifat manja dan angkuh ada di dirinya. Sampai sebuah kejadian menjijikkan menimpanya. Akankah mereka bisa bertemu kembali? bagaimana Launa bisa lari dari kekejaman Weny.

Layla, pressured by her strict mother, finds herself torn between passion and duty on whether she should do law, despite her heart belonging to art. All while her intense and tangled feelings for Aria cause a rift in their friendship - leading to deep heartbreak and isolation once Aria disappears from her life. Just as she resolves herself to recover, an eerie encounter with Aria's ex, Nelle, uncovers that something more sinister is brewing behind the scenes. As emotions collide, and secrets unveiled, Layla is forced to face the truths on growing up and the blurred lines between emotional drama and supernatural mystery.

[Menantumu sakit, Bu Nur? Sayang sekali. Padahal aku suka cara dia bekerja. Terpaksa aku harus cari karyawan lain,] Suara wanita di rekaman itu terdengar jelas. [Iya, Amira sudah sebulan hanya bisa berbaring saja. Kedua kakinya lumpuh. Kata dokter gejala stroke ringan. Oleh karena ini aku sangat terpukul. Sedih sekali rasanya, sebab kasihan sekali melihat Habib, karena istrinya sakit begini, Habib harus mengurus dirinya sendiri.] [Semoga Amira lekas sembuh, ya. Amiin.] [Amira tidak akan sembuh, Bu Sarah. Dia terserang stroke. Tidak mungkin sembuh lagi. Oleh karena ini aku memilih untuk menyuruh Habib menghalalkan Laila. Aku dan Habib sudah bicara soal ini dan dia setuju. Selanjutnya aku akan membicarakan hal ini pada Amira] "Ya Allah," Amira mengelus dada, lebih tepatnya ia terkesiap. [Apa? Menikahi Laila maksudnya?] [Apalagi kalau bukan? Itu bukan dosa, kenapa kau harus terkejut?]

Malam sebelum pernikahan yang ke-17, suamiku, yang seorang mafia, berjanji kali ini pernikahan kami akan tenang tanpa gangguan. "Merry, kali ini aku janji," katanya dengan sungguh-sungguh. "Aku sudah bilang pada Agnes, besok, sekali pun langit runtuh, dia harus menanggungnya sendiri." Kandunganku sudah memasuki bulan kelima. Aku dan Lewis sudah bersama selama tiga tahun. Kini, aku hamil lima bulan, tetapi belum pernah sekali pun kami berhasil menggelar pernikahan. Sebab sebelumnya, dia sudah membatalkan pernikahan kami sebanyak enam belas kali. Setiap kali itu terjadi, alasannya selalu sama, yaitu karena adik angkatnya, Agnes. Pertama, katanya demam. Aku menemaninya semalaman di rumah sakit tanpa sempat ganti gaun pengantin, yang ternyata Agnes hanya flu ringan. Kedua, katanya sakit jantung. Lewis langsung pergi meninggalkanku, padahal sebenarnya dia sedang asyik mengobrol bersama teman-temannya sambil minum teh. Ketiga, katanya takut petir. Lewis meninggalkanku di tengah sumpah pernikahan, membiarkanku berdiri sendirian di depan para tamu. Namun, kali ini berbeda. Tiga hari lalu, aku menerima sepucuk surat dari Vireka Utara. Ayahku, kepala Keluarga Damian, secara pribadi mengirim undangan agar aku pulang. Jika kali ini Lewis masih memilih pergi demi Agnes, maka aku akan menghilang untuk selamanya.

En el quinto año después de emigrar, mi esposo, Iván Rodríguez, trajo a su amor de juventud y su hijo a casa directamente, dijo. —Mónica y su hijo acaban de llegar, se quedarán en aquí por unos días. Por eso, tuve una fuerte discusión entre él y yo. En el día de mi cumpleaños, Iván me entregó un acuerdo de divorcio y me apuró: —Fírmalo rápido, Mónica necesita la Green Card de aquí, nos divorciamos temporalmente. Frunció el ceño, queriendo entender bien la situación. Pero Iván me señaló con el dedo en la cara y me dijo que no tenía ni un poco de compasión. Después del rato, vio la publicación de Mónica Gómez en Instagram: “¡Iván se divorció por mí y por mi hijo! Por fin tenemos un lugar donde quedarnos.” Le dio un like en silencio, y después de firmar el acuerdo de divorcio, solicitó a la empresa para regresar a mi país.

She was a package and he was the devil. And the devil always deliver.  Hired to deliver a package within a week, he was up to the task but he never expected unforeseen circumstances to delay his efficiency in his work. Vowed to live up to his reputation, he was ready to go through anything to see that he delivers but what would happen when he started getting close to the package? Or the fact that he started going beyond his belief wondering what would become of her when he let's her out of his sight? This was wrong, he is El Diablo, he has no heart, no emotion. He doesn't feel, he is not compassionate. What he does is accept jobs, deliver and gets paid and if you cross him? He doesn't hesitate to put a bullet straight to the head.  His name is feared all around, he is neat, he is never crossed, even his employers fear him. Parents tell his story to scare children and the ground shake at the very mention of his name. He is El Diablo and no one challenges him, no one except her that kept defying his orders.

Dahil sa pagiging broken hearted ni Alexa ay napilitan siyang umuwi sa hacienda nila na kanya ng iniwan, pitong taon na ang nakalilipas. She left and lived her life in the City because of Aslan. Si Aslan ang trenta y tres anyos na lalaking inampon ng kanyang mga magulang pero naging other man pa ng kanyang ina. As much as possible, Alexa doesn't want to see the guy anymore, who stole her inheritance and her mother. Ninakaw ni Aslan ang lahat ng mana na dapat ay kanya. At sa kanyang pag-uwi sa hasyenda Escobar ay babawiin na niya ang dapat na kanya bilang kaisa-isang anak at solong tagapagmana mula sa lalaking tinatawag ng lahat na hasyendero, peke naman.

El día de mi boda, de repente, mis papás trajeron a mi novio a la casa y dijeron que la boda iba a tener otra novia: —Tu hermana tiene una enfermedad terminal, su único deseo es casarse con Iván. —Tú eres su hermana menor, sé buena y ayuda a tu hermana. —No te apresures —intervino también mi novio—, es nomás una ceremonia. Después de que ella se muera, nosotros todavía podemos casarnos. Yo no estuve de acuerdo, así que mis papás me amarraron. —Te soltaremos, después de que se acabe la boda. Pero, poco después de que se fueron, un ladrón que se metió a la casa me mató de forma brutal. Cuando por fin se acordaron de mí, solo encontraron mi cuerpo ya en estado de descomposición.

En mi sexto mes de embarazo, mi hermana menor, Clara Soto, sufrió un accidente de tráfico. Debido a la pérdida de sangre, requirió con urgencia un donante compatible. Y, según los exámenes, yo era la única que podía salvarle la vida. Sin embargo, debido a que durante los últimos meses de embarazo había perdido peso, me recomendaron no donar. Aun así, mi familia me obligó. Por lo que, sin fuerzas para oponerme, esperé que mi esposo me ayudara a salir de esa situación. No obstante, se quedó a un lado con los brazos cruzados, diciendo: —Estás bien de salud. Donar sangre no te afectará en nada. Clara tendrá un futuro brillante, no voy a permitir que lo destruyas. Después de la donación, me desmayé. Y, cuando desperté, supe que algo dentro de mí se había roto. Por lo que, sin decir ni una palabra, lo primero que hice fue agendar un aborto.